Sambungan dari hal 1 ...
Pendekatan DOT
Untuk mengejar target lebih dari separuh itu, Menpar Arief Yahya mengingatkan pentingnya melakukan pendekatan DOT (destination, original, time) dalam melaksanakan strategi pemasaran dan promosi pariwisata karena industri jasa pariwisata sangat dipengaruhi oleh tiga unsur tersebut.
Sebagai gambaran, menurunnya kunjungan wisman pada bulan Juni 2015 karena faktor "time", yakni bergesernya waktu pelaksanaan ibadah puasa Ramadan 1436 Hijriah pada pertengahan Juni sehingga kunjungan wisman dari negara-negara mayoritas penduduknya beragam Islam pada bulan itu menurun.
Hasil kajian Asdep Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Pariwisata Kemenpar menyebutkan bahwa penyebab utama terjadinya pertumbuhan negatif kunjungan wisman pada bulan Juni 2015 sebesar -4,27 persen disebabkan bergesernya waktu pelaksanaan ibadah puasa pada Ramadan tahun ini yang diawali pada tanggal 18 Juni.
Pada tahun 2014, diawali pada akhir bulan atau 29 Juni sehingga kunjungan wisman dari beberapa negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam pada bulan Ramadan mengurangi kegiatan berwisata.
Tercatat kunjungan wisman dari Malaysia, Mesir, Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab pada bulan Juni 2015 menurun.
Kunjungan wisman dari Malaysia turun -14,88 persen, Mesir -38.35 persen, Arab Saudi -52.03 persen, Bahrain -53.85 persen, dan Uni Emirat Arab -55.72 persen.
Kunjungan mereka ke destinasi unggulan di Indonesia, yakni great Bali, great Jakarta, serta great Batam juga menurun.
Pengamat pariwisata Sapta Nirwandar menyatakan jika ditilik dari angka pertumbuhan pariwisata dibandingkan dengan target masih di bawah angka pencapaian.
"Akan tetapi, kita tidak boleh pesimistis, kita harus bekerja keras untuk mengejar target kunjungan itu," kata Sapta yang juga mantan Wakil Menteri Pariwisata itu.
Ia menambahkan bahwa faktor eksternal juga berpengaruh ketika ekonomi global sedang mengalami perlambatan.
"Global sedang lesu, ekonomi "slow down" di Eropa, tetapi tetap traveling harus jalan dan promosi perlu digencarkan," katanya.
Sapta yakin masih ada harapan bagi Indonesia untuk bisa mencapai target optimistis 12 juta kunjungan wisman. Namun, harus ada upaya yang sangat agresif bukan hanya pemerintah, melainkan seluruh pemangku kepentingan.
Menurut dia, kerja sama dengan "airline" juga menjadi salah satu kunci utama untuk mencapai terwujudnya target kunjungan wisman.
Lebih lagi, sudah ada kebijakan bebas visa dan kemudahan berkunjung bagi ekspatriat yang ada di Singapura.
Kemudahan-kemudahan itu diharapkan bisa menjadi daya tarik bagi wisman yang akan berkunjung ke Indonesia.
Butuh Dukungan
Sementara para pelaku industri yang tergabung dalam asosiasi biro perjalanan wisata ASITA menyatakan sangat membutuhkan dukungan nyata pemerintah bagi keberlangsungan usaha mereka.
Koordinator Wilayah Jawa ASITA Edwin Ismedi Himna mengatakan lesunya perekonomian global, khususnya di Eropa, dan melemahnya daya beli masyarakat di kawasan ASEAN membuat kinerja sektor pariwisata melambat.
"Industri sudah memperkirakan kinerja pariwisata akan melambat pada semester pertama tahun ini. Hal ini sejak awal tahun sudah bisa dirasakan," katanya.
Ia sendiri merasakan pada musim liburan Mei tahun ini penurunan sudah mulai terasakan, bahkan hingga 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika tahun sebelumnya hingga Mei biasanya sudah ada setidaknya 40 kedatangan, tetapi tahun ini hanya mencapai belasan kedatangan saja.
"Apalagi, untuk pasar Eropa, "arrival" anjlok dan "size" pun mengecil. Duahlu "size" untuk satu rombongan kedatangan bisa sampai 30-an orang. Kalau sekarang, paling 15--18 orang saja," katanya.
Pihaknya menyadari kondisi perekonomian global yang sedang mengalami perlambatan. Oleh karena itu, dia meminta pemerintah terus memberikan "support" bagi pelaku industri.
Jika perlu, selain memberikan insentif, pemerintah harus melakukan gebrakan-gebrakan untuk sektor pariwisata agar target kunjungan wisman bisa terealisasi.
Apalagi, bencana letusan beberapa gunung berapi aktif di Indonesia, terutama Gunung Raung, Sinabung, dan Gamalama sedikit banyaknya berdampak pada terhambatnya lalu lintas udara bagi wisman yang akan berkunjung.
Jadi ke depan, sangat diperlukan terobosan agar separuh jalan yang tersisa tahun ini menjadi waktu yang berarti untuk mengejar target kunjungan optimistis hingga 12 juta orang.