Pekanbaru, (Antarariau.com) - Teater Matan Pekanbaru menyajikan pertunjukan dengan membentangkan karya berjudul "MAkFIAh" selama tiga malam berturu-turut, 28-30 Mei 2015 bertempat di Anjung Seni Idrus Tintin (ASIT), Bandar Serai Gedung Purna MTQ Pekanbaru.
Sutradara dan Penulis Naskah, Hang Kafrawi di Pekanbaru, Kamis, mengatakan pementasan ini akan didukung oleh 11 aktor dan lima pemusik. Untuk menata gerak, Teater MATAN mengundang SPN Iwan Irawan Permadi (Direktur Artistik PLT Laksemana) menggolah gerak menjadi kesatuan pementasan tersebut dan musik diramu Rido Fatwandi.
Terkait tentang judul pertunjukan, dijelaskannya bahwa MAkFIAh merupakan pelesetan dari kata mafia. Menurutnya setiap manusia memiliki kehendak berada dalam kesenangan dan berkeinginan berkuasa.
"Namun kadang kala kehendak tersebut menjadi sesuatu yang dapat merugikan orang lain ketika kehendak tersebut dilandasi kerakusan dan ketamakan kepentingan pribadi atau kelompok yang dilandasi oleh pemikiran merasa paling benar," katanya.
Lebih lanjut disampaikannya bahwa gejala berkehendak seperti kerap merasuki manusia di muka bumi ini. Tidak peduli penguasa, maupun rakyat jelata, kehendak tersebut selalu muncul.
Kesempatan ini terus terbuka, sehingga tidak mengherankan dari setiap kelompok (baik itu penguasa atau rakyat jelata) terjadi penghiantan-penghianatan, baik di dalam kelompok, maupun luar kelompok mereka. Jadilah manusia mafia-mafia yang berkeinginan meraup keuntungan untuk berada dalam kekuasaan dan kesenangan.
Budayawan Riau ini menambahkan MAkFIAh dengan huruf k dan h kecil merupakan simbol bahwa apa yang dilakukan manusia untuk mewujudkan kehendak yang dilandasi kerakusan, ketamakan, selalu bersembunyi di balik kepentingan bersama. Dalam suatu negara, kemiskinan, kemelaratan, kesejahteraan, selalu dijadikan tameng para penguasa untuk mempertahankan kekuasaan.
"Sementara rakyat jelata menjadi kemiskinan dan kemeratan senjata, namun kadang kala setelah berkuasa dua hal ini tetap perkasa," ucapnya.
Pementasan teater MAkFIAh ini, katanya, bukan hendak menyalahkan satu dengan yang lainnya. Pementasan ini cuma hendak mengetuk hati kita semua, bahwa kita dari sunyi dan akan kembali kepada sunyi.
"Maka MAkFIAh menyuguhkan bahwa kita adalah sama, mana yang hendak kita pilih; membunuh hati nurani atau memperatahankan hatu nurani? Pilihan itu ada pada diri kita masing-masing," imbuhnya.