Polres Rohul Dalami Penganiayaan Tewaskan Siswa SD

id polres rohul, dalami penganiayaan, tewaskan siswa sd

Polres Rohul Dalami Penganiayaan Tewaskan Siswa SD

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Polres Rokan Hulu, Riau, akan terus melakukan penyelidikan terkait meninggalnya seorang siswa sekolah dasar Islam Zaidar Yahya, Hasrandra (7) yang diduga menjadi korban pemukulan teman sekolahnya.

"Kita masih mendalami meniggalnya korban dan telah memeriksa tujuh orang saksi," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Rohul AKP Rachmat M Salihi kepada Antara di Pekanbaru, Jumat.

Ia mengatakan ketujuh saksi yang telah diperiksa penyidik diantaranya adalah kepala sekolah, guru, dan kelima siswa yang diduga melakukan penganiayaan tersebut.

"Hasil sementara tidak ditemukan adanya tindak kekerasan kepada korban," ujarnya.

Sementara itu, ia mengatakan bahwa dari hasil pemeriksaan dokter salah satu rumah sakit yang memeriksa korban, Hasrandra meninggal diduga karena adanya tumor.

Lebih lanjut, ia mengatakan akan terus mendalami kasus ini dan akan memeriksa saksi lainnya termasuk memintai keterangan dari tetangga korban.

"Tetapi yang pastinya, kita akan terus dalami kasus ini," ujarnya.

Hasranda merupakan anak dari pasangan suami istri Hasrul (31) dan Sulindra (31), warga Dusun Pasir Putih Timur, Desa Pematang Berangan, Kecamatan Rambah, Rokan Hulu.

Menurut Hasrul, ayah kandung korban, Hasranda diduga dikeroyok oleh lima teman sekolahnya, dimana tiga orang adalah teman sekelasnya, dan dua lagi merupakan kakak kelasnya.

Ia menceritakan, dugaan pengeroyokan itu terjadi pada Februari 2015 lalu, "Ketika itu anak saya pulang dalam keadaan sempoyongan, dan ketika saya tanyakan, dia mengaku dipukul oleh teman-teman di sekolahnya," kata Hasrul.

Hasrul sempat melaporkan kejadian itu kepada kepala sekolah, dan pihak sekolah kemudian memanggil kelima orang tua dari bocah yang diduga memukuli korban.

"Ketika itu, para orangtua siswa itu berjanji menanggung biaya pengobatan Hasranda secara bersama-sama," ujarnya.

Sementara itu, akibat dugaan pengeroyokan tersebut, kondisi Hasrandah semakin memburuk, dimana korban mengalami kelumpuhan, sehingga tidak dapat beraktivitas. "Sebelum kejadian itu, dia adalah anak yang riang, tapi setelah kejadian itu, berbicara saja dia tak mampu" lanjut Hasrul.

Sebelum meninggal, Hasranda sempat dirawat di Rumah Sakit Eka Hospital, tetapi menurut Hasrul, hanya pihak yayasan yang membantu pengobatan, sementara itu para orang tua bocah yang diduga melakukan "bully" tersebut mengabaikan.

"Kita sudah ada itikad baik untuk menyelesaikan secara kekeluargaan, tetapi ternyata niat baik kami tidak direspon sehingga kami menempuh jalur hukum," ujarnya.

Hasranda akhirnya menghembuskan nafas terakhir, Selasa (28/4) malam sekitar pukul 22.00 WIB. Hasrul berharap kepada pihak kepolisian agar segera mengusut kasus ini hingga tuntas.