Pekanbaru, (Antarariau.com) - Badan Pusat Statistik menyatakan deflasi yang terjadi pada awal tahun ini turut menjadi salah satu memicu kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau pada bulan Februari.
Kepala BPS Provinsi Riau, Mawardi Arsyad di Pekanbaru, Selasa mengatakan NTP Riau pada Februari mencapai 96,63 atau naik 0,30 persen dibandingkan bulan Januari yang sebesar 96,34.
Meski begitu, ia mengatakan komponen penerimaan petani pada awal tahun ini memang belum menunjukan peningkatan dibandingkan sebelumnya.
"Sebenarnya kenaikan NTP ini disebabkan penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,01 persen, masih relatif lebih baik dibandingkan dengan penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,31 persen," kata Mawardi.
NTP adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dan indeks harga yang dibayar petani. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, sehingga semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.
Ia mengatakan pada bulan Februari lalu di daerah perdesaan di Riau juga mengalami deflasi sebesar 1,51 persen. Deflasi tersebut disebabkan oleh turunnya kelompok bahan makanan turun 2,84 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga turun 0,13 persen serta kelompok transportasi dan komunikasi turun 3,55 persen.
"Nilai tukar usaha rumah tangga pertanian Provinsi Riau sebesar 102,08 atau turun 0,77 persen dibandingkan bulan sebelumnya," ujarnya.
Ia mengatakan, peningkatan NTP paling besar terjadi pada sektor perikanan yang kini mencapai 106,77 atau naik 2,71 persen dibandingkan bulan Januari. Kemudian, NTP sektor peternakan naik 0,94 persen menjadi 100,16.
Sedangkan NTP pada sektor tanaman pangan turun 0,71 persen menjadi 103,03 pada bulan Februari. Begitu juga pada NTP sektor hortikultura yang pada Febuari mencapai 97,67 atau turun 0,13 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Ia menambahkan, peningkatan NTP terjadi dihampir semua provinsi di Pulau Sumatera kecuali di Lampung yang relatif stabil dan Bangka Belitung yang turun 0,23 persen.
Kenaikan tertinggi terjadi di Bengkulu yaitu sebesar 1,23 persen, diikuti Provinsi NAD Darussalam sebesar 1,20 persen, Kepulauan Riau 1,17 persen, dan Jambi sebesar 0,76 persen.
"NTP Riau sendiri secara regional masih di bawah Jambi namun relatif lebih baik dibandingkan daerah lainnya," katanya.