Kampar (Antarariau.com) - Tidak ada yang tidak mungkin asalkan dilakukan dengan bersungguh-sungguh, kerja keras untuk mencapai target masa depan yang lebih baik. Termasuk dalam pertanian, setiap bibit yang ditanamkan adalah sumber ekonomi dan kehidupan di sama depan sehingga harus benar-benar dirawat hingga menghasilkan.
Ketika itu, Sabtu (7/2), Jefry Noer memanggil pekerja di lahan pertanian yang berlokasi di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya (P4S), Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kampar. Dengan nada rendah, Bupati Kampar ini mengajak seorang pekerja tersebut untuk melihat-lihat bibit bawang yang telah disemai.
Namun Jefry tiba-tiba mengeluarkan nada cukup keras setelah melihat satu dari ribuan tanaman bawang merah menguning, layu seperti tidak terawat dengan baik. "Ini kenapa ini, kok layu. Daunnya kuning-kuning. Kedepan jangan sampai terjadi lagi. Harus dirawat walau cuma sebatang," kata Jefry kepada pekerjanya itu.
Jefry menjelaskan, bahwa setiap pekerja harus dilatih untuk mampu disiplin dalam menjalankan pekerjaannya. Perhatian terhadap tanaman perkebunan harus dilakukan secara ekstra, termasuk dalam pemupukan, penyiraman hingga hal-hal lainnya yang menunjang hasil panen.
Menurut dia, jika semuanya dilakukan dengan baik dan benar serta bersungguh-sungguh, maka hasilnya akan memuaskan. "Dan itu akan baik nantinya bagi masa depan pekerja itu sendiri. Jika mereka terlatih untuk disiplin dalam bercocok tanam, maka kedepan akan mampu mandiri, menghasilkan sendiri," katanya.
Produksi bawang merah di lahan uji coba lokasi Pusat pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Karya Nyata Kubang Jaya, Siak Hulu menurut catatan hari ke hari semakin membaik. Kondisi tersebut menjadikan Bupati Kampar Jefry Noer makin optimis untuk mengembangkan program pertanian bawang merah di Kampar.
Bupati meminta agar petani dan peserta pelatihan memperhatikan kualitas bawang yang dipanen, misalnya kualitas bawang yang ditanam lebih dalam atau yang lebih dangkal.
"Jadi kedepan panen tidak hanya sekedar mencabut-cabut saja, tetapi perhatikan kualitas bawangnya, ini jadi pelajaran agar ke depan semakin baik lagi," katanya.
Jafry mengatakan, hasil panen sejauh ini masih bervariasi disebabkan ada gangguan gulma, sehingga bawang berebut makanan dengan gulma. Terlebih, gulma tumbuhnya cepat luar biasa. Menyikapi hal ini, di salah satu blok sudah mulai dilakukan uji coba menggunakan mursa atau plastik penutup, yang berguna menekan pertumbuhan gulma.
"Kemarin itu gulma tumbuh karena kekurangan tenaga kerja. Makanya jika dipasang mursa, gulma tentu tidak tumbuh lagi. Semoga hasilnya nanti lebih baik. Jangan sampai ada yang rusak meski satu bibitpun. Karena setiap bibit bawang adalah sumber ekonomi dan kehidupan," kata Jefry.