Yerusalem (ANTARA) - Israel pada Selasa (14/10) dikabarkan menunda dibukanya kembali pintu perlintasan Rafah ke Jalur Gaza, setelah saling lempar tuduhan dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, di tengah gencatan senjata.
Perlintasan itu, yang merupakan rute utama bantuan kemanusiaan dari Mesir ke Gaza, sebelumnya telah dijadwalkan untuk dibuka kembali pada hari itu.
Baca juga: Rafah Dibuka Pekan Depan, 200 Ribu Warga Kembali ke Gaza Utara
Kantor berita China, Xinhua, melaporkan bahwa seorang pejabat Israel, yang meminta tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa perlintasan Rafah akan tetap ditutup dan masuknya bantuan kemanusiaan akan "secara drastis" dibatasi hingga Hamas mengembalikan semua jasad para sandera yang tewas.
Pejabat itu menggambarkan tindakan tersebut sebagai "sanksi terhadap Hamas" setelah empat jasad diserahkan oleh kelompok tersebut pada Senin (13/10), sedangkan 24 jasad lainnya masih berada di Gaza.
Belum ada pengumuman resmi mengenai pembatasan ini dari kantor pemimpin Israel atau otoritas keamanan mereka.
Al Araby TV yang berbasis di London melaporkan bahwa tim Mesir telah mulai bekerja di Jalur Gaza untuk membantu menemukan dan memulihkan jasad para sandera Israel.
Menurut laporan tersebut, sebuah tim teknis Israel sedang melakukan konsultasi dengan para pejabat Mesir untuk mengoordinasikan pemulihan jasad-jasad sandera Israel.
Juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan kepada Xinhua bahwa tantangan teknis dan logistik yang diakibatkan oleh kehancuran besar-besaran menimbulkan hambatan serius bagi identifikasi dan pemulihan jenazah.
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) telah menyatakan bahwa sejumlah tim kemungkinan tidak akan dapat menemukan beberapa jasad.
Seraya menyebut bahwa berdasarkan perjanjian gencatan senjata, Israel mengatakan bahwa Hamas harus mengembalikan semua 28 jasad yang disandera di Gaza pada Senin.
Namun, kelompok itu memberitahu para mediator bahwa mereka menghadapi kesulitan dalam menemukan lokasi terkuburnya semua jasad.
Pemulangan jasad dilakukan setelah pemindahan 20 sandera terakhir yang masih hidup dari Gaza ke Israel dan pembebasan sekitar 2.000 tawanan dan tahanan Palestina, yang menandai fase penting dalam kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas.
Baca juga: Ribuan truk bantuan kemanusiaan dikirim ke Gaza melalui perlintasan Rafah
Kedua belah pihak lalu saling melempar tuduhan pelanggaran gencatan senjata, yang kini memasuki hari kelima, atas kegagalan Hamas menyerahkan semua jasad yang hilang dan serangan Israel yang menewaskan sedikitnya enam orang di Gaza pada Selasa.
Sumber: Xinhua