Ahli Gizi Bongkar Rahasia: Kapan Waktu Terbaik Sarapan dan Olahraga Pagi?

id Gizi

Ahli Gizi Bongkar Rahasia: Kapan Waktu Terbaik Sarapan dan Olahraga Pagi?

Ilustrasi - Warga berolahraga pagi di ruang terbuka hijau. (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/nz.)

Jakarta (ANTARA) - Ahli gizi dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Yudhi Adrianto, S.Gz., SE, MKM, AIFO menyarankan penyesuaian waktu sarapan dengan waktu olahraga pagi berdasarkan tujuan latihan fisik yang ingin dicapai.

"Makan itu dilakukan sebelum atau sesudah olahraga, terutama nih kalau pagi, tergantung tujuannya. Kalau kita lihat lagi, tujuan olahraga macam-macam," kata Yudhi ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta pada Kamis.

Baca juga: Ahli Gizi: Minum Jus Bit 30 Menit Sebelum Sarapan, Begini Manfaatnya

Menurut dia, pengaturan waktu sarapan dan olahraga pagi sebaiknya disesuaikan dengan tujuan dari latihan fisik yang akan dijalani, apakah untuk membakar lemak, meningkatkan performa, atau membentuk otot.

Jika hendak berolahraga untuk meningkatkan performa seperti melakukan latihan beban atau meningkatkan masa otot, Yudhi mengatakan, maka sebaiknya sarapan ringan terlebih dahulu sebelum memulai latihan.

"Sarapannya tentu saja yang harus mengandung karbohidrat dan protein. Kita harus me-loading karbohidrat untuk mendukung performa dan mengurangi kerusakan otot," katanya.

Kalau meniatkan olahraga pagi untuk membakar lemak, ia melanjutkan, maka latihan fisik bisa dilakukan sebelum sarapan untuk mendorong peningkatan oksidasi lemak.

Yudhi mengemukakan bahwa bagi individu yang mengalami obesitas atau diabetes tipe 2, olahraga pagi sebelum sarapan bisa mendatangkan manfaat seperti membantu memperbaiki profil lemak dan meningkatkan sensitivitas insulin.

"Terutama bagi pasien yang mengalami obesitas atau diabetes tipe 2, olahraga sebelum sarapan ini dilaporkan memberikan manfaat metabolik. Tetapi harus diperhatikan kondisi individual, terutama tanda dan gejala dari hipoglikemia," ia menjelaskan.

Ia mengatakan bahwa berolahraga dengan perut kosong memang dapat meningkatkan oksidasi lemak selama aktivitas, tetapi penerapannya harus dilakukan dengan memperhatikan intensitas olahraga yang dijalani dan kondisi kesehatan masing-masing individu.

Menurut dia, berolahraga dalam kondisi perut kosong menghadirkan risiko seperti menurunkan performa, peningkatan rasa lelah, serta tingkat pemecahan protein otot lebih tinggi yang bisa mengurangi masa otot.

Baca juga: Ahli gizi sebut musim hujan jadi waktu untuk konsumsi herbal alami

"Bagi sebagian individu kondisinya juga dapat mengakibatkan hipoglikemia ringan, pusing, atau penurunan konsentrasi, terutama pada olahraga yang intensitas tinggi," katanya.

Ia juga menyampaikan pentingnya mengimbangi rutinitas olahraga pagi dengan penerapan pola makan bergizi seimbang.

"Dan tentu saja sebaiknya diikuti key word-nya, diikuti pola makan seimbang agar tidak terdampak negatif dalam jangka panjang akibat dari kondisi metabolik," katanya.

Pewarta :
Editor: Vienty Kumala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.