Kuantan Singingi, (Antarariau.com) - Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau dalam upaya meningkatkan produksi padi menggalakan penggunaan pupuk kompos yang di kelola oleh masyarakat setempat.
"Selama ini para petani hanya menggunakan pupuk kimia dari berbagai merek, namun tahun 2014 pemerintah menyarankan penggunaan pupuk organik sebagai tambahan yang dinilai lebih menguntungkan dan dapat dipakai dengan biaya yang lebih ringan," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan H Maisir melalui Kepala Bidang Bina Usaha dan Pemasaran Syoffinal di Teluk Kuantan, Jumat.
Ia mengatakan, Dinas Tanaman Pangan daerah mencari solusi lain dalam rangka membantu meningkatkan hasil produksi padi di seluruh Kabupaten Kuantan Singingi yakni mengajak warga petani memanfaatkan pupuk kompos di areal pertanian karena selain dinilai mengandung sejumlah unsur yang dapat meningkatkan hasil pertanian juga merupakan produksi lokal hasil karya warga.
Tahun 2014, instansi terkait bekerja sama dengan kelompok tani lokal mengelola sampah, kotoran sapi dan kotoran ayam yang sangat banyak di produksi oleh ternak lokal sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos yang sangat menguntungkan petani ke depannya.
" Pupuk ini dikelola sendiri oleh sejumlah petani, akan dikemas sedemikian rupa, selain untuk pemakaian di daerah Kuansing juga ke depan untuk memenuhi pesanan dari sejumlah provinsi tetangga," sebut Syoffinal.
Menurut Soffinal, kegiatan petani dalam mengelola pupuk kompos bukan saja dapat menciptakan lapangan kerja tetapi juga ramah lingkungan, karena lingkungan akan bersih dari sampah organik, bahkan dapat membantu meningkatkan ekonomi petani jika hal ini dikelola dengan optimal.
Kebutuhan pupuk Kompos di daerah bisa mencapai ribuan ton sekali musim tanam padi, selain itu ribuan ton untuk kebutuhan kelapa sawit, ini berarti jika pengembangan pengelolaan pupuk kompos lebih baik dapat maksimal keuntungan, produksi pupuk akan meraih keuntungan ratusan juta setiap bulannya.
"Sementara untuk saat ini lahan untuk pengelolaan pupuk hanya berkisar satu hektare, hanya bisa memproduksi 100 ton pupuk, artinya pengelolaan belum maksimal, maka pihaknya akan bekerja sama dengan investor terutama PT Petro Kimia," katanya.
Pihak Investor sudah ada komunikasi, bahkan siap membangun pabrik mini untuk pengelolaan dan produksi pupuk tersebut, selain akan menampung produksi lokal juga untuk di pasarkan.
"Kami sangat bangga karena saat ini saja sejumlah daerah sudah memesan dalam jumlah yang besar hingga mencapai 750 ton, artinya kebutuhan luar daerah juga tinggi memungkinkan untuk memproduksi lebih besar lagi, bahkan tahun 2015 sudah ada daerah lain memesan sebanyak 300 ton," katanya.
Dinas Tanaman Pangan Kuansing akan mengelola peluang ini dengan baik untuk membantu ekonomi warga petani, karena sumber bahan baku seperti limbah sawit, limbah kotoran sapi, ayam dan sampah produksi lokal sangat banyak. Selain itu peluang untuk produksi pupuk akan merambah ke tingkat industri agar semua konsumen dapat menggunakannya seperti kebutuhan hotel yang ada tamannya.