Pekanbaru, (Antarariau.com) - Penyaluran kredit mata uang asing atau valas hingga triwulan II-2014 di Provinsi Riau meningkat 2,33 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, setelah pada periode sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 3,05 persen.
"Pelemahan nilai tukar Rupiah sejak akhir semester I-2013 yang lalu hingga saat ini diperkirakan mendorong masyarakat melihat prospek dari kredit dengan valas," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Riau, Mahdi Muhammad, kepada Antara di Pekanbaru, Jumat.
Secara keseluruhan, ia mengatakan realisasi kredit yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi Riau pada triwulan II-2014 mencapai Rp50,67 triliun, meningkat sebesar 8,85 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu (yoy). Meski begitu, penyaluran kredit tercatat melemah dibandingkan dengan triwulan I tahun ini yang mencapai 9,97 persen (yoy).
"Relatif melambatnya pertumbuhan kredit sejalan dengan melambatnya perekonomian Provinsi Riau pada triwulan
laporan," katanya.
Perlambatan penyaluran kredit pada triwulan II-2014 terjadi pada bank milik pemerintah maupun swasta, masing-masing sebesar 9,21 persen (yoy) dan 8,20 persen (yoy) dari 10,34 persen dan 9,33 persen.
Berdasarkan valutanya penyaluran kredit masih didominasi oleh mata uang Rupiah yaitu mencapai Rp49,42 triliun, tumbuh 9,02 persen (yoy).
"Namun jumlah itu melambat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 10,37 persen yoy," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Riau menyatakan kinerja ekonomi Riau pada triwulan II-2014 kembali mengalami perlambatan. Dengan memperhitungkan unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau tumbuh 2,48 persen (yoy) melambat dibandingkan triwulan I-2014 yang mencapai 4,34 persen (yoy).
Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau tercatat sebesar 7,13 persen (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I-2014 dan tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi non migas nasional, yaitu masing-masing mencapai 7,00 persen (yoy) dan 5,47 persen (yoy).
"Meski pertumbuhan ekonominya melemah, tapi Riau masih tercatat sebagai daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera, dan pada peringkat nomor lima tertinggi secara nasional," kata Mahdi.
Perlambatan ekonomi Riau pada triwulan II-2014 utamanya didorong oleh melambatnya kinerja sektor tradables dan sektor non-tradables. Perlambatan sektor tradables utamanya didorong oleh kontraksi pada sektor pertambangan yang cukup signifikan. Sementara perlambatan pada sektor non-tradables didorong oleh perlambatan sektor jasa-jasa dan sektor bangunan.
Dari sisi penggunaan, perlambatan ekonomi utamanya didorong oleh kontraksi yang terjadi pada komponen ekspor. Penurunan utamanya terjadi pada ekspor migas yang dipengaruhi oleh kinerja "lifting" minyak bumi yang terus mengalami kontraksi. Sementara itu, perlambatan ekspor nonmigas pada triwulan laporan disebabkan oleh penurunan ekspor komoditas utama Riau yaitu minyak sawit mentah (CPO), akibat masih lemahnya kinerja ekonomi di negara mitra dagang utama khususnya Cina dan India.
"Selain itu, pemberlakuan hambatan tarif dan nontarif terhadap produk CPO di pasar internasional juga turut memberikan tekanan, meskipun penguatan nilai tukar rupiah yang masih terbatas dapat memberikan insentif bagi eksportir.