Manado (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) mengingatkan agar waspada terhadap potensi awan panas guguran Gunung Karangetang di Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara.
"Waspadai adanya awan panas guguran, di mana kubah lava lama masih ada di puncak yang sewaktu-waktu dapat rubuh bersamaan dengan keluarnya lava," kata Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid AN di Manado, Selasa.
Dalam laporan periode pengamatan Gunung Karangetang tanggal 1-15 April 2025 yang dibagikan Kepala Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi dan Maluku, Juliana DJ Rumambi, disebutkan karakteristik awan panas guguran terjadi dari penumpukan material lava yang gugur/longsor, serta kejadian lahar di waktu hujan di puncak.
Kondisi visual tidak teramati adanya kejadian guguran/erupsi efusif, sementara tinggi asap maksimum mencapai 400 meter di atas puncak.
Dari seismisitas, jenis gempa vulkanik
dalam terekam masih tinggi selama minggu ini, hal ini diindikasikan terjadinya akumulasi magma pada bagian dalam yang mungkin akan bergerak ke bagian dangkal bahkan ke permukaan.
Sementara itu, gempa-gempa lainnya masih fluktuatif, belum menunjukkan adanya peningkatan atau penurunan.
Dari pengamatan instrumental Gunung Karangetang, terekam sebanyak 119 kali gempa embusan, dua kali gempa hybrid/fase banyak.
Selanjutnya, sebanyak lima kali gempa vulkanik dangkal, 18 kali gempa vulkanik dalam, satu kali gempa tektonik lokal, satu kali gempa terasa pada skala modified mercalli intensity (MMI) I dan sebanyak 127 kali gempa tektonik jauh.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menurunkan status Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara dari Siaga (Level III) menjadi Waspada (Level II) terhitung sejak 11 Januari 2025 pukul 18.00 WITA.
Baca juga: Badan Geologi rekam 35 kali gempa embusan Gunung Karangetang di Sitaro Sultra
Baca juga: Warga Pulau Siau, Sulawesi Utara diminta mewaspadai awan panas guguran Karangetang