Kotabaru (ANTARA) - Pembangunan di sektor pariwisata terus digenjot oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotabaru, khususnya saat kepemimpinan H Sayed Jafar yang dimulai tahun 2015.
Semangat membangun sektor pariwisata tersebut tidak pernah kendor hingga setahun menjelang berakhirnya kepemimpinan dua periode H Sayed yang berasal dari seorang pengusaha transportasi laut, dan perminyakan tersebut.
Tak heran kalau saat ini, sektor pariwisata tumbuh dan berkembang cukup pesat, sehingga Kotabaru cukup dikenal oleh masyarakat Kalimantan dan daerah lain di Indonesia. Destinasi wisata baru juga mulai bermunculan, bagaikan jamur di musim hujan.
Obyek-obyek wisata terus tumbuh mulai di wilayah kota dengan wisata kuliner dan wahana bermain. Sedangkan di daerah pedesaan dan pesisir, tumbuh wisata alam seperti, hutan meranti, dan Gua Lowo, serta wisata bahari seperti, Teluk Tamiang dan Kampung Nelayan.
Gua, gunung/bukit, hutan, dan pesisir yang sebelumnya keberadaannya hanya dimanfaatkan untuk beraktifitas sehari-hari dan biasa-biasanya aja.
Namun kini, potensi wisata tersebut memiliki nilai keindahan atau estetika, dan menjadi alternatif bagi masyarakat untuk berwisata.
"Back to nature" atau kembali ke alam, itulah jargon bagi sebagian besar mereka yang mengunjungi Gua Temu Luang, Gua Lowo, Gunung Meranti, Air Terjun Tumpang Dua, Pantai Gedambaan dan Pantai Teluk Tamiang, serta Kampung Nelayan.
Wisatawan meningkat
Kunjungan wisatawan domestik dan manca negara ke sejumlah obyek wisata terus meningkat setiap tahun.
Meningkatnya tingkat hunian hotel, dan tingginya aktifitas pusat oleh-oleh serta pusat perbelanjaan yang menjual barang-barang khas Kotabaru, juga menjadi salah satu tolok ukur bahwa kunjungan wisatawan, lokal, regional dan asing terus meningkat.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kotabaru Sonny Tua Halomoan, menjelaskan, kunjungan wisatawan periode 2021 tercatat sebanyak 654.399, periode 2022 sebanyak 763.385, dan periode 2023 sebanyak 895.644.
Ia menjelaskan, peningkatan kunjungan wisatawan itu seiring dengan upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas infrastruktur kepariwisataan dan pemenuhan sarana dan prasarana di obyek wisata yang ada.
Pemda telah banyak membangun akses jalan dan peningkatan kualitas jalan menuju lokasi wisata, dan akses jalan antardesa yang menghubungkan obyek wisata satu ke obyek wisata yang lainnya.
Penyediaan fasilitas umum, seperti wc, tempat ibadah, lahan parkir, tempat bermalam, layanan kesehatan, informasi, dan layanan publik yang lainnya di setiap obyek wisata.
Bahkan saat ini penyediaan alat transportasi yang terhubung, baik darat maupun laut dan udara ke lokasi wisata juga semakin baik dan mulai ada integrasi antarmoda transportasi.
Saat ini sudah ada transportasi darat antarpulau yang menggunakan armada Bus Damri yang membuka rute Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru.
Selain itu, beroperasinya kapal penyeberangan Feri Benua Khatulistiwa dan feri lain untuk membuka pelayaran angtarpulau, Pulau Sebuku, Pulau Laut, dan daerah Utara Kotabaru, dan Pulau Laut dengan pulau-pulau di Sulawesi dan Jawa Timur.
Pendapatan asli daerah
Meningkatnya kunjungan wisata itu membawa berkah dengan munculnya usaha dan jasa lain sehingga secara keseluruhan telah meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata.
Data Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kotabaru menunjukkan realisasi pendapatan (retribusi) dari sektor pariwisata periode 2021 sebanyak Rp973 juta, periode 2022 sebanyak Rp1,339 miliar, periode 2023 sebanyak Rp1,283 miliar, dan hingga triwulan III 2024 sebanyak Rp1,464 miliar.
Meski tidak bisa menggeser dari hasil tambang dan perkebunan, setidaknya pendapatan dari sektor pariwisata, pada saatnya nanti juga bisa menjadi salah satu sumber yang bisa diandalkan oleh pemerintah daerah.
Meningkatnya pendapatan yang diawali dengan meningkatnya kunjungan wisatawan tidak terlepas dari peran, dan kerja sama yang baik antara pemerintah daerah dan masyarakat sebagai ujung tombak pembangunan pariwisata.
Bagaimana tidak, masyarakat memiliki peran penting sebagai pelaku yang menjalankan aktifitas di setiap obyek wisata yang ada di Kotabaru.
Merekalah yang memiliki inovasi, ide dan gagasan bagaimana potensi wisata yang ada di daerahnya dan belum tersentuh itu bisa menjadi tujuan atau destinasi.
Masyarakat lokal memainkan peran menggerakkan sumber daya yang dimiliki untuk mewujudkan gagasannya tersebut.
Sedangkan pemerintah atau pihak swasta hadir untuk mendukung dan memfasilitasi agar ide dan gagasan masyarakat tersebut dapat terwujud.
Dukungan tersebut bisa berupa kajian mendalam, studi kelayakan, atau kegiatan sarasehan dengan menghadirkan para ahli, akademisi dan para profesional di bidang kepariwisataan.
Kolaborasi pemerintah, swasta dan masyarakat terlihat dari pengembangan obyek wisata yang dibangun tiga tahun terakhir ini, di antaranya, Obyek Wisata Kampung Nelayan di Desa Gedambaan Kecamatan Pulau Laut Sigam.
Kondisi di Obyek Wisata Kampung Nelayan di Kecamatan Pulau Laut Sigam, Kabupaten Kotabaru. ANTARA/Mohamad Said
Berawal dari obrolan.
Kampung Nelayan yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) bersama Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) ini dibangun sekitar 22 Agustus 2022.
Pemuda desa yang peduli terhadap wisata, Amoh Rama menuturkan, awalnya sejumlah warga ngobrol ringan untuk mencari cara bagaimana desa tempat tinggalnya bisa maju dan berkembang seperti desa lain di Indonesia.
Obrolan tersebut disambut baik oleh pihak perusahaan tambang batu bara PT Arutmin Indonesia.
Melalui program corporate social responsibility (CSR), pihak perusahaan mendukung keinginan masyarakat dengan membersihkan dan mengatur sebidang lahan seluas kurang lebih 5.000 meter persegi untuk dijadikan pusat obyek wisata yang diberi nama "Kampung Nelayan".
Kampung Nelayan memiliki geografis yang lengkap, di mana daerah tersebut berada di bibir pantai dan tebing Pegunungan Bamega.
Pantai bebatuan dan pasir di musim-musim tertentu bibir pantai dipenuhi pasir putih nan bersih dan di musim lainnya bibir pantai terlihat "pelontos" hanya terlihat hamparan batu yang keras.
Lahan yang masih ditumbuhi pohon kelapa tersebut kemudian dibersihkan dan ditata lebih rapi.
Tahap selanjutnya pihak perusahaan membangun sejumlah fasilitas untuk pengunjung dan pedagang yang berasal dari pelaku usaha mikro kecil dan menengah dari desa setempat berupa bangunan.
Satu persatu masyarakat desa bersama pihak swasta membangun fasilitas umum dan sarana pendukung, seperti, tenda, warung, stand, dan yang lainnya yang jumlahnya belasan bangunan di lokasi yang ada di bibir pantai tersebut.
Ketua Kampung Nelayan Muhammad Said menjelaskan, sejak Kampung Nelayan itu beroperasi pertama kalinya, pengunjung selalu berdatangan, baik dari dalam kota maupun dari luar kota Kotabaru.
Pengunjung akan semakin membludak, ketika akhir pekan dan hari libur nasional.
Bahkan di kala itu, mencari lokasi parkir saja mulai sulit, karena lokai pakir yang ada dipenuhi kendaraan roda dua dan roda empat.
Sehingga halaman warga desa di sekitar lokasi Kampung Nelayan menjadi lokasi strategis yang dipilih pengunjung untuk memarkir kendaraannya.
Saat ini jumlah pengunjung rata-rata kisaran 300-700 orang dan bisa meningkat dua kali kalau di akhir pekan atau hari libur.
Muhammad Said mengakui, semua itu merupakan hasil kerja sama antara masyarakat, pemerintah daerah dan swasta.
Saat ini, fasilitas di Kampung Nelayan terus dilengkapi, baik yang disiapkan oleh pemerintah maupun pihak swasta, seperti kapal wisata, bagan wisata, peralatan menyelam, serta fasilitas yang lainnya.
Said optimistis, suatu saat nanti akan bisa mandiri, dan tidak terus bergantung dengan pemerintah ataupun swasta.
Banyak peluang usaha yang mulai dirintis, seperti, pengelolaan stand jualan, warung, kafe, lahan parkir, sewa alat selam, sewa kapal wisata, sewa bagan wisata serta yang lainnya.
Semuanya itu tujuannya agar Kampung Nelayan bisa memperoleh pendapatan yang akan digunakan untuk operasional organisasi, mengembangkan obyek wisata, maupun untuk operasional obyek wisata.
Kehadiran Kampung Nelayan membawa berkah bagi masyarakat di sekitarnya, para kaum perempuan yang biasanya mengurus rumah tangga, kini mereka mempunyai tugas baru untuk membuat makanan, jajanan dan aneka oleh-oleh khas Kotabaru.
Hari-hari mereka kaum perempuan kini disibukkan untuk membantu suami dengan berjualan di Obyek Wisata Kampung Nelayan.
Kehidupan para nelayan saat ini tidak hanya semata mengandalkan pendapatan dari menangkap ikan di laut, tetapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari mereka bisa "disokong" dari pendapatan berjualan.
Destinasi wisata tumbuh
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Sonny Tua Halomoan, mengungkapkan, obyek wisata baru terus bermunculan di daerah-daerah, terutama daerah pesisir.
Dari hasil inventarisasi potensi di Kabupaten Kotabaru terdapat 145 destinasi wisata. Dari jumlah tersebut diprioritaskan pada 6 Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) dengan menetapkan 10 destinasi wisata unggulan menjadi obyek sampel perhitungan jumlah kunjungan wisatawan.
Pertama, Pantai Gedambaan, Wisata Bukit Mamake Bapake dan Raja Sigam. Kedua, Siring Laut dan sekitarnya, dan ketiga, Ekowisata Hutan Meranti, Air Terjun Tumpang Dua dan sekitarnya.
Keempat, Wisata Kepulauan (Pantai Teluk Aru, Teluk Tamiang, Nusa Dua dan sekitarnya), kelima, Wisata Kelumpang (Goa Lowo, Goa Liang Udut, Goa Hasan Basri, Danau Bidadari dan sekitarnya), dan keenam, Wisata Geopark.
Untuk mendukung pengembangan obyek wisata tersebut, pemerintah daerah telah memfasilitasi terbentuknya Pokdarwis sebanyak 10 di obyek wisata.
Yaitu, Pokdarwis Citra Pesona Tegal Rejo, mengelola Goa Lowo, Pokdarwis Terumbu Karang Laut Biru, mengelola Pantai Teluk Tamiang, Pokdarwis Rindang Angin, mengelola Pantai Rindang Angin, dan Pokdarwis Pesona Selayar, mengelola Pantai usa Dua Selayar.
Pokdarwis Mancing Tengkawang, mengelola Desa ungai Seluang, Pokdarwis Pesona Mandiri, mengelola Bukit/Gunung Mamake/Bapake Hills, Kampung Nelayan, Wisata Mangrove, dan Wisata Kampung Bahari Nusantara.
Pokdarwis Searindengan, mengelola Pantau Teluk Aru, Pokdarwis Keluarga Besar Kerajaan Cantung, mengella Makam Raja Cantung, Pokdarwis Pantai Risalo Teluk Jagung, mengelola Pantai Teluk Jagung, dan Pokdarwis Danau Swira, mengelola Danau Sewira.
Kehadiran Pokdarwis itu menunjukkan kesadaran masyarakat Kotabaru kini semakin tinggi untuk mengelola semua destinasi wisata agar tetap terkelola dengan baik.
Mereka menyadari jika wisatawan puas dengan fasilitas yang ada maka kemungkinan akan datang lagi dengan mengajak teman-teman yang lain sehingga angka kunjungan wisatawan tetap terjaga.
Berita Lainnya
Airlangga: Pemerintah akan dorong fasilitas GSP dari Amerika Serikat
30 November 2024 16:54 WIB
Menag Nasaruddin Umar tegaskan upaya meningkatkan kesejahteraan guru terus dilakukan
30 November 2024 16:36 WIB
Pengamat: Kenaikan upah minimum akan berikan efek surplus ke dunia usaha
30 November 2024 16:30 WIB
Indonesia komitmen perkuat kerja sama strategis dengan negara-negara MSG
30 November 2024 16:20 WIB
Kemenkes ajak warga berperan aktif untuk mengeliminasi HIV/AIDS di Indonesia
30 November 2024 15:56 WIB
Waka Komisi I DPR RI akan perjuangkan anggaran TNI untuk wujudkan Astacita
30 November 2024 15:25 WIB
Presiden Mesir serukan hidupkan kembali solusi dua negara Palestina-Israel
30 November 2024 15:06 WIB
Pemuda Pancasila siap menangkan pasangan RIDO di putaran kedua Pilkada Jakarta
30 November 2024 14:58 WIB