Warga Desa Mukti Sari, Kampar gunakan biogas kotoran sapi untuk memasak

id biogas, desa mukti sari, kotoran sapi

Warga Desa Mukti Sari, Kampar gunakan biogas kotoran sapi untuk memasak

Sebanyak 22 kepala keluarga di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar sudah memanfaatkan biogas dari kotoran sapi untuk memasak. (ANTARA/Vera Lusiana)

Pekanbaru (ANTARA) - Sebanyak 22 kepala keluarga di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, sudah memanfaatkan biogas dari kotoran sapi untuk memasak sejak dua tahun terakhir.

Selain digunakan kompor dari gas yang diolah secara mandiri, juga terdapat 8 kepala keluarga yang sudah memanfaatkan biogas untuk penerangan di malam hari.

Ketua Kelompok Bina Mukti Sari Sudarma saat dijumpai pada acara aktivasi kegiatan desa energi berdikari (DEB) di Kampar, Senin, mengatakan warga desa menerima bantuan sapi tahun 2013 dari pemerintah kabupaten Kampar dan Provinsi Riau, untuk diternakkan. Kala itu warga belum tahu manfaat kotoran sapi seperti saat ini, mereka hanya memanfaatkan secara manual untuk pupuk tanaman bahkan membuangnya ke sungai.

Namun berkat pelatihan yang diberikan oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR) melalui mitra pelaksana Yayasan rumah Energi (YRE) maka kotoran sapi tersebut kini tidak lagi terbuang sia-sia, namun bisa diolah menjadi biogas untuk keperluan memasak rumah tangga.

"Awalnya kami dapat dari bupati, kotoran nya kami gunakan untuk kompos seperti biasa, namun setelah bertemu PHR warga lebih maju ada pengolahan terjadi lebih baik bisa jadi biogas dan pupuk untuk tanaman, dan ada kompos dan pupuk cair," kata dia.

Selain itu, lanjut Sudarma, limbah biogas ini juga bisa jadi pakan ternak unggas dan ikan lele. Bahkan bisa dijual dalam bentuk kompos Rp2.000 per kilogram, dan Pupuk Olahan Cair (POC) Rp30 ribu per liter.

"Keuntungannya dari biogas ini bisa mengurangi pengeluaran masyarakat untuk elpiji Rp80 ribu per bulan,kalau listrik padam bisa jadi penerang di malam hari, dan ampasnya jadi pupuk untuk keperluan sendiri dan malah bisa dijual," tambahnya.

Sementara itu, Senior officer CSR Pertamina Hulu Energi (PHE), Irvan, mengatakan biogas di Desa Mukti Sari merupakan program yang memanfaatkan energi yang ada di masyarakat. Saat ini ada 28 DEB yang sedang dikembangkan di Indonesia salah satunya adalah di PHR dengan memanfaatkan kotoran sapi menjadi biogas di Rumbai dan di Desa Mukti Sari, Kampar ini.

"Di seluruh Indonesia dimulai dari ujung Sumatera sampai dengan Papua kita melakukannya, semangatnya adalah bahwa transisi energi ini mau tidak mau dilakukan dan kita ingin menunjukkan bahwa masyarakat itu bisa berdikari sendiri dengan memanfaatkan potensi energi yang ada," kata Irvan.

Ia berharap bahwa dari program yang sudah dibuatkan itu bisa menular ke yang lain karena manfaatnya dirasakan oleh masyarakat sehingga akhirnya mereka akan membuat sendiri dan mengolah kotoran sapi itu menjadi biogas.

"Biarkan hasil yang berbicara dan manfaatnya bisa diterima masyarakat," katanya

Ia menambahkan untuk pengembangan selanjutnya PHE ada rencana kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tapi masih menyesuaikan dimana lokasi yang tepat.

Manager CSR PHR Pinto Budi Bowo Laksono menyampaikan DEB merupakan program Pertamina yang disesuaikan dengan potensi yang ada di daerah masing-masing. Seperti ada di Kota Batak ini yang merupakan area kerja PHR banyak ternak sapi,sehingga bisa dimanfaatkan kotorannya untuk biogas.

Program desain yang diberikan ini merupakan turunan dari program CSR Pertamina Persero yang sudah dilakukan di dua wilayah Rumbai Barat dan Desa Mukti Sari,Tapung, Kampar.

"Ini program Tanggung Jawab Sosial(TJSL) PHR yang bertujuan membangun kemandirian energi dan ekonomi masyarakat desa berbasis energi bersih dan terbarukan. Program Desa Energi Berdikari memanfaatkan energi terbarukan seperti surya, air, angin, dan biogas untuk pengurangan emisi karbon, percepatan transisi energi bagi masyarakat, dan mendukung target pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060," katanya.

Program DEB Berbasis Biogas bertujuan untuk peningkatan kapasitas masyarakat demi mendorong pemanfaatan energi terbarukan biogas dengan memanfaatkan limbah organik. Selain itu, masyarakat juga diajarkan untuk menggunakan bioslurry (byproduct biogas) sebagai pupuk untuk digunakan mandiri dan atau dipasarkan menjadi produk turunan pupuk organik yang berpotensi meningkatkan ekonomi masyakarat.

Ia menmbahkan sejauh ini jumlah penerima manfaat masyarakat di Desa Mukti Sari khususnya Kelompok Biotama Agung Lestari secara langsung ada 150 orang,terdiri dari user Biogas (peternak), keluarga, siswa-siswi Pondok Pesantren, dan masyarakat umum.

Penerima manfaat tidak langsung ada 21 orang, terdiri dari pembeli/pengguna produk turunan biogas (POP dan POC).

"Adapun bentuk bantuan yang diberikan PHR kepada masyarakat untuk mendapatkan biogas berupa fasiltias terdiri dari, 21 reaktor biogas, 12 demoplot rumahan, 2 demoplot terintegrasi,2 saluran kompor biogas tambahan sebagai pencabangan satu sumber," urainya.

Sementara bagi Kelompok Bentukan Biotama Agung Lestari bantuan yang diberikan berupa,pelatihan tukang untuk konstruksi reaktor biogas, agar keterampilan membangun ini juga dimiliki oleh warga lokal dengan model OJT. Pelatihan pengoperasian dan pemanfaatan biogas serta bioslurry kepada 24 orang peserta dari penerima manfaat fase I dan fase II.