Pembangkit listrik biogas hasil kerjasama BPPT bikin PTPN V hemat Rp12,5 miliar

id Ptpn v,Bppt,Pembangkit listrik biogas,Limbah sawit

Pembangkit listrik biogas hasil kerjasama BPPT bikin PTPN V hemat Rp12,5 miliar

Direktur Utama PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) V Jatmiko K. Santosa (tengah) bersama Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Hammam Riza (kanan) mendengar penjelasan tentang operasional Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biogas berkapasitas 700 kilowatt di Pabrik Kelapa Sawit PTPN V Terantam, Kabupaten Kampar, Riau (4/3/2019). Pembangunan PLT Biogas hasil kerjasama PTPN V dengan BPPT yang berinvestasi Rp27 miliar menggunakan bahan baku palm oil mill effluent (POME) atau limbah cair dari pabrik kelapa sawit, sehingga PTPN V dapat menghemat biaya produksi listrik Rp12,5 miliar per tahun untuk operasional pabrik di Kampar. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Kampar, Riau (ANTARA) - Pembangkit Listrik Tenaga Biogas hasil kerja sama antara PT Perkebunan Nusantara V dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi resmi beroperasi di Pabrik Kelapa Sawit Terantam PTPN V, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Senin.

Direktur Utama PTPN V Jatmiko Krisna Santosa mengatakan penggunaan listrik dari gas metan limbah cair kelapa sawit bisa membuat BUMN perkebunan ini hemat sekitar Rp12,5 per tahun dari biaya bahan bakar.

"Efisiensi (bahan bakar) bisa Rp12,5 miliar. Bayangkan kalau seluruh 10 pabrik kelapa sawit kita pakai ini bisa mendapat efisiensi sekitar Rp125 miliar," kata Jatmiko.

Hadir dalam peresmian itu Kepala BPPT Hammam Riza dan Deputi Bidang TIEM BPPT Eniya Listiani Dewi, dan Direktur Operasional PTPN V Balaman Tarigan, serta jajaran manajemen PTPN V, dan BPPT.

“Setelah melalui banyak diskusi dan kajian, kami bersyukur pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) di PKS Terantam hasil kerjasama dengan BPPT dapat diselesaikan dan diresmikan bersama-sama,” ujar Jatmiko.

Baca juga: Produktivitas Sawit PTPN V capai 21,94 Ton, rekor tertinggi perusahaan

Menurutnya PTPN V patut bersyukur, sebab perusahaan yang senantiasa fokus menerapkan budidaya perkebunan yang "sustainable" itu, memperoleh berkah melalui kerjasama yang apik dengan BPPT.

"BPPT punya riset, kajian, SDM, teknologi, dan peralatannya, sedangkan kita memiliki potensi limbah sawit yang sangat besar, yang berasal dari hasil olah pabrik kelapa sawit berkapasitas 575 ton tandan buah sawit per jam," katanya.

Ia menyebutkan bahwa sinergi dengan BPPT dalam pembangunan pilot plan Biogas yang dimulai dengan penandatanganan MoU di tahun 2016, dilanjutkan dengan pembangunannya di tahun 2017.

"Apresiasi dan terimakasih kami kepada BPPT, dengan kerjasama yang baik, buah kesungguhan Perusahaan untuk menjadi Perusahaan Perkebunan Negara yang paling Fokus mengembangkan energi terbarukan berbahan dasar limbah sawit, senantiasa terjaga", tukasnya.

Baca juga: BPPT siapkan 17 ton garam untuk hujan buatan tanggulangi Karhutla Riau

Direktur Utama PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) V Jatmiko K. Santosa (tengah) bersama Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza (kiri) dan Deputi BPPT Eniya Listiani Dewi (kanan) membahas operasional Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biogas berkapasitas 700 kilowatt di Pabrik Kelapa Sawit PTPN V Terantam, Kabupaten Kampar, Riau (4/3/2019). Pembangunan PLT Biogas hasil kerjasama PTPN V dengan BPPT yang berinvestasi Rp27 miliar menggunakan bahan baku palm oil mill effluent (POME) atau limbah cair dari pabrik kelapa sawit, sehingga PTPN V dapat menghemat biaya produksi listrik Rp12,5 miliar per tahun untuk operasional pabrik di Kampar. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)


Pembangunan PLT Biogas sendiri menelan nilai investasi Rp27 miliar. Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan listrik berasal dari palm oil mill effluent (POME) atau limbah cair dari pabrik kelapa sawit Terantam, dan mampu menghasilkan listrik sebesar 700 Kilo Watt (KW).

Jatmiko menerangkan, listrik yang dihasilkan dari pembangkit ini nantinya akan digunakan untuk operasional pabrik pengolahan kernel (inti) sawit di Tandun, yang saat ini beroperasi dengan pasokan listrik dari PLT Biogas Tandun dan supply bahan bakar fosil.

"Penerapan sawit yang lestari bukanlah menyulitkan, tapi jadi bagian dari mimpi besar PTPN V untuk menjadi contoh sukses peningkatan nilai tambah dari limbah kelapa sawit, sekaligus meningkatkan kemampuan inovasi teknologi pemanfaatan limbah cair menjadi energi listrik di Indonesia, serta bukti kita tidak hanya sekedar pemenuhan kriteria untuk memperoleh sertifikasi ISO, ISPO, RSPO hingga ISCC," tukasnya.

PLT Biogas Teratam merupakan project kedua di PTPN V, sebelumnya juga telah dibangun PLT Biogas pertama di lingkungan BUMN Perkebunan berlokasi PKS Tandun dengan daya 1,2 megawatt. Selanjutnya, Jatmiko tengah merencanakan membangun PLT Biogas ketiga di Sei Pagar, Riau.

"Kami punya rencana besar untuk memanfaatkan seluruh potensi biogas dan biomass dari limbah sawit kami. Selain digunakan sendiri, kebutuhan listrik Riau menjadi potensi bagi kami yang sudah melakukan MoU dengan PLN. Kami berharap ke depan akan semakin banyak perusahaan sawit yang dapat memanfaatkan limbah kelapa sawit menjadi energi di Indonesia," harap Jatmiko.

Baca juga: Perkebunan Nusantara V bukukan laba kotor Rp1,04 Triliun

Sejumlah pekerja memeriksa pipa gas metan di instalasi Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biogas berkapasitas 700 kilowatt di Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V Terantam, Kabupaten Kampar, Riau (4/3/2019). Pembangunan PLT Biogas hasil kerjasama PTPN V dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang berinvestasi Rp27 miliar menggunakan bahan baku palm oil mill effluent (POME) atau limbah cair dari pabrik kelapa sawit, sehingga PTPN V dapat menghemat biaya produksi listrik Rp12,5 miliar per tahun untuk operasional pabrik di Kampar. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)


Kepala BPPT, Hammam Riza, mengatakan limbah cair kelapa sawit, dapat diolah untuk menghasilkan biogas, bahkan dimanfaatkan sebagai energi listrik sebagai solusi di daerah yang masih sulit dijangkau aliran listrik. Untuk itu pihaknya membangun sebuah pilot plant Pilot Project Pembangkit Listrik Tenaga Biogas berbahan baku limbah cair pabrik kelapa sawit (PLT Biogas POME) di area Pabrik Kelapa Sawit PTPN V di Riau.

“Selama ini limbah cair kelapa sawit atau POME dianggap menimbulkan pencemaran lingkungan. Padahal kalau diolah secara anaerobic dapat menghasilkan biogas, sehingga juga dapat menghasilkan energi listrik, maupun dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas rumah tangga dan industri," katanya.

Proyek ini dinilainya untuk pembuktian dari pengembangan teknologi biogas yang dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini BPPT.

“Upaya pemanfaatan limbah cair kelapa sawit menjadi energi ini juga sebagai bentuk optimalisasi dari kata kunci waste to energy, yang merupakan salah satu langkah kontribusi Indonesia dalam menurunkan Emisi GRK dunia sebesar 29 persen pada tahun 2030,” katanya.

BPPT disebut Hammam selama ini terus memberi kontribusi dengan melakukan kaji terap teknologi untuk pengolahan limbah industri agro, sekaligus opsi penyediaan energi terbarukan yang ramah lingkungan di tanah air.

Baca juga: Drone Buatan BPPT Sukses Terbang Selama Tujuh Jam Tanpa Henti

Baca juga: PTPN V Proyeksikan Produksi 1,56 juta Ton Sawit tahun ini