Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) terus mencermati ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global terhadap perekonomian Indonesia.
"Ke depan risiko terkait arah penurunan dan dinamika ketegangan geopolitik global tetap perlu dicermati," kata kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Bulan Mei 2024 di Jakarta, Rabu.
Risiko-risiko tersebut dapat kembali mendorong kenaikan ketidakpastian global, menekan mata uang negara berkembang, meningkatkan tekanan inflasi dan menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia
"Kondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global tersebut terhadap perekonomian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia," tutur Perry.
Ia mengatakan ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi di tengah prospek perekonomian Amerika Serikat (AS) yang kuat. Ekonomi AS tumbuh kuat ditopang oleh perbaikan permintaan domestik termasuk fiskal yang akomodatif dan kenaikan ekspor.
Inflasi AS pada April 2024 tetap tinggi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang kuat tersebut meskipun melambat dibandingkan dengan inflasi Maret 2024.
Perry menuturkan perkembangan inflasi tersebut meningkatkan kemungkinan penurunan Fed Funds Rate pada akhir 2024. Pada saat bersamaan, risiko memburuknya ketegangan geopolitik sejak akhir April 2024 tidak berlanjut.
"Berbagai kondisi ini berdampak positif pada tertahannya penguatan dolar Amerika Serikat secara global dan menurunnya yield US Treasury dibandingkan dengan kondisi pada pertengahan April 2024 meski masih berada pada level yang tinggi," ujarnya.
Selain itu, aliran modal ke negara berkembang kembali terjadi dan mengurangi tekanan terhadap nilai tukarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan bahwa pemerintah selalu menyiapkan skenario untuk meredam dampak gejolak geopolitik global ke perekonomian Indonesia terutama bagi sektor riil.
"Skenario, pemerintah selalu siapkan. Namun sekarang kita masih menunggu perkembangan (konflik Iran-Israel),” kata Airlangga saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (18/4).
Airlangga mengatakan, sejauh ini potensi eskalasi antara Iran dan Israel belum terlihat signifikan. Pemerintah Indonesia juga masih mencermati perkembangan arah gejolak geopolitik di antara dua negara itu.
Menurut Airlangga, investor memiliki tingkat kepercayaan yang baik terhadap ketahanan ekonomi Indonesia. Perekonomian nasional juga diperkirakan tetap tumbuh di kisaran 5 persen pada tahun ini.
"Indonesia jauh di atas perkembangan ekonomi global (yang diperkirakan tumbuh 3,2 persen pada 2024). Ekonomi global diperkirakan flatten atau tetap, sedangkan Indonesia 5,1 persen di 2025. Negara berkembang pun rata-rata (ekonomi tumbuh) di 4,2 persen,” kata dia.
Baca juga: BI: Cadangan devisa Indonesia capai 136,2 miliar dolar AS pada April 2024
Baca juga: BI sebut kegiatan dunia usaha meningkat pada triwulan I-2024
Berita Lainnya
Mendikdasmen dorong agar kegiatan pembelajaran tak terbatas di sekolah
19 December 2024 13:00 WIB
Saat Natal dan Tahun Baru, kelurahan-kecamatan di Jaksel diingatkan untuk gandeng aparat
19 December 2024 12:39 WIB
Presiden Prabowo bertemu PM Pakistan bahas kerja sama ekonomi dan perdagangan
19 December 2024 12:05 WIB
Warga Gaza dambakan perdamaian dan kehidupan normal
19 December 2024 12:00 WIB
Film "Perang Kota" akan jadi penutup festival film Rotterdam, Belanda ke-54
19 December 2024 11:38 WIB
Bandara Radin Inten perkirakan capai 95 ribu penumpang di libur akhir tahun
19 December 2024 11:29 WIB
Baznas dan Kemenag resmi luncurkan peta jalan zakat 2045
19 December 2024 11:20 WIB
IHSG Bursa Efek Indonesia melemah di tengah The Fed pangkas suku bunga acuan
19 December 2024 11:12 WIB