Jakarta (ANTARA) - Inisiator dan chairman Java Jazz Festival, Peter Gontha, meluruskan kesalahpahaman pandangan bahwa genre musik jazz cenderung memiliki segmentasi yang diperuntukkan hanya untuk kalangan orang tua.
Sebaliknya, ia menilai musik jazz, terlebih festival yang ia gagas, harus digeluti oleh anak-anak muda yang memiliki semangat dan kecintaan tinggi terhadap musik tersebut.
“Ada kesalahan pandangan bahwa jazz itu segmented. Memang benar bahwa tidak seperti musik dangdut, kebanyakan musisi jazz adalah anak sekolah (musik). Tetapi, sekarang segmentasi anak muda banyak sekali yang menuju ke jazz,” jelas Peter di Jakarta, Minggu (4/6).
Ia lalu mencontohkan selama beberapa kali gelaran The Jakarta International BNI Java Jazz Festival dengan menggamit musisi-musisi muda lintas-genre dan generasi, baik lokal maupun mancanegara, terbukti mendapatkan respons positif dari seluruh penikmat jazz yang hadir.
“Musik itu dasarnya jazz, klasik, rhythm and blues. Jazz merupakan ekspresi orang yang berontak, dalam arti kata boleh main dengan nada apa saja, dan merupakan suatu tanda kebebasan berekspresi. Jadi, jazz nggak segmented. Siapa yang senang musik, harusnya senang jazz,” imbuhnya.
Lebih jauh Peter melihat pentingnya keberadaan generasi penerus untuk melanjutkan tongkat estafet keberlangsungan musik jazz di Indonesia, salah satunya lewat festival-festival musik yang berkualitas tinggi.
“Alhamdulillah, kalau boleh dikatakan tanpa bermaksud meninggikan hati, Java Jazz adalah festival musik jazz terbesar di dunia seperti dikatakan banyak musisi. Ini memang pekerjaan anak muda umur 25-40 tahun, nggak boleh lebih, karena mereka bekerja tanpa batas dan pamrih. Kebanyakan mereka volunteer, banyak sekali, tahun ini saja ada 200 sampai 300 orang. Nggak mungkin kami bayar mereka,” terangnya.
Mencermati dinamika zaman dan keberlangsungan festival yang ia gagas, Peter tak menampik bahwa harus selalu ada penyesuaian yang dilakukan agar genre jazz tetap bertahan atau tak lekang tergerus waktu.
“Di dunia ini umur tidak bisa ditahan, akan berlanjut terus. Kita lihat musisi yang sudah tampil di Java Jazz banyak yang sudah wafat seperti Chuck Loeb, Natalie Cole, Goerge Duke, Al Jarreau, Kenny Rankin, Bobby Caldwell, Miles Davis, dan Duke Ellington. Mereka ini diganti oleh orang-orang seperti Joey Alexander, Cory Wong, atau Arpi Alto. Jadi, memang akan berubah,” tutupnya.
Perhelatan The Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2023 ke-18 yang berlangsung pada 2-4 Juni kemarin di JIExpo Kemayoran Jakarta, menghadirkan 4 special show yaitu The Chicago Experience feat. Danny Seraphine dan Jeff Coffey, Stephen Sanchez, Cory Wong, dan MAX.
Baca juga: Jennie BLACKPINK nyanyikan lagu Killing Me Softly di Chanel Fashion Show
Baca juga: Barry Likumahuwa and The Rhythm Service rilis single terbaru berjudul 24 Moments
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB