Harga minyak naik di sesi Asia, dipicu pelemahan dolar, kekhawatiran pasokan

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, minyak

Harga minyak naik di sesi Asia, dipicu pelemahan dolar, kekhawatiran pasokan

Ilustrasi - Lapangan minyak Khurais, di 160 km (99 miles) dari Riyadh, Arab Saudi. (ANTARA/REUTERS/Ali Jarekji/pri.)

Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik tipis di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, didorong pelemahan dolar serta pengurangan pasokan dari Kanada dan produsen OPEC+, sementara investor menunggu apakah janji dari negara-negara Kelompok Tujuh (G7) untuk secara ketat memberlakukan pembatasan harga pada energi Rusia akan berdampak pada ekspor.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 14 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 75,72 dolar AS per barel pada pukul 00.18 GMT.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Juli, kontrak yang lebih aktif diperdagangkan, naik 15 sen atau 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 71,84 dolar AS per barel.

Kontrak WTI Juni, yang berakhir Senin sore, naik 5 sen menjadi diperdagangkan pada 71,60 dolar AS per barel.

Dolar mundur dari puncak dua bulan terhadap sekeranjang mata uang utama karena investor memperkirakan Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pertemuan Juni. Greenback yang lebih lemah membuat komoditas berdenominasi dolar lebih menarik bagi investor.

Pekan lalu, kedua harga acuan minyak naik sekitar dua persen, kenaikan mingguan pertama dalam lima pekan, setelah kebakaran hutan menutup pasokan minyak mentah dalam jumlah besar di Alberta, Kanada.

Pemotongan produksi sukarela OPEC+ juga berlaku mulai Mei, kata analis dari Goldman Sachs dan JP Morgan.

"Data ekspor terbaru menunjukkan bahwa delapan produsen OPEC+ memenuhi janji mereka untuk memangkas pasokan," kata analis JP Morgan dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.

Total ekspor produk minyak mentah dan minyak dari grup itu anjlok 1,7 juta barel per hari (bph) pada 16 Mei, tambah mereka.

"Pandangan kami tetap bahwa Rusia telah memangkas produksi minyaknya sebesar 500.000 barel per hari dari level Februari dan ekspornya kemungkinan akan sejalan dengan produksi pada akhir Mei," kata JP Morgan.

Analis CMC Markets Tina Teng mengatakan penegakan sanksi yang lebih ketat terhadap Rusia mungkin akan mendorong kenaikan harga minyak.

Pada Sabtu (20/5/2023), negara-negara G7 berjanji pada pertemuan para pemimpin tahunannya untuk meningkatkan upaya melawan penghindaran Rusia dari batas "sambil menghindari efek limpahan dan mempertahankan pasokan energi global", tetapi tidak memberikan rincian.

Peningkatan seperti itu diperkirakan tidak akan mengubah situasi pasokan minyak mentah dan produk minyak, kata Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol, seraya menambahkan bahwa badan tersebut tetap berpegang pada analisisnya untuk saat ini.

Dalam laporan bulanan terbarunya, IEA memperingatkan tentang kekurangan yang membayangi di paruh kedua ketika permintaan diperkirakan melampaui pasokan hampir 2 juta barel per hari.

Pada Senin, Kilang Minyak Dangote, sebuah fasilitas baru di Nigeria yang bertujuan untuk mengakhiri kekurangan bahan bakar yang berulang di negara itu, akan ditugaskan tetapi kurangnya pasokan minyak mentah menimbulkan risiko besar untuk mencapai produksi penuh, kata para analis.

Di AS, jumlah rig minyak turun 11 menjadi 575 dalam seminggu hingga 19 Mei, penurunan mingguan terbesar sejak September 2021, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.

"Perlambatan aktivitas pengeboran AS menjadi perhatian pasar minyak, yang diperkirakan akan mengalami defisit yang cukup besar selama paruh kedua tahun ini," kata analis ING dalam sebuah catatan.

Baca juga: Harga minyak jatuh di awal sesi Asia karena dolar yang kuat, inflasi tinggi

Baca juga: Harga minyak turun di Asia tertekan kenaikan tak terduga persediaan AS