Ekonom: Penjaminan dana deposan di AS bisa redam krisis keuangan global

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antra

Ekonom: Penjaminan dana deposan di AS bisa redam krisis keuangan global

Tangkapan layar - Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah dalam OCBC NISP Business Forum di Jakarta, Selasa (21/3/2023). (ANTARA/Sanya Dinda.)

Jakarta (ANTARA) - Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengatakan langkah regulator Amerika Serikat yang menjamin dana seluruh deposan di bank-bank yang ditutup, meredam krisis keuangan di negara tersebut menjadi krisis keuangan sistemik global.

“Langkah regulator AS menjamin dana deposan itu menjadi modal untuk meredam gejolak sistem keuangan di Amerika Serikat yang bisa berdampak sistemik ke sektor keuangan global, dan kepada kita,” kata Piter dalam OCBC NISP Business Forum di Jakarta, Selasa.

Ia menyebutkan penutupan perbankan di Amerika Serikat disebabkan oleh penarikan dana dari bank secara bersamaan oleh nasabah atau disebut juga dengan rush.

Adapun rush tersebut dipicu oleh kepercayaan nasabah yang berkurang lantaran keringnya likuiditas perbankan yang ditutup, salah satunya Silicon Valley Bank (SVB), akibat kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS yang tinggi.

“Sebagian besar dana deposan di SVB tidak dijamin sebetulnya, karena melewati batas limit penjaminan. Tapi regulator AS mengatakan menjamin semua dan deposan, artinya regulator di AS sangat mengantisipasi,” katanya.

Menurutnya, penutupan perbankan di AS tidak akan berdampak kepada sektor keuangan Indonesia dengan kondisi yang cukup kuat saat ini.

“Kalau kita bercermin dari kondisi krisis keuangan global di 2008 dan 2009, kondisi keuangan kita relatif cukup kuat karena setelah 1997 dan 1998, regulator kita membatasi sekali sektor keuangan untuk terekspos dengan global,” katanya.

Baca juga: Ekonom sebut Indonesia bisa diuntungkan penutupan Silicon Valley Bank

Baca juga: Ekonom perkirakan pertumbuhan impor akan lebih tinggi dibanding ekspor pada 2023