Tradisi Cue Lak di Selatpanjang ditonton ribuan orang, begini sejarah singkatnya

id Tradisi Cue Lak ,Cue Lak di Selatpanjang ,Imlek di Meranti ,Imlek di Selatpanjang

Tradisi Cue Lak di Selatpanjang ditonton ribuan orang, begini sejarah singkatnya

Ratusan warga Tionghoa yang tergabung dalam panitia perayaan Tradisi Cue Lak di hari keenam Tahun Baru Imlek 2574, mengarak tiga dewa keliling ke 23 kelenteng di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, Jumat (27/1/2023). (ANTARA/Rahmat Santoso)

Selatpanjang (ANTARA) - Tradisi Cue Lak atau perayaan hari puncak Tahun Baru Imlek 2574 di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau memiliki daya tarik yang sangat luar biasa.

Dalam pantauan ANTARA, Jumat, ribuan masyarakat dari dalam dan luar Kepulauan Meranti tampak tumpah ruah di sejumlah sudut jalan kota melihat arak-arakan para dewa tersebut. Pawai ini dimulai pukul 06.30 sampai dengan pukul 19.00 WIB.

Cue Lak juga menjadi puncak ibadah Imlek bagi masyarakat Tionghoa di Kota Selatpanjang. Sebanyak 23 kelenteng yang ada di Kota Selatpanjang dikunjungi oleh Dewa Cho Se Kong yang berulang tahun di hari yang sama. Masyarakat Tionghoa juga menyebutkan Imlek keenam dengan sebutan Cue Lak.

Pelaksanaan ibadah ini sendiri juga sudah dua tahun tidak dilaksanakan akibat pandemi COVID-19. Dimana terakhir kali dilaksanakan pada 2020 lalu.

Sekretaris Yayasan Sosial Umat Beragama Budha (YSUBB), Tjuan An yang juga sebagai Ketua Panitia Kirab Budaya Imlek 2574 menceritakan sejarah singkat tentang Cue Lak. Pawai arak-arakan dewa tersebut merupakan tradisi masyarakat Taonisme.

"Ini tradisi dari Tiongkok (daratan China) yang dibawa nenek moyang ke Selatpanjang sekitar lebih dari 100 tahun yang lalu," ungkap Tjuan An.

Pada saat itu, ada dua dewa yang dibawa lari oleh nenek moyang mereka ke Selatpanjang yakni Dewa Cho Se Kong dan Dewa Tua Pek Kong yang sekarang ditempatkan di Vihara Sejahtra Sakti (kelenteng tertua) di Jalan Ahmad Yani, Selatpanjang.

"Jadi tradisi perayaan Cue Lak (imlek keenam) hari lahir Cho Se Kong hanya dilaksanakan di Meranti, karena dewa aslinya ada di sini. Dilaksanakan sejak ratusan tahun lalu, sejak nenek moyang kami lari membawa dewa dari China ke Selatpanjang," sebutnya.

Makna dari tradisi ini, tambah Tjuan An, memperingati hari lahir Dewa CheSe Kong. Selain itu dengan pawai keliling diharapkan bisa mengusir roh jahat, iblis dan segala macam bentuk kejahatan dan bencana. Kegiatan tersebut mulai dilaksanakan sejak pagi hari hingga malam.

Setidaknya ada sebanyak tiga dewa yang diarak menggunakan tandu oleh panitia. Ketiga dewa tersebut ditandu sesuai dengan urutannya. Tandu paling depan atau pertama ditempati Tian Tho Wan Sue (Dewa Perang), tandu kedua dihuni Lie Loh Chia (Dewa Perang) dan tandu ketiga diduduki Dewa Cho Se Kong.

Selainketiga dewa tersebut juga terdapat sejumlah dewa pengiring. Dewa pengiring itu diantaranya Dewa Lie Loh Chia (Panglima Perang), Dewa Tian Tho Wan Sue (Panglima Perang), Dewa Kuang Kong (Panglima Perang), Dewi Kuan In (Dewa Penyelamat Bumi), Dewa Sam Ong Hu (Dewa Raja), Dewa Tua Li Giah Peh (Dewa Neraka), Dewa Huat Cu Kong (Dewa Bumi), Dewa Sam Tai Kong (Dewa Bumi), Goh Ong Giah Kong (Dewa Raja), Tua Lang Kong (Dewa Raja), Dewa Tua Pek Kong (Dewa Wilayah).

Namun dewa pengiring tersebut bukan dalam bentuk patung, namun dipercaya masyarakat Tionghoa dalam bentuk roh yang merasuki warga-warga pilihan Tionghoa atau mereka menyebutnya Tang Ki.

Dijelaskan Tjuan An, Tang Ki adalah orang yang dipilih oleh para dewa untuk dirasuki. Tidak semua orang bisa menjadi Tang Ki, hanya orang terpilih saja. Para Tang Ki akan sangat dihargai oleh masyarakat Tionghoa, karena dianggap sebagai orang sakti dan orang pilihan para dewa. Yang menjadi Tang Ki adalah orang yang sama setiap tahunnya. Sampai ia mati atau dewanya memilih tubuh orang lain sebagai media.

Pada pagi hari imlek keenam, para Tang Ki akan disiapkan dengan berbagai ritual di masing-masing vihara. Sedikit bacaan, kemudian minum segelas teh (kalau dulu arak, sekarang tidak lagi dibolehkan oleh YSUBB). Kemudian secara otomatis, Tang Ki mulai kerasukan dewa yang menjadi pemilik tubuhnya.

"Baru kemudian para imam di vihara menusuk berbagai besi ke tubuh Tang Ki. Setelah itu akan diantar ke Vihara Sejahtera Sakti untuk berkumpul dengan para Tang Ki dari vihara-vihara lain. Setelah itu para Tang Ki akan diarak bersama tiga dewa yang ditandu untuk berkeliling ke 23 vihara yang sudah ditetapkan oleh panitia," tutur Tjuan An.

Pantauan di lapangan, saat memasuki waktu pelaksanaan Salat Jumat bagi masyarakat muslim, pawai dewa diistirahatkan sementara. Setelah pelaksanaan Salat Jumat selesai, pawai dewa kembali dilanjutkan.

"Kita sangat menghormati sesama agama. Makanya saat kawan-kawan muslim melaksanakan Shalat Jum'at kita beristirahat, dan setelah selesai, pawai dewa kita lanjutkan kembali," ungkapnya.

Dirinya juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh masyarakat Tionghoa dan masyarakat lainnya yang telah membantu dan mendukung perayaan Imlek tahun ini. Mulai dari Pemkab Meranti, Polres Meranti, TNI, dan seluruh instansi lainnya. Termasuk juga seluruh ormas, media massa dan lainnya.

"Dengan dukungan seluruh pihak terhadap pelaksanaan imlek tahun ini, membuat perayaan Imlek di Selatpanjang bisa mendunia dan dikenal sampai ke mancanegara. Apalagi Imlek 2574 ini, pemerintah sudah mencabut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) COVID-19, sehingga kemeriahan Imlek bisa kembali dilaksanakan," pungkasnya.