Jakarta (ANTARA) - PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya mereduksi 2,1 ton sampah organik yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang dalam kurun dua pekan dan mengolahnya menjadi bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
General Manager PLN UID Jakarta Raya Doddy B Pangaribuan mengatakan, reduksi 2,1 ton sampah organik tersebut merupakan tahap pilot percontohan penerapan Teknologi Olah Sampah di Sumbernya (TOSS).
"2,1 ton sampah organik itu, dapat diolah menjadi 461 kilogram (kg) bahan bakar jumputan padat sebagai co-firing biomassa untuk PLTU," kata Doddy dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Jumlah tersebut merupakan gabungan dari tiga lokasi percontohan, yaitu di PLN Kantor Induk, PLN UP3 Marunda dan PLN UP3 Bulungan.
Implementasi TOSS yang bekerjasama dengan Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) dan Comestoarra diselenggarakan di Pusat Gerakan Ciliwung Bersih, Penjernihan, Jakarta Pusat, dimulai usai penandatanganan nota kesepahaman antara PLN UID Jakarta Raya dengan PT Comestoarra sebagai inisiator sekaligus pendamping kegiatan TOSS.
Sedangkan Gerakan Ciliwung Bersih sebagai kelompok yang mengolah sampah menjadi energi baru terbarukan (EBT) untuk PLTU.
"Teknologi pengolahan sampah ini sangat cocok untuk mengurangi sampah, terutama di sekitaran Sungai Ciliwung yang airnya dijadikan sumber bahan baku air minum," kata Ketua Umum Gerakan Ciliwung Bersih Peni Susanti.
Doddy mengatakan, pengolahan sampah menjadi EBT akan lebih besar lagi karena sebanyak 17 unit pelaksana di lingkungan PLN UID Jakarta Raya melalui program TOSS ini berpotensi mereduksi sampah organik dan residu biomassa sebesar 150 ton per tahun.
"Kami berharap langkah kecil ini dapat menginspirasi kita semua dalam menyukseskan program 'Net Zero Emission' di tahun 2060." kata dia.
PLN juga memanfaatkan kendaraan listrik sebagai kendaraan operasional yang ramah lingkungan dalam pengangkutan sampah dari unit pelaksana menuju sentra TOSS yang berada di Gerakan Ciliwung Bersih.
"Metoda TOSS ini merupakan metode alternatif dalam pengelolaan sampah yaitu mengubah sampah organik dan residu biomassa menjadi energi dengan tiga tahapan proses," katanya.
Proses pertama, yaitu pengeringan sampah organik dan biomassa dengan memanfaatkan boks bambu dan cairan bioaktivator. Dalam waktu tiga sampai lima hari, sampah akan menyusut hingga 50 persen, kemudian siap untuk menjadi material energi.
Tahap kedua, yaitu pencacahan yang bertujuan untuk menghaluskan material dengan menggunakan mesin pencacah hingga mencapai ukuran 10 mm.
Terakhir, tahap peletisasi, yaitu proses memadatkan material menjadi pellet biomassa untuk memudahkan transportasi.
Hasil dari tiga tahapan proses tersebut mampu menghasilkan kalori kurang lebih sebesar 3.300 kilo kalori per kg atau setara dengan batu bara muda.
"Pelet tersebut sudah siap digunakan sebagai bahan bakar alternatif (co-firing) di PLTU milik PLN," kata Doddy.
Baca juga: Pemprov DKI pasang saringan sampah di Waduk Pluit untuk kendalikan banjir
Baca juga: Susi Pudjiastuti ajak masyarakat untuk pilah sampah di rumah demi lingkungan
Berita Lainnya
Prototipe wahana berawak penjelajah Bulan milik China di tahap pengembangan awal
16 November 2024 13:47 WIB
Studi menunjukkan berjalan kaki diklaim dapat tingkatkan harapan hidup
16 November 2024 13:39 WIB
Film "Ambyar Mak Byar" telah merilis teaser poster terbaru
16 November 2024 13:28 WIB
Ribuan warga kibarkan bendera Indonesia dan Palestina di Perairan Selat Sunda
16 November 2024 13:18 WIB
Presiden Vietnam yakin Indonesia akan unggul di kepemimpinan Prabowo Subianto
16 November 2024 13:05 WIB
Dokter: Air minum dalam kemasan galon tidak menyebabkan kemandulan pria
16 November 2024 13:00 WIB
UNIFIL sebut markasnya dihantam sebuah peluru artileri di Lebanon selatan
16 November 2024 12:45 WIB
Rusia berharap dapat lanjutkan dialog dengan AS usai kemenangan Donald Trump
16 November 2024 12:06 WIB