Mendulang rupiah saat CFD di Pekanbaru

id Cdd pekanbaru, car free day

Mendulang rupiah saat CFD di Pekanbaru

Sejumlah pedagang di Hari Bebas Kendaraan di Kota Pekanbaeu. (ANTARA/Syafira Hasna)

Pekanbaru (ANTARA) - Hari Bebas Kendaraan atau Car Free Day (CFD) yang sebelumnya ditutup selama pandemi COVID-19, kini dibuka kembali oleh Pemkot Kota Pekanbaru pada pertengahan Juni 2022. Hari bebas kendaraan yang diselenggarakan setiap Minggu pagi di Jalan Jendral Sudirman ini selain digunakan untuk berolahraga, juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjajakan barang dagangannya.

Seperti yang dilakukan Yuli (53) di Pekanbaru pada Minggu (25/9). Pedagang pakaian olahraga ini menjajakan dagangannya di Jalan Cut Nyak Dien, tepatnya di antara Kantor Gubernur Riau dan Bank Riau Kepri. Selain berjualan saat CFD, Yuli sebenarnya juga memiliki toko di rumahnya di Jalan Kartama.

“Udah delapan tahun kami berjualan, tapi kami dulu bukanya di Annur,” ujar Yuli.

Saat berjualan di CFD, Yuli mendapatkan omzet Rp3-5 juta rupiah dalam satu hari. Harga yang dipatok rata-rata Rp150 per pakaian. Namun, dengan naiknya harga barang dan BBM, daya beli masyarakat agak menurun.

Hal yang sama dilakukan oleh Zainal (43), seorang pedagang es potong yang menjajakan jualannya di Jalan Cut Nyak Dien tepatnya di belakang Kantor Gubernur Riau. Zainal yang mulai berjualan setelah CFD dibuka kembali mengaku keuntungan yang didapat dengan berjualan ini bisa membantu keluarganya untuk memenuhi kebutuhan dapur keluarganya.

“Jualan ini orang Indofood yang punya, rotinya dari Sari Roti udah satu ikat sama esnya, karena Sari Roti sama Indofood kerja sama. Kita ambil persen aja, es potongnya Rp10 ribu. Satu kotak styrofoam ini isinya 20 kotak es krim,” jelas Zainal, yang kesehariannya bekerja sebagai security di sebuah Bank BUMN.

Omzet yang dihasilkannya sekitar Rp750 ribu dengan keuntungan sekitar Rp120 ribu.

Zainal mengatakan berjualan es potong ini tidak ada risiko karena ia sebagai pihak penjual hanya menjualkannya saja. Jika dangannyabersisa maka es-es tersebut dikembalikan ke pemiliknya.

Begitu juga dengan Ema (52), seorang pedagang siomay yang menjajakan jualannya di jalan yang sama dengan Zainal. Siomay yang ia jual merupakan buatan sendiri, yang dalam sehari bisa terjual 150 porsi, dengan harga Rp15 ribu per porsinya.

“Kalau di sini pagi aja dari pagi sampai jam 9, Hari Minggu aja. Kalau hari biasa kita di rumah aja jualannya, buat pesan, buat pesta, buat arisan,” ujar Ema.

Para pedagang tersebut berharap agar pandemi COVID-19 tidak terjadi kembali, sehingga dengan keadaan yang kondusif ini bisa terus dipertahankan. Keadaan ini juga diikuti dengan kestabilan harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat tidak terganggu.

Untuk membuka lapak dagangan saat CFD ini, para pedagang tidak dipungut biaya, tidak perlu membayar uang sewa tempat dan uang kebersihan. Untuk mendapatkan surat izin dari Disperindag, para pedagang melapor ke Disperindag dengan membawa fotokopi KTP, agar tidak terjadi pungli.

Selain pedagang, masyarakat lain juga merasakan dampaknya CFD. Nining (56) merasa senang CFD bisa dibuka kembali setelah sekian lama tak berolahraga saat akhir pekan di Jalan Jendral Sudirman tersebut.

“Selain bisa berolahraga, CFD ini bisa dijadikan sebagai tempat untuk refreshing sekaligus mencicipi jajanan kuliner yang tersedia di sana,” ungkapnya.