Gubernur : Tiga pulau di Riau alami abrasi tinggi, butuh percepatan mangrove direhabilitasi

id Pemrov Riau

Gubernur : Tiga pulau di Riau alami abrasi tinggi, butuh percepatan mangrove direhabilitasi

Pulau Rangsang, Pulau Bengkalis dan dan Pulau Rupat di Provinsi Riau kini mengalami abrasi sangat tinggi. (ANTARA/dok).

"Penanaman kembali hutan mangrove sekaligus pembawa rezeki bagi masyarakat Riau, karena adanya kelompok masyarakat yang melakukan pembibitan mangrove,
Pekanbaru (ANTARA) - Gubernur Riau Syamsuar menyebutkan Pulau Rangsang, Pulau Bengkalis dan dan Pulau Rupat kini mengalami abrasi sangat tinggi ditandai dengan terjadinya pengikisan pantai yang diakibatkan oleh tenaga gelombang laut dan arus laut atau pasang surut.

"Akibat abrasi tinggi maka mangrove di tiga pulau itu juga mengalami kerusakan, sehingga percepatan rehabilitasi mangrove diperlukan," kata Gubernur Riau, Syamsuar di Pekanbaru, Rabu.

Dia mengatakan, rehabilitasi mangrove dibutuhkan karena keberadaan hutan mangrove berfungsi mengendapkan lumpur di akar-akar pohon bakau, sehingga dapat mencegah terjadinya intrusi air laut ke daratan.

Karenanya, katanya, Pemprov Riau berkomitmen dalam pelestarian mangrove, apalagi ada tiga Pulau di Riau yang berhadapan langsung dengan Malaysia atau Selat Malaka namun kini alami abrasai tinggi.

"Ada tiga Pulau yang abrasinya sangat tinggi sekali dan itu semuanya mangrove, yaitu Pulau Rangsang, Bengkalis dan Rupat, sehingga dibutuhkan rehabilitasi mangrove," katanya.

Bersamaan dengan itu, Syamsuar mengapresiasi adanya kebijakan rehabilitasi mangrove yang disiapkan pemerintah dalam upaya percepatan rehabilitasi mangrove bersama pemerintah sembilan provinsi lainnya yakni Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Bangka Belitung. Berikutnya Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Papua serta Provinsi Papua Barat.

Ia menjelaskan, saat ini Riau memiliki 224.000 lebih mangrove dan yang paling rusak itu berada di tiga pulau terluar tersebut.

Salah satu penyebab kerusakanadalah tingginya gelombang pada musim tertentu. Sehingga rawan sekali untuk tanaman mangrove, sehingga dibutuhkan upaya untuk membuat pemecah gelombang agar yang ditanam tidak akan hilang akibat gelombang.

"Penanaman kembali hutan mangrove sekaligus pembawa rezeki bagi masyarakat Riau, karena adanya kelompok masyarakat yang melakukan pembibitan mangrove," katanya.

Ia mengaku sudah meninjau usaha pembibitan mangrove dan anggota antusias melakukan pembibitan dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.