Pekanbaru (ANTARA) - Telapak tanganZulbainikini terlihat tak mulus lagi bahkan cenderung kasar akibat sering menganyam lidi sawit menjadi kerajinan piring dan keranjang buah.
Tak jarang, jarinya terasa pegal dan kebas bahkan sesekali tertusuk saat menarik anyaman lidi agar ketat. Semua itu ia abaikannya demi mendapatkan sejumlah rupiah guna membantu biaya hidup keluarga sehari-hari.
Walau baginya menganyam adalah pekerjaan baru, namun perempuan 45 tahun ini tetap bersyukur karena bisnis ini telah memberi cuan yang lebih buat ekonomi keluarganya, selain bisnis kue yang digelutinya lebih awal.
"Membuat kue itu musiman saat perayaan Idul Fitri saja, kalau menganyam kerajinan piring lidi dilakukan tiap hari, bisa 10-12 unit untuk penuhi pesanan," kata Zulbaini di Pekanbaru, Sabtu.
Berkat kegigihan ibu dari tiga orang anak itu, ia dibantu 20 ibu lainnya yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Usaha Mandiri. Bisnis kerajinan piring dan keranjang buah lidi sawit ini memberikan keuntungan yang menggiurkan.
Kehebatan Eni sebagai sapaan akrabnya, walau sudah sukses ia tetap bersahaja dan tidak pernah menolak saat dimintai menjadi pelatih dan pengajar menganyam ke desa-desa terpencil di tengah hutan sawit. Ia memang sudah berniat untuk menularkan keahliannya sehingga tak ayal lagi Eni dikenal hingga seantero 14 Koto Kampar.
Ia sudah mengajar puluhan bahkan ratusan kaum ibu di wilayah Pasir Putih
Pandau, Kubang Raya, Teratak Buluh, dan sebagainya. Bahkan mendorong pembentukan KUB di wilayah setempat.
Dari pelatihan itu sudah berdiri KUB Maju Bersama di Jalan Swadaya, KUB Lady Ayu di Jalan Swadaya, KUB Teratai Jalan Kubang Jaya, KUB Maju Sejahtera di Pasir Putih,
KUB Kampung Baru di Teratak Buluh.
"Para perempuan di daerah perkebunan jauh dari akses dan informasi, saya terdorong untuk membantu mereka memanfaatkan limbah lidi sawit bernilai ekonomi," kata dia.
Eni yang bermukim di Jalan Suka Karya, Tampan, Sialang Munggu ini, mengaku prihatin melihat limbah daun sawit yang terbuang sia-sia selama ini. Padahal, jika diolah bisa menghasilkan rupiah yang tidak sedikit. Ia pun mencoba memberikan pemahaman dan motivasi kepada kaum ibu tentang manfaat limbah pohon agar bernilai ekonomi.
"Dua tahun lalu harga lidi sawit yang sudah diserut mungkin hanya beberapa ribu rupiah saja. Tetapi saat ini melonjak menjadi Rp15.000 per kilogramnya," katanya.
Dari satu kilogram lidi sawit yang sudah diserut bisa dibentuk empat buah piring lidi, yang nantinya dihargai Rp7.000-Rp10.000 per unit setelah dipernis.
Potensi pemasaran piring lidi sawit saat ini juga masih besar karena pasokan untuk area pemasaran Riau masih terbuka karena selama ini didatangkan dari luar Jawa.
Peluang bisnis inilah yang perlu dimanfaatkan kaum perempuan di perkebunan sawit, sebagai usaha sampingan keluarga. Cara mengolahnya sangat mudah. Cukup diserut lidi sawit dari pelepahnya lalu memilah ukuran panjang. Setelah itu bisa langsung dijual. Semakin panjang maka semakin mahal harga jualnya.
"Untuk menganyam menjadi kerajinan, tidak perlu dijemur. Lidi yang sudah diserut langsung digunakan selagi lentur, selesai itu baru dilakukan penjemuran setelah terlebih dahulu dipernis," katanya.
Awalnya iseng
Tak pernah terpikirkan olehnya untuk menjadi pengrajin lidi sawit, karena keahlian yang dimilikinya membuat aneka kue. Namun bermula dari rasa iseng mengikuti sebuah demonstrasi kerajinan piring dan keranjang buah yang dihadiri Wali Kota Pekanbaru Firdaus tahun lalu.
Saat itu, Wali Kota Pekanbaru Firdaus berpesan agar perempuan khususnya kaum ibu harus pandai mencari peluang usaha, memanfaatkan limbah di sekitar lingkungan menjadi cuanguna mendorong peningkatan ekonomi keluarga.
"Perempuan tidak boleh berpangku tangan, harus ikut membantu suami bekerja tidak harus di perusahaan atau jadi pegawai, akan tetapi menjadi pengusaha lewat berbagai kreatifitas misalkan memanfaatkan limbah daun sawit menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis," kata Eni mengenang pernyataan Wali Kota Pekanbaru.
Lewat acara itu, ia jadi termotivasi ikut belajar menganyam kerajinan lidi sawit menjadi piring dan mengajak kaum ibu di sekitarnya untuk ikut belajar.
Kini usaha kerajinan piring dan keranjang lidi sawit yang dilakoninya bersama anggota KUB sudah menjajal pasar hingga ke luar Riau. Pesanan demi pesanan berdatangan, bahkan mereka sudah mampu menghasilkan ribuan piring per bulannya.
Keuntungan juga dirasakan salah satu anggota KUB Usaha Mandiri Leni Marlina yang sebelumnya bekerja sebagai juru masak di pondok pesantren. Karena hasilnya lumayan bisa membantu suami membiayai sekolah empat orang anaknya.
"Sebulan saya bisa mendapat upah dari menganyam Rp1.050.000, Alhamdulillah jauh lebih baik dari pekerjaan sebelumnya," kata Leni.
Ia juga diuntungkan karena awalnya diajak dan dilatih menganyam oleh Eni, selain bisa bekerja di sela waktu usai mengantar anaknya ke sekolah.
"Biasanya tiap hari selalu ada anyaman untuk memenuhi pesanan dari Rohul," katanya.
Bangkit bersama UMi
Diakuinya, walau usaha kerajinan piring dan keranjang buah dari limbah sawit hasil kerja kelompok binaannya baru di mulai Mei 2021 lalu namun kini sudah terbilang sukses. Mengingat begitu banyaknya pesanan yang mengalir melalui KUB binaan Eni.
Terbukti, kini KUB Usaha Mandiri sedang mendapat kontrak pengadaan 1.000 piring lidi yang sudah dipernis per bulan, dari pengusaha Pariaman. Piring ini dihargai Rp70.000 per lusin. "Kami mendapat kontrak pembuatan piring lidi selama setahun ke depan," kata Eni.
Selain itu kini KUB yang dipimpinnya juga sedang melayani pemesanan dari Pasaman Barat sebanyak 500 unit untuk piring lidi tanpa pernis. "Kami juga layani permintaan lewat media sosial dan daring," katanya.
Kesuksesan KUB yang dibinanya kini tidak terlepas dari peran serta Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) lewat program Mekaardari PT Permodalan Nasional Madani (PNM) sejak lima tahun lalu, atau saat pertama kali KUB berdiri dengan usaha kue.
"Saya baru mendapatkan bantuan dana senilai Rp5 juta dari program Mekaar Plus dari PNM," katanya.
Uang itu langsung digunakan membeli bahan baku untuk memenuhi pesanan. Kini usaha piring Eniberkembang pesat tidak hanya dirinya, juga sekitar 20 orang
anggota KUByang sudah dilatihnya.
KepalaPNMCabang Tambang Ayu Zahra Azhari Hasibuan membenarkan, Zulbaini sudah menerima pembiayaan dari PNM sejak 2018 sampai dengan 2022.
"Nasabah atas nama Zulbaini sudah melewati empat pembiayaan di antaranya,20 November 2018 senilai Rp3 juta, lalu10 Desember 2019 sebesar Rp4 juta, disambung 1 Desember 2020 sebanyak Rp5 juta, dan 15 September 2021 senilai Rp5 juta lagi," kata Ayu.
Karena usahanya berkembang dan pelunasan lancar sampai kini sudah tergolong kepesertaanProgram Mekaar Plus.
"Ibu Zulbaini sudah mendapatkan Mekaar Plus dan pembiayaan untuk perbaikan kamar mandi ( Mekaar Wash) saat ini," kata Ayu lagi.
Dikatakan dia, sampai sekarang PNM Mekaar Cabang Tambang sudah memiliki nasabah aktif 6.054 orang,
"Mekaar Tambang mengalami kenaikan yang signifikan selama tiga tahun terakhir, dimana potensi nasabah di berbagai kecamatan hampir 2.000. Hal ini membutuhkan cabang tambahan untuk mengelolanya dikarenakan Cabang Tambang mengalami over load," katanya.
Sementara, Kepala Regional Mekaar (KRM) Pekanbaru Ilansyah mengatakan, PNM selama kepesertaan nasabah selalu melakukan pengawasan dan pembinaan agar usaha yang dikelola KUB bangkit dan tetap bisa bersaing terutama di masa pandemi COVID-19.
Bentuk pembinaan yang dilakukan kepada UMKM lewat program pendampingan kapasitas usaha (PKU) dengan melakukan kegiatan pelatihan terhadap nasabah, terkait usaha yang dikembangkannya agar bisa diterima pasar, misalkan terkait kemasan, ijin usaha serta pengelolaan keuangan.
"Selain itu, di masa pandemi COVID-19 ini secara umum pembinaan juga tetap dilakukan bagi UMKM agar tetap bisa bertahan, walau diakui banyak yang terpengaruh akibat krisis ekonomi," katanya.
Secara total di area Pekanbaru terdapat 104.251 nasabah, dengan besar penyaluran mencapai Rp262,5 miliar.
Secara merata saat pandemi nasabah mengalami penurunan pendapatan sehingga mempengaruhi usaha dan pembayaran. Untuk itu, ProgramMekaar memberikan solusi bagi nasabah yang sudah mengalami tunggakan maupun yang merasa angsuran terasa lebih berat di masa pandemi, dengan adanya program restrukturisasi dan reschedule.
Untuk regional Pekanbaru, total nasabah yang diberikan restrukturisasi kredit lima orang dengan nominal Rp4.576.637 sedangkan reschedule ada 62 nasabah dengan nominal Rp105.605.189.
Harapan baru bagi UMKM
Pembiayaan Ultra Mikro atau disingkat menjadi UMi adalah sebuah program bantuan sosial lanjutan dengan menyasar usaha mikro pada lapisan terbawah yang belum bisa diberikan fasilitas perbankan melalui program KUR (Kredit Usaha Rakyat). Singkatnya, UMi adalah bantuan pinjaman modal dari pemerintah dalam upaya membantu para pelaku usaha mikro atau kecil.
Usaha Pemerintah dalam Pembiayaan UMi ini bertujuan untuk menyediakan fasilitas pembiayaan yang mudah dan cepat bagi Usaha Ultra Mikro serta menambah jumlah wirausaha perorangan yang difasilitasi oleh Pemerintah.
Umi dikelola oleh Badan Layanan Umum Pusat Investasi Pemerintah (BLU PIP) merupakan organisasi yang bertanggungjawab kepada Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan. Dalam pelaksanaannya BLU PIP menunjuk Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) sebagai penyalur, lembaga ini bukan Bank, Lembaga Asuransi maupun Lembaga Penjamin. Saat ini ada 10 LKBB pemerintah dan Pegadaian serta 7 LKBB non afiliasi pemerintah. LKBB itulah yang menjalankan program UMi hingga langsung menyentuh ke pelaku usaha.
Pembiayaan Ultra Mikro sampai dengan 31 Desember 2021 telah disalurkan kepada Rp5.398.269 Debitur dengan nilai penyaluran sebesar Rp18.085.417.889.014. Khusus untuk tahun 2021, Pembiayaan Ultra Mikro telah disalurkan kepada 1.958.224 debitur dengan nilai penyaluran sebesar Rp7.034.628.752.727.
Di tahun 2022 ini pembiayaan umi ditarget bisa menyasar 2 juta debitur lagi atau naik 10 persen dari capaian tahun lalu yang sebanyak 1,8 juta debitur.
Direktur Utama PIP Ririn Kadariyah menjelaskan bahwa pihaknya bertugas mendukung perkembangan usaha ultra mikro melalui pembiayaan. Geliat usaha mikro menjadi sangat penting dalam pemulihan ekonomi nasional. Sampai akhir 2021, PIP telah menyalurkan pinjaman umi mencapai Rp18,07 triliun kepada lebih dari 5,39 juta orang debitur di seluruh Indonesia.
Menurut Ririn, pihaknya menargetkan pertumbuhan jumlah debitur yang lebih besar pada tahun ini.
"Pada tahun 2022, Pusat Investasi Pemerintah menargetkan penyaluran pembiayaan UMi akan menjangkau dua juta orang pelaku usaha ultra mikro," ujar Ririn.
Menurutnya, dukungan pembiayaan memiliki peranan penting agar pelaku usaha ultra mikro dapat meningkatkan kualitas dan nilai usahanya. Peningkatan skala usaha melalui pembiayaan dapat membuat usaha ultra mikro agar maju dan naik kelas, sehingga bisa memberikan manfaat bagi lingkungan mereka. Ririn menjabarkan bahwa UMKM, yang mencakup usaha ultra mikro, berkontribusi 61,07 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, UMKM mampu menyerap 97 persen total tenaga kerja atau mencapai 64,2 juta orang.
"Upaya-upaya tersebut diharapkan akan meningkatkan kesempatan pelaku usaha ultra mikro agar bisa naik kelas, dalam artian meningkatkan kesejahteraan keluarga, bahkan bisa membuka kesempatan kerja bagi anggota keluarga atau komunitas sekitarnya," tutup Ririn