Kisah Mantan Ustadz Yang Tersandung Korupsi

id kisah mantan, ustadz yang, tersandung korupsi

Kisah Mantan Ustadz Yang Tersandung Korupsi

Turoechan Asy'ari merupakan salah satu dari sepuluh legislator Provinsi Riau yang tersandung kasus korupsi Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XVIII/2012. Kasusnya kini mulai memasuki babak persidangan yang bakal digelar di Pengadilan Tipikor Pekanbaru dalam waktu dekat.

Berikut adalah kisah pria yang konon katanya merupakan mantan ustadz ini;

Siang itu, Kamis 28 Maret 2013, pria berkacamata ini keluar dari ruang tahanan dengan mengenakan kemeja rapi, didampaingi Zulfan Heri, teman sepesakitan yang juga sempat menjabat sebagai legislator Riau.

"Assallammuallaikum", sapa Turoechan kepada petugas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Pekanbaru dan seorang wartawan yang mengunjunginya.

Ketika itu, pria bertubuh sedang ini berupaya untuk segera cepat meninggalkan ruang sempit dalam pertemuan yang mungkin tak diinginkannya.

"Biasanya, kalau sudah wartawan datang, pasti yang ditanyakan seputar kasus dan saya tidak mau membahas soal itu lagi," ujar Turoechan dengan nada tak sedap, namun tetap sopan.

Sorot mata laki-laki berkumis ini terkesan hampa, sepertinya tengah menyesali kejadian yang menimpahnya hingga membuat dirinya harus terpisah dengan seorang isteri dan anak-anaknya.

Namun Turoechan dengan sigap membantahnya. Menurut dia, kesedihan yang paling mendalam adalah ketika dirinya berkaca pada masa lalu dan apa yang telah dilakukannya saat ini.

Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Riau dari Partai PDI Perjuangan ini kemudian membuka ruang "curhat" tentang kisahnya selama berada di Rumah Tahanan Cipinang, Jakarta.

Ketika itu, dia berstatus sebagai tahanan titipan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sebelumnya mentersangkakannya dalam kasus dugaan suap atas rencana revisi Peraturan Daerah (Perda) tentang Pengikatan Tahun Jamak Proyek Arena Menembak dan Stadion Utama PON Riau.

Awal menginjakan kaki ke Rutan Cipinang, diakuinya seperti masuk ke dalam neraka. Bayang-bayang ketakutan sempat membuatnya kehilangan gairah hidup. "Sampai-sampai, makanpun saya tidak selera," katanya.

Namun waktu akhirnya memaksa Turoechan untuk kembali mengenang masa lalunya yang begitu indah dan nikmat, meski dalam tekanan psikologi yang begitu hebat.

Menjadi Imam

Beberapa bulan lamanya, diakui Turoechan menjadi hari-hari menobatan yang begitu dalam hingga memberikan hikmah yang teramat berharga dalam diri pria berkacamata ini.

"Banyak hikmah yang saya ambil selama menjadi tahanan KPK di Jakarta untuk beberapa bulan," kata Turoechan.

Turoechan mengakui, selama di dalam sel tahanan, dirinya lebih banyak merenungkan nasib dan berupaya bangkit dari keterpurukan agar tidak mengulang lagi kesalahan dikemudian hari.

"Selama menjadi tahanan KPK, memang kami mendapat hikmah yang begitu besar dan waktu menjadi begitu berharga," katanya.

Waktu demi waktu banyak dihabiskan oleh Turoechan dengan ragam kegiatan keagamaan, mulai dari shalat wajib, sunah, hingga mengaji dengan jadual yang begitu teratur.

Rutan Cipinang yang awalnya dikhayalkan sebagai neraka yang dipenuhi dengan para penghuni yang kejam, justru berbalik menjadi ruang dalam hidupnya untuk bisa "mengintip surga" yang membuatnya segera bertaubat.

Dia mengakui, setiap hari selama beberapa bulan di Rutan Cipinang, dirinya kerap menjadi imam shalat, memandu para tahanan yang sehasib dengan pria berambut ikal ini. Tidak jarang, dirinya juga berdakwah dihadapan para tahanan.

Politisi Partai PDI Perjuangan ini mengatakan, wujud sebagai alim ulama merupakan hal yang sebenarnya kebiasaan dirinya sebelum menjabat sebagai wakil rakyat.

"Bisa dikatakan, saya ini mantan imam sebelum jadi anggota DPRD Riau. Sempat terlupakan dan KPK membuat saya kembali pada jalan yang benar," katanya.

Ditanya terkait persoalan hukum yang menimpahnya saat ini, Turoechan mengaku semua itu merupakan susuatu yang sulit untuk dijelaskan. Namun dia membantah tuduhan yang ditujukan kepadanya terkait dugaan korupsi.

"Apapun ceritanya, kalau bisa disampaikan, bahwa sebenarnya politik itu kejam. Namun apa yang saya alami saat ini, merupakan hal yang luar biasa positif untuk saya bisa introspeksi diri," paparnya.

Jebakan "Setan"

Turoechan yang merupakan mantan Ustadz sebelumnya mengaku tertarik menjadi wakil rakyat dengan niat yang tulus, yakni memperbaiki tatanan pemerintahan yang "bobrok" dan lebih mensejahterakan rakyat.

Rasa idealis itu menurut dia sempat bertahan meski "goncangan kuat" sempat menerpah dan pihak-pihak rasional kerap mengucilkannya dari lingkup kedaulatan mengatasnamakan rakyat.

Anti korupsi bahkan sempat disuarakan pria bertutur lembut namun cukup tegas ini saat baru menjabat sebagai legislator Riau.

Hingga akhirnya, "perahu" idealis yang ditumpanginya "terbalik" diterjang dengan deraskan "badai" oknum-oknum pemuja dan penggila kenikmatan duniawi.

Idealisme seketika berubah menjadi "topeng" yang selalu muncul ketika ruang publik berkata tentang keluh kesah. Namun kembali berubah pada raga yang penuh dengan kemunafikan ketika uang begitu "kuat" membelit dan membuatnya tersungkur dalam politik "busuk" yang sistematis.

Turoechan terjerat dalam belenggu kenikmatan dunia yang pada akhirnya membelakangkan rasa idelaismenya yang pernah tertanam begitu kuat pada dirinya.

Kendati demikian, sang pencipta agaknya masih mengingat jasa-jasa pria berkumis ini dalam syi'ar agamanya yang begitu idealis.

Lewat tangan-tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Turoechan akhirnya dijerumuskan dalam ruang pesakitan yang diharapkan dapat "mencucinya" hingga kembali pada jalur yang benar.

Namun, Turoechan masih harus tetap mempertangungjawabkan perbuatannya, jika dia benar-benar telah berbuat zalim kepada rakyat yang memilih dan merindukan rasa idealis sang mantan ustadz sekaligus mantan politikus yang kini terbelengguh ke dalam jeratan "setan". ***2*** (T.KR-FZR)