Airlangga Hartarto akan hadiri acara haul Ki Ageng Gribig

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, Airlangga

Airlangga Hartarto akan hadiri acara haul Ki Ageng Gribig

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers Perpanjangan PPKM secara virtual, Senin (20/9/2021). (ANTARA/HO-Kementerian Perekonomian/pri.)

Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto akan menghadiri acara haul dan sholawat dalam memperingati wafat leluhurnya, Ki Ageng Gribig, pada Kamis malam.

Leluhurnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu adalah ulama besar penyebar Islam di kawasan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah.

Selama ratusan tahun sejak tahun 1600-an, Ki Ageng Gribig telah mewariskan tradisi yang disebut Saparan (bulan kedua penanggalan Jawa).

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin minta ulama berperan cegah "distrust" rakyat kepada Pemerintah

Masyarakat setempat juga mengenal dengan tradisi Ya Qowiyyu. Ya Qowiyyu sendiri diyakini berasal dari lantunan doa Yaa Qowiyyu, yaa aziz Qowwina wal muslimin, yaa qowiyyu warzuqna wal masulimin. Bacaan tersebut umum diamalkan sebagai doa memohon kekuatan.

Acara haul yang digawangi oleh Majelis Dzikir dan Sholawat Ahlul Hidayah (Majelis AH) pimpinan KH Nusron Wahid digelar di area makam Ki Ageng pada Kamis malam.

Pimpinan Majelis AH Nusron Wahid dalam siaran persnya, mengatakan acara haul akan dilaksanakan di area makam Ki Ageng Gribig yang juga dihadiri Pimpinan Majelis Ahbabul Musthofa, Solo Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf dan Wakil Mudir 'Aam Imdlodiyah Idaroh 'Aliyah JATMAN, Habib Umar Al Muthohar.

Baca juga: Menag Yaqut Cholil menilai peran ulama penting dalam menumbuhkan kesadaran di masa pandemi

Selain dua habaib itu, Nusron menjelaskan bahwa acara haul yang sejak ratusan tahun lalu diadakan di minggu kedua bulan safar itu juga akan dihadiri ulama se Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Meski demikian, karena masih dalam suasana pandemi COVID-19 acara akan digelar dengan model hybrid dan sebagian besar jamaah mengikuti secara daring.

Untuk di lokasi, kata Nusron, ulama yang hadir sangat terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

"Acara ini untuk menandai sekaligus meneladani perjuangan ulama besar bernama Mbah Gribig (Ki Ageng Gribig), keturunan Raja Majapahit Brawijaya V dari Sultan Agung, Mataram.

Semangat perjuangan beliau yang telah mewarisi sebuah tradisi Ya Qowiyyu, pembagian apem dan nilai kebaikan lainnya menjadi penting dijadikan pelajaran bagi umat Islam dan bangsa Indonesia," kata Anggota Komisi VI DPR RI ini.

Nusron mengutarakan, Airlangga yang merupakan Mustasyar Aam/Ketua Dewan Penasihat Majelis AH adalah Pemangku makam Ki Ageng Gribig.

Dari silsilah leluhur Jawa, Ki Ageng Gribig adalah cucu Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, putra dari R.M. Guntur atau Prabu Wasi Jolodoro.

Secara teknis, Majelis AH akan menyiarkan langsung acara haul di laman Youtube. Selain itu, panitia juga menyediakan dengan link zoom dibagi ke dalam 5 zona, yakni Zona 1 Sumatera, zona 2 Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, Zona 3 Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, zona 4 Jawa Timur dan zona 5 Kalimantan dan Indonesia Timur.

Selain tradisi Ya Qowiyyu, selama ratusan tahun juga digelar acara pembagian apem kepada masyarakat sekitar. Di tiap tahunnya Airlangga sejak kecil rutin menghadiri haul bersama ayahnya R. Hartarto Sastrosoenarto (Menteri era Seoharto).

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin ajak ulama bersama Pemerintah dukung PPKM darurat

Sebelum masa pandemi, dalam setiap tahunnya ribuan masyarakat menghadiri acara tersebut.

Panitia haul juga melestarikan peninggalan Ki Ageng Gribig dengan membagikan kue apem dalam jumlah lebih dari 5 ton. Apem tersebut bukan hanya dari panitia, tetapi warga yang mencintai sosok Ki Ageng Gribig juga turut membuat kue apem yang nantinya dibagikan kepada seluruh masyarakat.

Pembagian kue apem sendiri dilakukan sejak mendiang Ki Ageng Gribig hidup dan sepulang dari Makkah al mukaromah.

Baca juga: Bupati Bengkalis minta keberadaan buku ulama dapat menambah wawasan masyarakat

Kala itu, karena oleh-oleh yang ia bawa dari Makkah tidak cukup untuk dibagikan kepada masyarakat, Kiai yang juga dikenal Syaikh Maulana Magribi itu meminta istrinya untuk membuat kue dengan sebutan "apem".

Kata "apem" sendiri diyakini berasal dari saduran kata arab "Affan" yang artinya memohon ampunan kepada Allah SWT.

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin minta ulama berperan cegah "distrust" rakyat kepada Pemerintah