Pekanbaru, (antarariau) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pekanbaru menyebutkan pusat tekanan rendah di Laut China Selatan menyebabkan meningkatnya suhu udara di sebagian wilayah Riau.
"Ada pusat tekanan rendah di sekitar Laut China Selatan yang menyebabkan suhu udara di sebagian Riau memanas hari ini," kata analis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru Marzuki di Pekanbaru, Kamis.
Ia menyebutkan, gangguan di sekitar perairan itu membuat awan-awan di sekitar langit Riau dan beberapa wilayah lain tertarik ke pusat tekanan rendah itu sehingga sinar matahari tidak lagi terhalang.
Secara otomatis, demikian Marzuki, jika awan tidak lagi menghalangi sinar matahari, suhu udara akan terasa lebih panas dan kering.
Terlebih, lanjutnya, sebagian besar Sumatera termasuk Riau saat ini masih mengalami musim kemarau dengan temperatur rata-rata di atas 34 derajat celsius.
Ia merincikan, gangguan tekanan rendah Laut China Selatan itu sebenarnya terjadi sejak 1 September 2012 di mana temperatur terus bertahan sekitar 34 derajat Celsius hingga beberapa hari.
Kemudian, kata dia, sempat menurun atau dampak gangguan itu menurun pada 4 dan 5 September, namun kembali meningkat pada hari ini sehingga udara terasa lebih gerah.
Secara umum, Marzuki menerangkan bahwa dampak tekanan rendah yang terjadi tidak selamanya negatif untuk sejumlah wilayah Tanah Air.
"Terkadang, kondisi buruk di negara asing, justru memberikan dampak positif bagi Riau dan sejumlah wilayah Tanah Air lainnya," kata dia.
Semisal ketika musim hujan berkepanjangan terjadi untuk wilayah Riau, demikian Marzuki, jika ada tekanan rendah itu, otomatis hujan juga akan minim dan tentunya hal itu menguntungkan bagi Riau.
"Namun karena kebetulan saat ini di Riau tengah mengalami musim kemarau, tekanan rendah di Laut China Selatan itu justru berdambak negatif atau berupa gangguan. Semakin kering Riau, biasanya akan semakin mudah muncul titik panas," katanya.
Titik Panas
Marzuki menjelaskan, saat ini tidak muncul titik panas di Riau dan Sumatera.
"Satelit NOAA, sejak kemarin (Rabu 5/9) tidak mendeteksi titik panas di Riau. Sementara untuk di Sumatera hanya ada dua, yakni di Sumatera Selatan dan Jambi," katanya.
Kondisi itu menurut dia berbeda dengan beberapa hari sebelumnya, di mana untuk di Sumatera terdeteksi ratusan titik panas dan di Riau mencapai puluhan "hotspot".
Minim atau berkurangnya titik panas di Riau dan Sumaetra itu, menurut Marzuki disebabkan beberapa faktor, namun dominan disebabkan gencarnya pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau dalam melakukan hujan buatan.
"Penaburan garam dan berbagai zat perangsang hujan di awan sekitar langit Riau membuat awan-awan masih ada yang bertahan atau tidak tertarik ke pusat gangguan. Kemudian ketika hujan terjadi, titik panas secara otomatis juga berkurang," katanya.
BPBD Riau melakukan upaya hujan buatan guna meminimalkan kemunculan titik panas sejak tiga pekan lalu.
Upaya itu bertujuan untuk memperlancar rencana kegiatan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang berlangsung pada September.