Kemarau, Waspada Diare Mengintai Riau

id kemarau waspada, diare mengintai riau

Kemarau, Waspada Diare Mengintai Riau

Pekanbaru, (antarariau) - Pakar kesehatan dan lingkungan dari Universitas Riau Tengku Ariful Amri menyatakan, sejumlah wilayah Riau telah berada di "gerbang" musim kemarau, waspadai jenis penyakit musiman seperti diare dan dehidrasi.

"Yang pertama dan paling dominan yakni gejala dehidrasi, yang disebabkan oleh berkurangan volume cairan dalam tubuh," kata Amri kepada ANTARA di Pekanbaru, Rabu.

Dehidrasi, menurut dia, harus diatasi dengan cara banyak mengonsumsi air mineral setiap saat. Jika tidak direspon dengan cepat, gejala dehidrasi tidak menutup kemungkinan menyebabkan hal lebih parah bahkan hingga kematian.

Jadi, kata dia, satu hal yang paling penting untuk menghindari dehidasi yakni kebutuhan air mineral yang sehat dan mencukupi.

"Walau demikian, masyarakat sebaiknya mencermati air mineral yang dikonsumsinya. Jangan juga mengonsumsi sembarangan air yang justru bisa menyebabkan munculnya berbagai penyakit lain seperti diare dan muntaber," katanya.

Artinya adalah, demikian Amri, dampak berantai dari munculnya musim kemarau yakni pemanasan yang signifikan, kemudian berkurangan air bersih di permukaan, dan meningkatnya frekwensi pembakaran dan kebakaran hutan di berbagai wilayah.

Untuk kebakaran atau pembakaran hutan yang kian meluas, menurutnya juga dapat menyebabkan partikulat yang tersubtensi di udara turut meningkat tajam.

Hal demikian, kata dia, juga berpotensi berdampak pada tergangunya saluran pernafasan manusia dan percepatan kematian berbagai jenis tumbuhan.

Hal-hal yang sebaiknya dilakukan masyarakat untuk menghindari berbagai penyakit tersebut menurut Amri adalah mencari air secara mencukupi untuk kebutuhan konsumsi. Hal ini sangat penting sebagai mineral dalam tubuh guna keseimbangan kondisi fisik yang bisa saja merapuh ketika musim kemarau perkepanjangan.

"Jadi, waspadailah kahadiran musim kemarau dengan kesiapan air mencukupi untuk dikonsumsi dan perbanyak juga makan buah-buahan yang sehat dan segar. Memilih air mineral, juga sebaiknya selektif guna terhindar dari rangkaian penyakit yang bisa saja menyerang tubuh manusia," katanya.

Direktur Rona Lingkungan Hidup Universitas Riau Tengku Ariful Amri menyatakan, bahwa puncak peralihan musim dari hujan ke musim kemarau sebenarnya dapat ditandai dengan berbagai gejalannya.

"Pada musim kering, sebanarnya banyak bio indikator yang dapat dicermati, salah satunya yakni menyusutnya wilayah penampungan air, mulai dari sungai hingga sumur sebagai sumber kebiduman dominan bagi masyarakat," katanya.

Ciri Kemarau

Puncak peralihan musim dari hujan ke musim kemarau sebenarnya dapat ditandai dengan berbagai gejalannya.

"Pada musim kering, sebenarnya banyak indikator yang dapat dicermati, salah satunya yakni menyusutnya wilayah penampungan air, mulai dari sungai hingga sumur sebagai sumber kebiduman dominan bagi masyarakat," katanya.

Fenomena itu menurutnya, juga ditanggap oleh berbagai jenis tumbuhan, dimana banyak pepohonan dan berbagai jenis tanaman lainnya mulai layu dan dedaunannya mulai menguning dan rontok.

Hal ini, kata dia, disebabkan tingkat penguapan air yang sangat tinggi sehingga tumbuhan melepas dedaunannya untuk bertahan agar tetap tumbuh di musim kemarau.

Kemarau juga menyebabkan peningkatan suhu udara yang luar biasa. Hal ini menurut Amri, akibat dari tumbuhan yang akan semakin optimal menyerap CO2 atau carbon dioksida sejenis udara

Pemanasan yang kian meningkat, kemudian menurut dia dapat meyebabkan berbagai potensi gangguan kesehatan terhadap manusia yang berada di sekitarnya.

Fenomena peralihan musim hujan ke musim kemarau demikian Amri, juga sebenarnya ditanggap oleh berbagai jenis tumbuhan, dimana banyak pepohonan dan berbagai jenis tanaman lainnya mulai layu dan dedaunannya mulai menguning dan rontok.

Hal ini kata dia, disebabkan tingkat penguapan air yang sangat tinggi sehingga tumbuhan melepas dedaunannya untuk bertahan agar tetap tumbuh di musim kemarau.

Kemarau juga menyebabkan peningkatan suhu udara yang luar biasa. Hal ini menurut Amri, akibat dari tumbuhan yang akan semakin optimal menyerap CO2 atau carbon dioksida sejenis udara.

"Ciri-ciri ini kuat dan cukup menunjukan bahwa di akhir Mei 2012 ini, sebagian besar wilayah Riau telah mendekati 'gerbang' musim kemarau," katanya.

Diprediksikan

Analis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, sebelumnya telah memprediksikan bahwa pada akhir pekan keempat Mei 2012 ini, sebagian besar wilayah Riau mulai memasuki musim kemarau.

"Hujan mulai berkurang secara drastis, kalau pun ada, itu hanya sebuah transisi dari musim basah ke musim kering atau kemarau," kata analis lembaga pemantau cuaca itu, Warih Budi Lestari yang ditemui di ruang kerjanya yang berlokasi di lingkup Bandara Sultan Syarif Qasim (SSQ) II Pekanbaru.

Analis BMKG Stasiun Pekanbaru lainnya, Marzuki, mengatakan, musim kemarau juga drastis akan meningkatkan suhu udara di sebagain besar wilayah di provinsi itu.

"Peningkatan suhu udara ini disebabkan pada akhir Mei 2012 ini merupakan puncak peralihan musim dari hujan ke musim kemarau," katanya.

Menurut Marzuki, bahkan temperatur suhu udara bisa mencapai titik tertinggi atau melampaui 35 derajat Celsius pada saat-saat tertentu, terutama di siang hari.

Dilihat dari peta analisis dan indeks potensi yang dirilis lembaga pemantau cuaca itu, peningkatan suhu udara juga diprediksikan akan menyulut kemunculan titik panas (hotspot) di berbagai wilayah Provinsi Riau, khususnya daerah-daerah yang memang memiliki lahan hutan atau lahan tidur yang luas.

Potensi penyulutan api menurut peta analisis, pada umumnya akan mengalami peningkatan cukup signifikan atau dalam klasifikasi sedang hingga tinggi atau dengan indeks berkisar antara 36 sampai dengan (s/d) 83.

Untuk daerah-daerah yang mengalami indeks potensi penyulutan api pada tingkatan atau klasifikasi sedang terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Rokan Hilir bagian Barat Daya dan Tenggara.

Selain itu, tingkat penyulutan api penyebab kemunculan 'hotspot' juga berpotensi melanda daerah Kabupaten Bengkalis bagian Utara dan Timur, Kota Dumai bagian Selatan, Kabupaten Kuantansingingi, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu dan sebagian besar Kabupaten Kampar.

Sementara untuk daerah yang berpotensi dengan penyulutan api ditingkat klasifikasi tinggi dengan indeks 69-83 diprediksi akan melanda sebagian besar daratan pada Kabupaten Rokan Hilir, Kota Dumai bagian Utara, sebagian besar Bengkalis, sebagian besar Kabupaten Siak, Pekanbaru, dan sebagian Kabupaten Pelalawan bagian utara.

Untuk mengantisipasinya, analis BMKG mengimbau masyarakat agar tidak melakukan pembakaran hutan guna pengembangan lahan pertaniannya. "Masyarakat juga sebaiknya bersiaga bersama pemerintah di daerah terkait ancaman kebakaran hutan atau lahan," katanya.