Sensasi wisata kuliner sambil berlayar di restoran terapung

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, wisata

Sensasi wisata kuliner sambil berlayar di restoran terapung

Wisata restoran terapung Quantung Cruise Pekanbaru, ramai pengunjung, hanya mengeluarkan kocek, untuk membeli tiket Rp65.000 sampai Rp195.000 per orang, wisatawan sudah bisa menikmati sensasi "berlayar" menyisir Sungai Siak. (Foto/Yolanda Perdana Putri/Frislidia/Antara)

Pekanbaru (ANTARA) - Bagi Lili (19), seorang mahasiswi di Kota Pekanbaru, berlayar sambil menyantap makan siang dengan disuguhi pemandangan di sepanjang Sungai Siak membuatnya bisa melepas segala rasa kebosanan selama menjalani kuliah onlinesaatpandemi COVID-19.

Wisata yang tergolong masih baru di Kota Pekanbaru itu menarik perhatian Lili karena restoran terapung yang bernama Quantung Cruise ini merupakan tempat makan mengambang pertama yang ada di Pulau Sumatera. Selain unik, tempatnya juga bagus untuk menjadi latar berswafoto ria baik bersama teman maupun keluarga.

"Tempatnya unik dan bagus juga untuk foto-foto. Jarang juga kan ditemui restoran terapung seperti ini, bisa makan di atas kapal, biasanya cuma lihat di film, pengalaman baru ni bagi aku," kata Lili.

Sementara Putri (19) yang merupakan teman Lili mengaku sudah dua kali berkunjung mengatakan, makanan yang disediakan enak dan pelayanan yang diberikan di restoran terapung ini juga bagus sehingga membuat pengunjung terasa nyaman.

"Makanannya enak dan pelayannya ramah. Mereka juga memakai protokol kesehatan lengkap, jadi kita yang makan pun nyaman. Sebelum masuk kapal juga harus menggunakan hand sanitizer dan dicek suhu dengan thermo gun, walaupun di masa pandemi COVID-19 justru tidak menghalangi kita berwisata yang penting tetap menerapkan protokol kesehatan," kata Putri.

Untuk dapat berwisata di restoran terapung Quantung Cruise ini, Putri dan Lili menambahkan, mereka sebelumnya membeli tiket di loket yang berada tidak jauh dari dermaga. Karena mengambil posisi di deck bagian atas, mereka dikenakan tiket Rp175.000 per orang.

Bagi mereka yang mahasiswi, tentunya mereka perlu menabung uang jajan beberapa hari agar bisa membeli tiket yang harganya cukup mahal.

"Cukup mahal sih buat kami yang masih mahasiswa, semoga ke depannya menajemen Quantung Cruise ini bisa memberi harga toleransi bagi kalangan mahasiswa, mungkin juga pelajar,” katanya.



Wisata Restoran terapung Quantung Cruise ini berada di Jalan Perdagangan, Kelurahan Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan berjarak kurang lebih empat kilometer dari pusat Kota Pekanbaruyang dapat ditempuh selama 15 menit.

Restoran ini berukuran 18x4 meter, beroperasi di aliran Sungai Siak dan bersandar di dekat Rumah Tuan Kadi sudah diresmikan Wali Kota Pekanbaru Firdaus sejak 3 Oktober 2020. Keberadaan kapal restoran ini juga berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat seperti dari parkir atau aneka jajanan lokal lainnya.

"Quantung Cruise diyakini memberikan peluang dan potensi bagi masyarakat sekitar untuk memperoleh penghasilan tambahan, yakni peluang bagi pelaku ekonomi kreatif memasarkan produk kerajinan berupa aneka suvenir,usaha makanan atau kuliner dan lainnya," kata Manager Quantung Cruise Dio Praji Anugrah.

Quantung Cruise yang dioperasikan atas kerjasama perusahaan swasta dengan Pemkot Pekanbaru itu, kata Dio, menjadi restoran terapung pertama di Pulau Sumatera yang bertujuan untuk memajukan pariwisata Riau, khususnya di daerah pinggiran Sungai Siak.

Quantung Cruise ini dioperasikan di Sungai Siak karena memiliki nilai sejarah yang harus terus dilestarikan, antara lain dengan cara menyusuri sungai oleh pengunjung sambil menikmati kuliner khas kota itu.

"Akan tetapi sebelum dapat dioperasikan, pembuatan kapal Quantung Cruise ini membutuhkan waktu setahun lebih. Restoran terapung yang memiliki dua deck (tingkat) ini dapat menampung kurang lebih 100 orang, namun di masa pandemi COVID-19 dibatasi maksimal hanya 50 orang saja," katanya.

Jadwal operasionalnya pun hanya dibuka pada Jumat, Sabtu, dan Minggu sedangkan Senin sampai Kamis dikhususkan untuk yang sudah reservasi.

Pada awalnya, sebut Dio lagi, restoran terapung dibuka setiap hari dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB, namun karena masih di masa pandemi COVID-19 dan pada malam hari di sejumlah kecamatan diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) maka difokuskan hanya pada Jumat, Sabtu dan Minggu. Dan sesuai anjuran Pemkot Pekanbaru, dibuka pukul 09.00-18.30 WIB.

Pada akhir pekan itu juga digelar live music untuk di deck atas, selain itu, restoran terapung ini juga dilengkapi fasilitas wajib seperti musholla dan toilet di deck bawah.

"Selain fasilitas yang tentunya harus ada, kami juga menyediakan paket makan siang, makan malam kuliner khas Melayu serta paket wisata, sehingga tidak harus memesan paket makan siang atau makan malam untuk dapat berwisata berlayar, menyusuri dan menikmati pemandangan sepanjang sungai Siak ini,” katanya.

Terkait paket yang disediakan, Dio menyebutkan paket makan siang dan makan malam untuk deck bawah dibandrol Rp145.000 per orang dengan makanan yang disediakan ikan asam padeh, ayam goreng, gulai udang, gulai ikan pantau, kalio jengkol, sambal tanak, sambal terasi, lalapan, dan air mineral.

Sedangkan untuk deck atas dibandrol harga Rp175.000 per orang dengan menu yang sama tetapi dengan tambahan buah potong, puding dan jus buah. Selain itu, tersedia juga paket VIP di bagian deck bawah bagian depan dibandrol harga Rp195.000 per orang dengan menu yang sama seperti di deck atas.

Mengenai paket wisata pengunjung dikenakan harga Rp65.000 per orang untuk deck bawah hanya dengan suguhan kue tradisional, kue manis, kue asin yang jumlahnya masing-masing satu ditemaisecangkir teh atau kopi dan sebotol air mineral. Sedangkan untuk deck atas dikenakan harga Rp80.000 per orang dengan makan sama seperti deck bawah ditambah dengan buah potong, dan untuk paket VIP deck bawah dikenakan harga Rp95.000 per orang dengan menu yang sama dengan deck atas ditambah dengan puding tanpa makan siang, atau malam.

"Untuk cemilan dan minuman kita juga didukung oleh UMKM lokal, jadi UMKM juga bisa menjual makanan ataupun minuman yang mereka produksi, di sini", katanya.

Walaupun mulai beroperasi di masa pandemi, tetapi pengunjung tetap harus mematuhi protokol kesehatan, seperti mencuci tangan menggunakan hand sanitizer dan diukur suhu tubuhnya sebelum masuk ke dalam kapal, menggunakan masker dan menjaga jarak. Sehingga, setiap meja maksimal hanya untuk dua orang saja.

"Karena di masa pandemi, tentu kami tetap mematuhi protokol kesehatan. Jika pengunjung tidak memakai masker dan suhu tubuhnya di atas 37 derajat celciusmaka tidakperbolehkan masuk," katanya.

Sementara pengamat Pariwisata Dede Firmansyah berharap menajemen Quantung Cruise menambah beberapa unit kapal lagi, sehingga bisa menampung wisatawan yang lebih banyak untuk menikmati sensasi objek wisata di aliran Sungai Siak itu.

"Memang sekarang masih pandemi COVID-19, satu unit kapal pun hanya bisa menampung 50 orang dari normalnya 100 orang. Jika lebih kapalnya ditambah maka pengunjung juga bakal ramai, maka aktifitas pariwisata di tepian Sungai Siak ini akan makin berkembang dan diyakini akan memberi efek ganda dari aktivitas wisata air ini, seperti usaha berdagang yang pada akhirnya meningkatkan perolehan PAD,” kata Dede.

Sektor pariwisata di Pekanbaru, kata Dede, memiliki potensi besar dalam meningkatkan perolehan pendapatan asli daerah (PAD) yang seharusnya juga dapat mendukung alokasi anggaran pengembangan pariwisata di daerah itu lebih dari 10 persen karena PAD kota ini pada 2018 mencapai Rp120 miliiar lebih.

Ia mencontohkan, Pemerintah Kota Palembang, pada tahun 2010 memberdayakan Sungai Musi dengan membuka restoran-restoran dan hingga kini sudah menjamur dan bisa mendongkrak perekonomian setempat.

Restoran terapung Quantung Cruise ini adalah salah satu wisata di Pekanbaru yang dapat meningkatkan PAD dan turut melestarikan sungai Siak. Sungai Siak merupakan salah satu sungai terdalam di Indonesia, yang kedalamannya dahulu mencapai 30 meter. Akibat pendangkalan, kini kedalamannya sekitar 18 meter. Dahulunya sungai ini dapat dilalui oleh kapal-kapal besar seperti kapal tanker dan kapal peti kemas.

Pada sehiliran sungai ini terdapat banyak pabrik di antaranya pabrik kelapa sawit, pabrik pengolahan kayu dan juga pabrik kertas. Beberapa jembatan besar dibangun untuk melintasi sungai ini, di antaranya Jembatan Siak I, Jembatan Siak II, Jembatan Siak III, dan Jembatan Siak IV dan kadang dikenal juga dengan sebutan Jembatan Leighton yang diambil dari nama perusahaan yang membangun jembatan tersebut (PT. Leighton Indonesia Construction Company).