Pekanbaru - Konflik antara buaya liar "versus" manusia di Desa Sungai Raya, Kecamatan Batang Tuaka, Kabupaten Indragirin Hili (Inhil) dikabarkan "pecah" setelah berulang hewan buas itu melakukan penyerangan terhadap warga.
"Banyak warga yang memaksa untuk melakukan perburuan terhadap buaya karena sudah merasa terancam. Buaya itu tidak terlihat di sungai saja, tapi juga sampai ke kanal-kanal yang ada di sekitar perkampungan," kata Kepala Desa Sungai Raya, Sulaiman kepada ANTARA di Pekanbaru, Sabtu.
Melalui perbincangan selular, Silaiman mengungkapkan, sejak satu pekan terakhir sejumlah warganya tidak lagi berani beraktivitas di sekitar kanal, baik itu untuk mencuci, mandi dan kegiatan lainnya yang biasa warga lakukan.
Penat dengan rasa takut, menurut Kades, beberapa warga kemudian memilih untuk melakukan penyerangan balik terhadap buaya liar yang sebelumnya telah terlebih dahulu menyerang dua warga sekitar, bahkan satu diantaranya tewas dengan kondisi yang mengenaskan.
"Berbagai cara dilakukan warga untuk menangkap dan membunuh buaya liar. Ada yang mencobanya dengan menggunakan jerat, ada juga yang membawa peralatan sejenis senjata tajam," katanya.
"Perang" antara warga dengan hewan buas itu diakui Sulaiman juga telah berlangsung sejak beberapa hari ini karena warga merasa terancam dengan keberadaan buaya pemangsa itu.
"Sepertinya warga tidak ada pilihan karena sejauh ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Riau belum memberikan solusi nyata," ujarnya.
Padahal, demikian Sulaiman, pihaknya telah melaporkan kasus penyerangan buaya terhadap manusia yang tidak lain warganya itu sudah sejak lama.
"Tapi sejauh ini upaya peredaman konflik ini belum juga menuai hasil yang optimal. Buaya-buaya itu, berdasarkan laporan warga masih terus saja muncul di parit-parit (kanal-red) sekitar perkampungan," tuturnya.
Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Indragiri Hilir, Darussalam secara terpisah menyebutkan juga tengah berupaya untuk melerai konflik buaya "versus" manusia di Desa Sungai Raya dan beberapa wilayah rawan lainnya.
"Salah satunya mungkin dengan membangun kawasan khusus bagi habitat buaya. Maksudnya memisahkan buaya dengan lingkungan bebas," ujarnya.
Selain itu, kata dia, upaya peredaman konflik dengan tidak memunculkan korban diantara kedua belah pihak baik manusia maupun buaya, juga bisa dilakukan dengan cara lainnya.
"Namun tetap saja rencana ini membutuhkan kesepakatan bersama. Baik itu pemerintah dan masyarakat juga harus saling mendukung," katanya.