Pekanbaru - Harga komoditas andalan Provinsi Riau, kelapa sawit, terus melemah pada awal Februari yang diduga akibat dampak kebijakan penolakan produk turunan sawit di Amerika Serikat.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Kamis, harga tandan buah segar (TBS) sawit rata-rata mengalami penurunan Rp45,55 per kilogram (kg).
Penurunan harga ini merupakan kedua kali sejak pekan keempat Januari.
Sebelumnya, Amerika Serikat melalui Noda EPA mengeluarkan larangan perdagangan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia pada akhir Januari lalu. Alasannya, CPO Indonesia dituding tidak ramah lingkungan dan tidak bisa dikategorikan sebagai sumber daya terbarukan (renewable resource).
"Larangan untuk CPO kita itu tendensius untuk kepentingan bisnis demi melindungi produk minyak nabati mereka yang terbuat dari biji bunga matahari, jagung, dan kedelai," kata Manajer Humas PT Perkebunan Negara (PTPN) V Otje Murat di Pekanbaru.
Larangan tersebut disinyalir membuat sentimen pada perdagangan CPO global yang akhirnya juga berdampak harga sawit lokal di Riau.
Akibatnya TBS sawit hasil panen tanaman umur tiga tahun kini mencapai 1.172.61 per kg. Kemudian untuk harga TBS umur empat tahun turun menjadi Rp1.310,36 dari sebelumnya Rp1.346.75 per kg, umur lima tahun kini Rp1.402,56 dari Rp1.441,48 per kg, dan untuk umur enam tahun kini Rp1.442,99 dari sebelumnya Rp1.483,10 per kg.
Kemudian, TBS umur tujuh tahun turun menjadi Rp1.498,31 dari Rp1.539,94 per kg, umur delapan tahun Rp1.544,97 dari sebelumnya Rp1.587,89 per kg, umur sembilan tahun Rp1.594,06 dari sebelumnya Rp1.638,40 per kg, dan TBS umur 10 tahun turun menjadi Rp1.638,94 dari sebelumnya Rp1.684,49 per kg.
Dampak dari sentimen negatif yang bakal ditimbulkan, apabila dibiarkan bisa mengakibatkan produk turunan sawit kehilangan pasar dan harganya akan terus anjlok.
Efek buruknya akan paling berdampak pada petani lokal, karena lebih dari 51 persen dari luas kebun sawit Riau yang mencapai 2,1 juta hektare dikelola oleh petani setempat. Kebun kelapa sawit rakyat menjadi tercatat sudah menyerap tenaga kerja bagi 412.000 kepala keluarga di Riau.