Melbourne (ANTARA) - Menteri Dalam Negeri Australia Peter Dutton, Minggu, membela hak pemerintah atas penyergapan intelijen untuk mencegah campur tangan asing, setelah China mengutuk penggeledahan rumah jurnalis dari negaranya yang kebetulan bekerja di Negeri Kanguru tersebut.
Dutton menolak memberikan konfirmasi langsung bahwa jurnalis-jurnalis China itu telah diinterogasi oleh badan intelijen Australia pada Juni.
Dia hanya mengatakan investigasi masih berlangsung. Namun, dia juga mengatakan ada "aktivitas" yang dilakukan oleh badan intelijen.
"Saat (Organisasi Intelijen Keamanan Australia) memiliki alasan yang cukup untuk melaksanakan perintah penggeledahan, atau untuk aktivitas-aktivitas lainnya, maka mereka akan menjalankan aktivitas tersebut," kata Dutton dalam tayangan televisi Australian Broadcasting Corp (ABC).
"Apabila orang-orang berpura-pura menjadi jurnalis atau pimpinan bisnis atau apa pun, dan terdapat bukti bahwa mereka bertindak bertentangan dengan hukum Australia, maka badan tersebut akan bertindak."
Penyergapan itu diungkapkan oleh Kementerian Luar Negeri China pekan lalu setelah dua jurnalis Australia meninggalkan China usai diinterogasi oleh polisi negara itu.
Menteri perdagangan Australia mengatakan pada Jumat (11/9) bahwa badan intelijen bertindak berdasarkan bukti yang terkait dengan penyelidikan campur tangan asing.
Pada Sabtu (12/9), media pemerintah China mengutuk penggerebekan tersebut.
Hubungan Australia dengan China, yang merupakan mitra perdagangan terbesarnya, telah menurun secara bertahap selama beberapa tahun terakhir.
Hubungan itu memburuk tahun ini setelah Canberra menyerukan penyelidikan tentang asal-usul virus corona jenis baru, yang membuat marah Beijing.
China telah memberlakukan pembatasan perdagangan pada sejumlah produk termasuk jelai (barley) dan minuman fermentasi anggur (wine), yang mendorong Australia untuk memperketat uji keamanan nasional bagi investasi asing.
Sumber: Reuters