Kampar, Riau, (ANTARARIAU News) - Musim buah durian yang melanda Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, berdampak kepada pergerakan kegiatan para pedagang sayuran yang belakangan banting stir menjadi penjaja buah berduri tersebut.
Salah satunya yang ditemui ANTARA, Sabtu (24/12), bernama Nursam, (48) seorang janda beranak enam, warga Danau Bingkuang, Kampar. Dia kesehariannya sebetulnya dikenal sebagai pedagang sayuran.
"Ada musim durian saat ini, saya dan banyak teman lainnya beralih menjadi pedagang durian. Mumpung banyak pembelinya, dan ini kesempatan mencari keuntungan yang lebih menjanjikan, demi membiayai tiga anak saya yang sedang kuliah," tuturnya.
Kepada ANTARA, Nursam mengaku, biasanya dia dkk berjualan sayuran di Pasar Danau Bingkuang, Kabupaten Kampar.
Kini, setiap hari, ia menjual durian di bawah tenda kayu beratapkan plastik biru.
'Durian Danau', merupakan jaminan kualitas kegurihan tersendiri atas barang dagangannya itu. Jenis durian ini begitu terkenal memiliki rasa khas, warnanya krem kekuning-kuningan, padat, serta aromanya benar-benar menimbulkan selera.
"Pembeli selalu memburu 'durian danau', tak hanya di Kampar, tetapi hingga ke Pekanbaru, bahkan ke luar Provisi Riau," ujarnya.
Kepada setiap pembeli yang mampir, Nursam menyajikan durian ditambah sepiring nasi ketan dicampur kelapa parut.
Itu menu utama yang biasa disajikannya kepada setiap pengunjung yang datang ke tendanya itu.
Nursam begitu bersemangat menjual durian dagangannya yang dibelinya dari kebun warga tetangganya.
"Durian-durian ini bukan milik saya, melainkan saya beli dari tetangga saya yang punya kebun durian. Sudah selama dua bulan ini saya jual setiap hari, mulai pukul 09.00 hingga 23.00, bahkan terkadang sampai pukul 24.00 WIB", tuturnya, didampingi dua anak laki-lakinya, Muhammad Abuzar dan M Faruk.
Ia menuturkan, penghasilannya setiap hari tidak menentu. "Tapi, rata-rata mencapai Rp750.000 hingga Rp1 juta," ungkapnya malu-malu.
Total buah durian yang laku, menurutnya, mencapai 30 sampai 50 buah dengan harga Rp20.000 hingga Rp40.000 per buah.
"Hasil pejualan durian ini saya kumpulkan untuk memenuhi kebutuhan hidup kami sekeluarga sehari-hari. Saya punya enam orang anak yang harus saya tanggung, apalagi tiga di antara mereka sedang kuliah di Pekanbaru (ibukota Provinsi Riau)", ujarnya sambil tersenyum.
Menjadi pedagang durian, demikian Nursam, sudah dijalaninya setiap tahun pada saat musim durian tiba.
"Jika sudah tidak ada lagi durian, kami beralih lagi kembali ke dagang semula, yakni jual sayuran. Nah, yang ini (sayuran dagangannya), dipanen dari kebun sendiri, yang dibawa ke Pasar Danau Bingkuang," katanya.
Muhammad Abuzar, (24), yang kini sedang menempuh perkuliahan di level semester sembilan di Fakultas Perikanan dan Kelautan Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan di Universitas Riau (UR), merupakan anak ketiga.
Karena prestasi akademiknya yang bagus, ia mendapatkan beasiswa belajar sejak semester pertama.
"Saya mendapat beasiswa dari semester pertama hingga semester sembilan karena saya bisa mencetak Indeks Prestasi (IP) 3.00 ke atas terus-menerus", ungkapnya.
Abuzar mengaku senang, karena biaya kuliahnya tidak membebani ibunya yang sudah menjanda selama 13 tahun itu.
"Alhamdulillah saya bisa meraih prestasi belajar dan mencapatkan beasiswa, sehingga ibu saya tidak begitu berat menanggung biaya kuliah saya. Apalagi bapak saya yang menjadi tulang punggung keluarga sebelumnya, sudah 13 tahun lalu meninggal", tuturnya.
Sementara itu, M Farul, adiknya, atau anak keempat dari Nursam, juga baru menginjak bangku kuliah (semester pertama). Sedangkan anak kelimanya, Nur Absah, sudah semester kelima.
"Inilah yang masih menjadi beban saya. Makana saya harus pontang panting mencari nafkah demi pendidikan anak saya", ucap Nursam lagi.