Kupang (ANTARA) - Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema menilai ajakan Presiden Joko Widodo agar masyarakat berdamai dengan COVID-19 bukan berarti negara gagal, menyerah kalah, takluk tak berdaya atau bersikap abai terhadap bahaya pandemi COVID-19.
"Sebelum ditemukan vaksin penyembuh dan selama pandemi COVID-19 masih menjadi ancaman, maka logis pilihan kebijakannya adalah 'berdamai' dengan keadaan," kata Yohanis Fransiskus Lema melalui aplikasi WhatsApp, Minggu, menanggapi pernyataan Presiden Jokowi.
Menurut dia, 'berdamai" dalam konteks ini mesti dimengerti sebagai upaya melakukan berbagai tindakan penyesuaian, menjalankan adaptasi baru dalam seluruh aspek kehidupan manusia terhadap COVID-19.
"Untuk itu diperkenalkan istilah 'new normal', kata anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Nusa Tenggara Timur (NTT) 2 itu pula.
Dia menambahkan, World Health Organization (WHO) memperkirakan COVID-19 tidak akan hilang, dan bisa jadi keberadaannya terus ada dalam kehidupan manusia.
Pada sisi lain, kehidupan harus terus berjalan, namun karena ancaman COVID-19, maka dibutuhkan berbagai penyesuaian-penyesuaian baru. Manusia harus bisa melakukan adaptasi secara cepat, agar bisa menjaga dirinya dari ancaman COVID-19, sekaligus tetap bisa menjalankan aktivitas kehidupannya.
Karena itu, sambil menunggu ditemukan vaksin penyembuh, manusia harus cepat melakukan adaptasi untuk bisa hidup berdampingan dengan COVID-19.
Bentuk penyesuaiannya adalah menjalankan protokol kesehatan pencegahan dan penanganan COVID-19 secara ekstra ketat, semisal melakukan physical distancing, pakai masker, rajin cuci tangan, dan menerapkan pola hidup sehat.
Artinya, "berdamai" dengan COVID-19 mestinya dimaknai sebagai perubahan fundamental dalam 'mind-set' maupun perilaku aktivitas sehari- hari, agar terhindar dari ancaman mematikan Virus Corona jenis baru, katanya pula.
Baca juga: Tidak mudik, Jokowi rayakan Idul Fitri di Bogor
Menurut dia, WHO menyebutkan COVID-19 tidak akan cepat hilang, bahkan mungkin tetap ada dalam kehidupan manusia.
Dalam hubungan dengan itu, maka saat belum ditemukan vaksin penyembuhnya, hidup berdamai dan berdampingan dengan COVID-19 adalah pilihan logis yang bisa dilakukan.
Tujuannya agar aktivitas kehidupan atau ekonomi kembali berjalan, namun tetap konsisten menjalankan protokol kesehatan secara super ketat.
"Virus itu sulit untuk dihilangkan. Tinggal kita sebagai manusia menalar menggunakan logika untuk menyesuaikan diri, untuk 'berdamai'," ujarnya lagi.
Jadi bukan berarti negara tidak memperhatikan kesehatan, kalah atau menyerah karena perang melawan COVID-19 tidak lagi dari dalam rumah, tetapi dari luar rumah, kata politisi muda PDI Perjuangan yang akrab dipanggil Ansy Lema ini pula.
Baca juga: Presiden Joko Widodo lantik Laksamana TNI Yudo Margono sebagai KSAL
Berita Lainnya
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Presiden Vietnam yakin Indonesia akan unggul di kepemimpinan Prabowo Subianto
16 November 2024 13:05 WIB
Presiden Prabowo Subianto bertemu PM Luxon bahas perdagangan hingga inovasi
16 November 2024 11:53 WIB
Presiden Prabowo sampaikan tekad Indonesia lakukan hilirisasi sumber daya
15 November 2024 15:25 WIB
Perjuangan Polsek Teluk Meranti dukung ketahanan pangan
15 November 2024 13:33 WIB
Gelar rakor ketahanan pangan, Kapolsek Kerumutan harap sinergi demi kesejahteraan bersama
14 November 2024 11:48 WIB
Lemhannas: Kesepakatan Presiden Prabowo Subianto-Xi Jinping pererat hubungan dua negara
13 November 2024 14:32 WIB