Jakarta (ANTARA) - Herbal atau jamu-jamu khas Indonesia berpotensi membantu kesembuhan pasien terinfeksi virus corona baru atau COVID-19 sehingga tak kalah dari obat herbal asal China yang belakangan disebut-sebut masuk ke rumah sakit rujukan COVID-19. Ilmuwan dan dokter saat ini mengupayakan agar jamu memasuki tahap uji klinis pada manusia.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Inggrid Tania dalam diskusi via daring, Selasa, mengatakan perizinan uji klinik di RS Darurat Wisma Atlet dan prosedur birokrasi masih dilakukan.
Baca juga: Cynthia Lamusu minum empon-empon tangkal corona
Menurut dia, pada pasien COVID-19, jamu bisa membantu ketika terjadi badai sitokin pada peradangan paru-paru berat. Namun ini baru sebatas testimoni pasien.
Menurut Tania, obat herbal China yang masuk ke rumah sakit rujukan COVID-19 beberapa waktu lalu sebenarnya belum diuji klinis pada manusia. Padahal obat ini sebenarnya berkhasiat sama seperti tanaman herbal di Indonesia antara lain untuk meredakan gejala seperti demam, meriang, batuk, pilek dan sakit tenggorokan misalnya empon-empon seperti yang rutin dikonsumsi Presiden Joko Widodo atau daun sirih. Lalu penelitian biofarmatika yang dilakukan UI dan IPB juga menyebutkan jambu biji, kulit jeruk, daun kelor, potensi antivirus dari sambiloto dan tanaman lainnya.
"Sebenarnya banyak herbal Indonesia yang berpotensi, karena penelitian sampai tingkat hewan coba sudah menunjukkan hasil yang demikian. Banyak sekali herbal yang berpotensi tapi kembali lagi perlu dibuktikan dengan uji klinik pada pasiennya langsung lewat prosedur penelitian baku, bukan sekadar uji coba pakai dan dikasih sekadar testimoni," kata dia.
Dia lalu menyoroti efek pemberitaan tentang satgas DPR membagikan herbal China pada rumah sakit rujukan COVID-19 yang membuat masyarakat awam memburu obat-obat itu dan muncullah obat bermerek palsu. Ada kesan herbal China sangat efektif hingga dipakai di rumah sakit rujukan COVID-19.
"Ini kan sebenarnya secara ekonomi juga merubuhkan pasar dari jamu atau herbal Indonesia juga karena herbal China ini mendapat kesempatan dipakai di rumah sakit rujukan sementara jamu atau herbal Indonesia belum mendapatkan kesempatan tersebut," kata dia.
Di sisi lain, para dokter yang bertugas di rumah sakit rujukan juga sempat bingung karena pada kemasan obat tidak tertulis komposisi obat, lokasi produksi. Di luar kemasan hanya tertera cara penggunaan dan dosisnya.
Baca juga: 40 Persen Pedagang Jamu Gendong di Riau Masih Pakai Botol Plastik yang Tidak Higienis
Baca juga: Menteri Susi Pudjiastuti Nyanyikan Suwe ora Jamu Di Roma
Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Berita Lainnya
Presiden Prabowo Subianto bertemu PM Luxon bahas perdagangan hingga inovasi
16 November 2024 11:53 WIB
PT PAL dan Kemhan laksanakan proses keel laying kapal Fregat Merah Putih ke-2
16 November 2024 11:35 WIB
Donald Trump pilih Karoline Leavitt sebagai Sekretaris Pers Gedung Putih
16 November 2024 11:25 WIB
Simak LISA BLACKPINK buka Fan Meetup di Jakarta hingga Gaikindo soal PPN 12 persen
16 November 2024 11:16 WIB
SEVENTEEN dikabarkan akan tambah jadwal konser di Indonesia pada Februari 2025
16 November 2024 11:00 WIB
Ketua DPR Puan Maharani sebut judi daring berpotensi buat hak anak terabaikan
16 November 2024 10:38 WIB
Gunung Semeru mengalami beberapa kali erupsi pada Sabtu pagi
16 November 2024 10:32 WIB
BMKG ingatkan waspada potensi hujan berpetir pada Sabtu di sejumlah kota besar
16 November 2024 10:16 WIB