Pekanbaru, 28/7 (ANTARA) -Sekitar 34 imigran gelap asal Iran, Kamis siang mengamuk di Rumah Detensi Pusat Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru, mereka menuntut agar segera dipindahkan dari Pekanbaru ke Cisarua Bogor.Imigran asal Iran tersebut mengamuk dengan memecahkan kaca pintu Rudenim dan kaca-kaca meja. Mereka juga mencari para pegawai Rudenim dan imigran yang berasal dari negara lain untuk dikeroyok, namun pihak kepolisian berdatanganke tempat kejadian dan langsung mengeluarkan tembakan ke udara untuk menghentikan aksi anarkis mereka.
Selama lima hari imigran asal Iran ini tidak menempati Rudenim, sebagai bentuk protes mereka untuk segera dipindahkan dari Pekanbaru ke Bogor, namun pihak Rudenim tidak mau memenuhi tuntutan mereka.
Saat kejadian terjadi Kepala Rumah Detensi Pusat Imigrasi (Rudenim) Fritz Aritonang tidak berada di tempat kejadian karenasedang berada di Jakarta.
"Kami tidak diperhatikan, anak-anak kami sakit tidak ada yang mengurus dan tidak ada yang mengobatinya" kata Said, Imigran asal Iran yang sedikit bisa bahasa Indonesia.
Ia mengungkapkan mereka diperlakukan kurang baik karena satu ruangan diisi oleh dua sampai tiga keluarga."Di sini, fasilitas air dibatasi, makan dibatasi, dan sudah dua bulan kami tidak diberi makan daging," ungkap Said.
Said mengatakan selain tidak diberikan makan daging selama dua bulan,para imigran asal Iran sering diperlakukan beda dengan imigran-imigran lain yang ada di Rudenim tersebut.
"Kami diperlakukan beda dengan imigran-imgran lain di sini seperti fasilitas air dibatasi sedangkan imigran yang lain tidak dibatasi begitu juga tempat tinggal, kami satu ruangan sampai dua atau tiga keluarga sedangkan yang lain cuma satu keluarga saja" ujar Mahmud dalam bahasa Inggris yang terpatah-patah.
Ia juga menambahkan kalau pihak Rudenim mengatakan imigran asal Iran tidak mempunyai agama dan selalu mengganggu orang muslim beribadah.
"Padahal kami orang muslim yang selalu mengerjakan shalat, dan apa yang dikatakan Kepala Rudenim itu bohong semua" jelas Said.
Menurut Kasi Registrasi Administrasi dan Laporan Bahrudin, semua tuduhan yang disampaikan para imigran gelap asal Iran itu tidak benar.
Ia mengatakan, protes tersebut hanya dilakukan oleh imigran Iran itu untuk mencari-cari masalah, sementara penghuni Rudenim yang lain, seperti imigran asal Afganistan, Pakistan dan Sri Langka yang terlebih dahulu menempati Rudenim Pekanbaru tidak ada mengeluhkan pelayanan yang dilakukan petugasnya.
"Mereka cuma mencari-cari masalah saja itu dan mereka ingin fasilitas yang lebih, kami kasih kipas angin namun mereka ingin AC, karena mereka ingin dipindahkan dari sini" ungkap Bahruddin.
Bahruddin mengatakan imigran asal Iran ini tidak hanya mencari-cari masalah dengan petugas Rudenim, namun dengan imigran lain juga mereka sering buat masalah.
"Bahkan mereka tidak menghormati imigran lain yang melakukan ibadah. Misalnya, saat imigran yang beragama Muslim mengumandangkan azan Subuh diprotes karena katanya mengganggu tidur mereka. Padahal, dengan penghuni lain asal Sri Langka yang beragama Hindu mereka memahami kebebasan antar umat beragama," jelas Bahruddin kepada wartawan.
Menanggapi tuntutan pengungsi Iran yang minta dipindahkan ke Rudenim Cisarua, Bogor, karena di Pekanbaru mereka diperlakukan kurang baik dan tidak adil dengan imigran yang lain, Bahruddin mengaku pihaknya telah menghubungi perwakilan IOM (International Organization for Migration) atau lembaga internasinal yang mengurus soal imigran atau pengungsi di Jakarta.
"Kami pun berharap mereka segera dipindahkan dari sini karena kami juga tidak tahan dengan perlakuan mereka yang tidak menghargai warga pribumi di sini padahal mereka imigran gelap" pungkas Bahrudin.***