Pekanbaru (ANTARA) - Bagi nelayan di pinggiran Sungai Siak Kota Pekanbaru mungkin awam mendengar maggot. Namun, maggot juga bisa menjadi ksatria yang bisa saja menjadi pilihan baru mendongkrak ekonomi warga.
Kenalkan, Maggot atau larva black soldier fly (BSF) yang biasa juga disebut sebagai lalat tentara hitam. Maggot ternyata sudah cukup populer di belahan Nusantara lainnya serta menyimpan begitu besar manfaat. Maggot dari BSF ini, bisa dijadikan pakan ikan dan ternak. Bahkan, juga bisa sebagai pengurai sampah.
Bagi nelayan yang tinggal di Rumbai, Pekanbaru, maggot menjadi harapan baru. Apalagi masyarakat setempat, banyak yang berprofesi sebagai nelayan yang memiliki kerambaatau kolam, dan juga peternak. Budidaya maggot BSF ini, juga bisa meningkatkan ekonomi kerakyatan berbasis ramah lingkungan.
Inilah yang kemudian diperkenalkan oleh Direktorat Polisi Air (Ditpolair) Polda Riau. Ditpolair Polda Riau, tengah melakukan pembinaan kepada masyarakat terkait budidaya maggot atau larva lalat tentara hitam ini. Bagi masyarakat yang ingin belajar, bisa langsung datang ke Mako Ditpolair Polda Riau di bawah Jembatan Siak III, Jalan Yos Sudarso.
Seperti pada Rabu (5/2) kemarin, beberapa perwakilan masyarakat, bersama penyuluh dari dinas setempat, datang ke Mako Ditpolair Polda Riau. Mereka tampak antusias mendengarkan pemaparan tentang budidaya maggot BSF dari Direktur Polair Polda Riau, Kombes Pol Badaruddin.
Tak hanya sekedar teori, Badaruddin juga langsung mempraktikkan proses budidaya tersebut. Mulai dari membuat wadah berisi dedak, irisan kelapa kering dan campuran bahan lainnya untuk telur BSF menetas hingga dewasa. Bahan-bahan yang mudah ditemukan dan sangat terjangkau.
Badaruddin mengatakan untuk menghasilkan BSF sangat mudah dan disediakan secara gratis oleh alam. Caranya, dengan memancing kedatangannya dengan bahan-bahan organik di atas.
Bermodalkan jeriken bekas lalu dipotong sebagian, bahan organik itu dicampur dedak (serbuk makanan ayam) dicampur irisan atau ampas kelapa kering menjadi satu.
Setelah diaduk, bisa dicampur gula ataupun air tebu. Selanjutnya dikasih penyedap masakan untuk menimbulkan bau agar lalat terpancing datang dan bertelur di dalamnya. Jangan lupa dikasih jaring agar burung atau binatang lain tak masuk memakan larva.
"Adonan juga dikasih semacam cairan bakteri, kalau gak ada bisa diganti dengan yakult. Lalat nanti pada datang. Larva bisa dibudidayakan menjadi lalat agar bertelur," katanya.
Begitu dapat, lalat tinggal diletakkan dalam kandang, lalu ditutup jaring. Di bagian dasar kandang, diberi air agar semut tidak masuk. Dalam kandang, terlebih dahulu harus disusun kayu-kayu kecil untuk tempat lalat bertelur.
Telur ini lalu diambil dan dimasukkan ke toples berisi serbuk serta buahan busuk yang sudah digiling untuk penetasan.
Badruddin menjelaskan dalam tiga hari si tentara hitam ini akan menetes. Bagi yang jeli matanya akan terlihat larva berukuran sangat kecil. Ini harus dipindahkan ke wadah lain berisi serbuk kemudian ditutup pakai kulit buah nangka atau lainnya sebagai makanan larva
Selanjutnya, larva bisa langsung dijadikan pakan untuk ikan, ayam ataupun bebek. Kandungan protein maggot BSF ini disebut mencapai 60 persen. Sehingga membuat pertumbuhan hewan ternak lebih baik dan sehat.
"Nah, maggot yang berusia 45 hari dimasukkan ke kandang supaya bisa jadi lalat. Untuk lalat sendiri umurnya tidak panjang, jantan usai kawin mati, betina usai bertelur mati. Telurnya diambil begitu seterusnya," sebut Badaruddin lagi.
Untuk aspek kesehatan dan keamanan terkait pakan dari maggot BSF ini, Badaruddin mengimbau masyarakat tidak perlu takut, karena memang sudah terbukti lebih sehat.
Beda halnya dengan pakan yang dijual di pasaran yang tidak diketahui bagaimana, bisa jadi ada campuran kimianya. Secara hitung-hitungan ekonomis pun, pakan dari maggot BSF ini juga lebih murah. Bahkan lebih dari 50 persen.
"Misalnya begini, kalau satu ekor ayam memakai pakan dari toko seharga Rp45.000 maka dengan Maggot BSF ini berkisar Rp 20.000 saja," tuturnya.
Lebih jauh, dia mengatakan jika budidaya ini sangat ramah lingkungan. Pasalnya masyarakat tidak lagi membuang sampah atau limbah ke sungai, karena bisa dimanfaatkan untuk pengembangan maggot BSF.
"Ketika sampah ataupun limbah tak dibuang lagi, sungai bisa bersih. Ini menjadi keuntungan juga," bebernya.
Badaruddin menambahkan, jika masyarakat sudah bisa mengambil keuntungan dari budidaya ini, terutama dalam perekonomian, maka potensi tindak pidana pun bisa berkurang.
"Dengan majunya perekonomian, masyarakat tentu tidak akan berbuat tindak pidana. Itu sangat menguntungkan dari sisi kepolisian, polisi bisa sangat terbantu," pungkasnya.
Sementara itu, Zul, salah seorang warga Rumbai Pesisir yang berprofesi sebagai peternak sejumlah ikan mengatakan, dia mengaku sudah mencoba menerapkan memberi pakan peliharaannya dengan maggot BSF ini.
"Untuk lele, nila, gurami, sudah kita coba. Bagus hasilnya," aku Zul.
Berita Lainnya
PWI Kampar silaturrahmi ke Kampung Wisata Kubang Jaya
06 October 2021 18:39 WIB
Kericuhan terjadi Rempang
19 December 2024 8:27 WIB
Polda Riau cek kelangkaan solar di SPBU
18 December 2024 17:25 WIB
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB