Pekanbaru, 1/4 (ANTARA) - Manajemen PSPS Pekanbaru menilai mandulnya Muhammad Isnaini dalam mencetak gol bagi tim berjuluk Asykar Bertuah di kompetisi Liga Super Indonesia (LSI), tidak terlepas adanya persaingan antarpemain di klub itu.
"Mandulnya Isnaini karena memang ada persaingan antara pemain lokal dan asing di tubuh tim PSPS, sebagaimana lazimnya yang terjadi di tubuh klub-klub LSI," kata Manajer PSPS, Dastrayani Bibra, di Pekanbaru, Jumat.
Dari 16 laga yang dilakoni Asykar Bertuah baik di partai kandang atau tandang, Isnaini yang bertandem dengan legiun asing asal Kamerun, Dzumafo Herman di lini depan hanya bisa mengemas dua gol.
Sementara Dzumafo sendiri hingga kini tercatat baru menciptakan tujuh gol.
Sedangkan jumlah gol yang diciptakan anak-anak Pekanbaru dalam 16 laga itu tercatat 21 gol, dengan kemasukan 22 gol, dari enam kali kali menang, tiga seri, dan tujuh kalah dan berada diperingkat 10 klasemen dengan raihan 21 poin.
Poin yang diraih PSPS itu hanya terpaut sembilan poin dari tim juru kunci di zona degradasi yang dihuni Bontang FC.
Padahal di kompetisi yang sama pada musim lalu, pasangan striker tim sepak bola asal Kota Bertuah, Pekanbaru itu tercatat merupakan duet berbahaya yang haus akan gol dengan menyumbangkan 32 gol bagi PSPS.
"Memang musim lalu sebagian besar gol kita dicetak kedua pemain ini. Isnaini dengan 15 gol, sedangkan Dzumafo 17 gol dan PSPS menjadi salah satu tim yang disegani ketika bermain di luar kandang," jelas Dastryani.
Manajer PSPS itu juga mengatakan, faktor lain yang dinilai menjadi penyebab minimnya produktifitas gol yang dihasilkan tim besutan Abdulrahman Gurning itu tidak terlepas dari masalah krisis dana.
"Gaji yang kita bayarkan kepada pemain memang sering telat dua sampai tiga bulan, dan kami sadar itu bisa mengganggu psikologi anak-anak terutma ketika bertanding," ujarnya.
