Empat bayi singa korban perdagangan satwa sempat stres, begini penanganan dari BBKSDA Riau
Pekanbaru (ANTARA) - Sebanyak empat bayi singa afrika (Panthera leo melanochaita) yang diselamatkan dari sindikat perdagangan satwa, kini kondisinya mulai pulih dari stres.
Dokter hewan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riaudrh. Rini Deswita melakukan pemeriksaan terhadap kondisi bayi singa di kandang penitipan di Kebun Binatang Kasang Kulim, Kabupaten Kampar, Senin. Ia mengatakan satwa tersebut mulai membaik dan terlihat sudah bisa bermain.
"Kondisi saat ini mulai membaik. Indikatornya mulai mau makan minum, dan sudah lincah bermain," kata drh. Rini Deswita.
Empat ekor bayi singa afrika berusia 4-6 bulan itu diselamatkan Polda Riau dari tangan sindikat perdagangan satwa dilindungi, di Pekanbaru pada Sabtu (14/12). Selain bayi singa, polisi juga menyelamatkan seekor bayi leopard dan 58 kura-kura Indian Star.
"Sebelumnya mereka agak stres karena selama proses transportasi di kandang yang kecil, dan ditempatkan dua ekor singa dalam satu kandang sehingga ada yang tak mau minum," ujarnya.
Baca juga: Miris, induk bayi orangutan terlantar di Riau diperkirakan sudah dibunuh
Ia menjelaskan, empat bayi singa tersebut kini dititipkan di Kebun Binatang Kasung Kulim dalam kandang khusus. Di dalamnya diberi batang kayu dan lantai papan agar mereka bisa berkeliaran seperti di alam liar.
Ia mengatakan hingga kini kondisi induk singa tersebut belum diketahui. Mereka diberi makan pada pagi dan sore hari berupa susu dan daging yang digiling.
"Singa bukan satwa Indonesia, melainkan satwa Afrika. Afrika negara tropis sama dengan negara kita jadi tak terlalu susah mereka adaptasi. Singa di Indonesia bisa bertahan hidup dan berkembang biak dengan jumlah anak lebih banyak," ujarnya.
Baca juga: Penyelundupan empat bayi singa Afrika digagalkan di Riau
Sedangkan untuk bayi leopard (Panthera Sp.) ditempatkan di kandang berbeda dengan singa, dan diberi makan susu lewat botol. Leopard yang diperkirakan usianya di bawah satu tahun itu terlihat mulai aktif bergerak.
Sebelumnya, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Riau juga meringkus dua pria yang telah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka berinisial Yat dan Is, dan diduga bertindak sebagai pengendali perdagangan satwa tersebut.
Satwa dari Afrika itu diselundupkan sindikat perdagangan satwa liar dari pelabuhan tikus (tidak resmi) yang tak jauh dari kantor imigrasi Kota Dumai, Riau dari perairan Malaysia.
Bayi singa dan leopard malang yang masih berusia di bawah satu tahun itu kemudian dibawa ke Kota Pekanbaru menggunakan minibus dengan tujuan akhir Lampung.
Asal satwa tersebut belum bisa dipastikan, dan pemesannya belum bisa ditangkap.
Baca juga: Inilah sebabnya Riau jadi pintu penyelundupan satwa sindikat internasional
Baca juga: KLHK gandeng Polda Riau buru sindikat penjualan organ harimau
Dokter hewan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riaudrh. Rini Deswita melakukan pemeriksaan terhadap kondisi bayi singa di kandang penitipan di Kebun Binatang Kasang Kulim, Kabupaten Kampar, Senin. Ia mengatakan satwa tersebut mulai membaik dan terlihat sudah bisa bermain.
"Kondisi saat ini mulai membaik. Indikatornya mulai mau makan minum, dan sudah lincah bermain," kata drh. Rini Deswita.
Empat ekor bayi singa afrika berusia 4-6 bulan itu diselamatkan Polda Riau dari tangan sindikat perdagangan satwa dilindungi, di Pekanbaru pada Sabtu (14/12). Selain bayi singa, polisi juga menyelamatkan seekor bayi leopard dan 58 kura-kura Indian Star.
"Sebelumnya mereka agak stres karena selama proses transportasi di kandang yang kecil, dan ditempatkan dua ekor singa dalam satu kandang sehingga ada yang tak mau minum," ujarnya.
Baca juga: Miris, induk bayi orangutan terlantar di Riau diperkirakan sudah dibunuh
Ia menjelaskan, empat bayi singa tersebut kini dititipkan di Kebun Binatang Kasung Kulim dalam kandang khusus. Di dalamnya diberi batang kayu dan lantai papan agar mereka bisa berkeliaran seperti di alam liar.
Ia mengatakan hingga kini kondisi induk singa tersebut belum diketahui. Mereka diberi makan pada pagi dan sore hari berupa susu dan daging yang digiling.
"Singa bukan satwa Indonesia, melainkan satwa Afrika. Afrika negara tropis sama dengan negara kita jadi tak terlalu susah mereka adaptasi. Singa di Indonesia bisa bertahan hidup dan berkembang biak dengan jumlah anak lebih banyak," ujarnya.
Baca juga: Penyelundupan empat bayi singa Afrika digagalkan di Riau
Sedangkan untuk bayi leopard (Panthera Sp.) ditempatkan di kandang berbeda dengan singa, dan diberi makan susu lewat botol. Leopard yang diperkirakan usianya di bawah satu tahun itu terlihat mulai aktif bergerak.
Sebelumnya, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Riau juga meringkus dua pria yang telah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka berinisial Yat dan Is, dan diduga bertindak sebagai pengendali perdagangan satwa tersebut.
Satwa dari Afrika itu diselundupkan sindikat perdagangan satwa liar dari pelabuhan tikus (tidak resmi) yang tak jauh dari kantor imigrasi Kota Dumai, Riau dari perairan Malaysia.
Bayi singa dan leopard malang yang masih berusia di bawah satu tahun itu kemudian dibawa ke Kota Pekanbaru menggunakan minibus dengan tujuan akhir Lampung.
Asal satwa tersebut belum bisa dipastikan, dan pemesannya belum bisa ditangkap.
Baca juga: Inilah sebabnya Riau jadi pintu penyelundupan satwa sindikat internasional
Baca juga: KLHK gandeng Polda Riau buru sindikat penjualan organ harimau