Omset kerajinan rotan Pekanbaru capai 20-25 juta perbulan

id Berita hari ini, berita riau terkini, berita riau antara,Omset kerajinan rotan

Omset kerajinan rotan Pekanbaru capai 20-25 juta perbulan

Aneka produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kerajinan rotan Elsindo dan Perabot Rotan Donna di Jalan Yos Dudarso, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, dikelola Sugianto (57) bersama anaknya laris manis, bahkan sudah dibawa ke luar negeri sebagai buah tangan. (Riau.Antaranews/Ramadhani Indah Al Dillah/Frislidia)

Pekanbaru (ANTARA) - Manajemen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kerajinan rotan Elsindo di Jalan Yos Dudarso, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, meraih omset sebesar Rp20-25 juta dari penjualan aneka produk berbahan sumber daya hutan tersebut.

"Aneka produk kerajinan ini dibuat oleh 13 pekerja, satu perajin bisa menyelesaikan hingga dua produk kursi besar setiap minggunya, bahkan hanya butuh sekitar tujuh jam jika sudah trampil di bidang ini," kata Sugianto, pemilik UMKM Elsindo, di Pekanbaru, Rabu.

Menurut Sugianto, beragam produksi yang dijual mulai dari kotak tisu, keranjang buah, cermin hias, kursi goyang, meja tamu, ayunan bayi, tudung saji, peralatan untuk pesta, kursi anak untuk motor, keranjang kain, hingga tempat tidur dan lainnya.

Sentra bahan baku rotan untuk membuat produk-produk tersebut berasal dari berbagai daerah seperti Mentawai, Jambi, Sumbar dan Riau. Dominan ia memesan dari Mentawai karena areal penanaman mereka sudah terkelola dengan baik dan memiliki jenis yang banyak.

Rotan asli Riau memiliki jenis yang berbeda dan butuh proses panjang untuk menjadi bahan baku siap pakai, tentunya akan menambah ongkos produksi kerajinan rotan itu.

Ia menyebutkan, kerajinan rotan ini juga dilirik oleh wisatawan lokal, nasional dan asing sebagai oleh-oleh bahkan beberapa pesanan ada yang dikirim ke Jakarta, disamping itu ada beberapa karyawan perusahaan asing di Riau menjadikan perabotan rotan ini sebagai buah tangan dan kenang-kenangan untuk dibawa pulang ke luar negeri.

"Produk kerajinan Elsindo juga sampai ke Jakarta hingga luar negeri juga sudah, tentunya dengan harapan produksi kerajinan ini akan banyak lagi dibawa ke luar Riau untuk mendukung makin berkembangnya kerajinan rotan asal Pekanbaru ini," harapnya.

Pria 57 tahun ini berkisah bahwa keterampilan menganyam rotan itu ia warisi sejak kecil dari ayah kandungnya. Ayahnya yang berasal dari Cirebon itu membuka usaha kerajinan di Sumatera Barat, dan dibantu sang istri (ibu kandung Sugianto, red) yang asli dari tanah minang tersebut.

Berbekal warisan bakat dan keterampilan dari orang tuanya, serta dengan kegigihan dan kerja keras kini Sugianto sudah memiliki tiga toko, pertama Usaha Kerajinan Dona berdiri sejak 1994 yang saat ini di kelola oleh anak perempuannya, lalu toko Razab yang dikelola menantunya, dan pada 2010 mendirikan Elsindo yang ia kelola sendiri dengan dibantu para pekerjanya.

Para pekerja menyelesaikan borongannya tidak ditargetkan waktu, kecuali jika ada pesanan yang meminta produk selesai cepat. Proses pengerjaan sebagian besar dilakukan di rumahnya di Jalan Meranti Pandak, tidak jauh dari toko. Namun jika ada pembeli yang ingin memesan cepat dan menunggu barang selesai dibuat maka pengerjaan juga bisa dilakukan langsung di toko.

Upah pengerjaan rata-rata satu buah kursi sekitar Rp75 ribu dan setiap minggu pekerja bisa mengantongi gaji sebesar Rp700-800 ribu hingga ada yang menerima upah Rp1 juta perminggu. Besaran upah diberikan berdasarkan bahan dan tingkat kesulitan produk yang dikerjakan.

"Usaha ini memiliki potensi ekonomi yang besar tapi saat ini sulit menemukan orang yang memiliki kemampuan dan kemauan sebagai perajin rotan tersebut," katanya.

Padahal, katanya, SDM perajin akan dapat dengan mudah ditemukan apalagi kelas pelatihan dan seminar untuk mengasah bakat perajin rotan sudah sering dilakukan, bahkan Sugianto pun kerap menjadi pemateri dan pelatih hingga ke daerah lain, seperti Pelalawan hingga Bengkalis.

"Untuk membuka usaha kerajinan ini tidak bisa dipaksakan, dan tidak semua orang tertarik untuk membuat kerajinan karena butuh kemauan, kesabaran, kemampuan, dan kegigihan apalagi bagi kalangan muda," tuturnya.

Ia mengatakan, dirinya pernah menyarankan ke Pemkot Pekanbaru untuk memasukkan pelajaran dan pelatihan kerajinan rotan di sekolah, dan selanjutnya pelajar yang telah dilatih itu bisa magang di tokonya.Tapi sayang, lanjutnya, wacana ini belum bisa terealisasi dengan baik dan banyak dari mereka yang telah pernah dibina akhirnya tidak melanjutkan di bidang ini.

"Padahal butuh proses yang berkelanjutan jika kita serius ingin melestarikan kerajinan rotan tersebut, dan berkembangnya industri ini, perlu bantuan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, dan memotivasi perajin muda untuk terus bersemangat dalam berkreasi dilengkapi dengan penyuluhan yang berkelanjutan," katanya berharap.