Pekanbaru, 22/12 (ANTARA) - Produksi madu hutan Sialang yang sebelumnya menjadi andalan Malaysia mengalami penurunan drastis akibat hutan terus berkurang, sehingga pengusaha di Negeri Jiran berpaling ke Provinsi Riau untuk mendapatkan madu untuk keperluan industri.
"Produksi madu Sialang terus turun karena hutan terus berkurang baik itu melalui pembabatan legal maupun ilegal," kata Managing Director The Lord Heritage (TLH) Product Industries SDN BHD, Zulkurnain Bin Yunus, kepada ANTARA di Kampar Kiri Tengah, Kabupaten Kampar, Rabu.
TLH Product Industries merupakan perusahaan distributor dan retail madu di Malaysia. Perusahaan itu secara rutin mengimpor madu hutan dari pohon Sialang dari Riau sejak tahun ini, karena permintaan madu alami tanpa campuran kimia itu terus meningkat di Malaysia.
Menurut dia, cukup luas hutan di Malaysia beralih fungsi menjadi kebun kelapa sawit dan karet. Akibatnya, produksi madu Sialang di Malaysia turun menjadi tinggal 2,5 ton pada tahun 2010, dari sebelumnya sekitar 5-10 ton pada 2009.
"Peminat madu alami di Malaysia sebenarnya cukup tinggi, tapi kami kesulitan mencari madu," katanya.
Bahkan, ia mengatakan pohon Sialang yang sebelumnya menjadi tempat lebah bersarang kini banyak yang kosong. Sebabnya, kondisi lingkungan di sekitar pohon Sialang berubah fungsi menjadi perkebunan sawit yang tak ramah untuk lebah dalam memproduksi madu.
"Banyak ditemukan hanya satu pohon Sialang tersisa di tengah kebun sawit. Lebah tak mau lagi bersarang karena tanaman sawit membuat temperatur disekelilingnya panas dan sarang lebah juga rentan jatuh akibat hembusan angin karena tak ada pohon pelindung lainnya," ujarnya.
Karena itu, ia mengatakan pihaknya telah tiga kali mengimpor madu Sialang dari Riau sekitar satu ton per bulan dengan harga Rp37.000 per kilogram (kg) dari asosiasi petani madu pada tahun ini.
Menurut dia, madu Sialang Riau lebih baik dari negara penghasil madu hutan lainnya seperti Kamboja, Vietnam, Thailand, bahkan juga Malaysia.
Berdasarkan data WWF Riau, potensi madu Sialang yang sudah berhasil dihitung sedikitnya di sekitar kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) mencapai 1,6 ton per bulan. Jumlah pohon Sialang yang menjadi tempat bersarangnya lebah hutan mencapai 266 pohon yang tersebar di enam blok yang berbeda.