Dumai (ANTARA) - Limbah daun tanaman Nanas kini tidak lagi membuat Syamsul dan anggota Kelompok Tani Tunas Makmur Desa Kampung Jawa, Kecamatan Sei Pakning,bingung. Sebab daun bisa disulap menjadi besek atau wadah sebagai pengganti plastik, dan justru menambah penghasilan.
Sebelumnya, petani Nanas Poktan Tunas Makmur sejak Tahun 2015 setiap usai panen tidak memanfaatkan daun nanas, dan dibuang begitu saja. Namun mulai 2017, muncul ide kreatif dari Ketua Poktan Syamsul untuk mengolahnya menjadi besek berbagai ukuran, dan mendapat respons baik PT Pertamina RU II Sei Pakning.
Menurut Syamsul (52), membuat besek nanas sangat gampang dan bisa dikerjakan manual dengan peralatan dibuat sendiri tanpa dibeli. Pekerja tak lain adalah anggota atau keluarga dari Poktan Tunas Makmur. Sebagian besar ibu rumah tangga, dan mendapat penghasilan hingga Rp500 ribu per orang.
Daun nanas awalnya dibuat anyaman tas dan dijajakan di tepi jalan umum, namun penjualan belum memuaskan hingga dilirik pekerja Pertamina dan menawarkan konsep pemasaran lebih menjanjikan dengan membuat besek atau pengganti plastik.
"Ide ini muncul ketika daun nanas terbuang tidak bermanfaat, lalu kita ambil inisiatif mengembangkan jadi anyaman tas, akhirnya setelah dilirik Pertamina, kini dikembangkan besek berbagai ukuran sebagai pengganti kantong plastik," kata Syamsul kepada Antara, Jumat (23/8).
Bahan baku membuat besek ini hanya daun nanas saja dengan dibantu alat anyaman manual. Pertama kali daun nanas direbus, kemudian dikupas untuk membuang duri, setelah itu dikeringkan selama dua hingga tiga hari dengan cara dijemur di bawah sinar matahari.
Warga dan petani yang membantu pembuatan besek ini hanya bekerja dua jam dalam sehari, atau pekerjaan tambahan setelah seharian bertani pohon karet sebagai aktivitas rutin sehari-hari.
"Pembuatan besek nanas ini kita dibantu warga untuk tambahan penghasilan, dan bahan baku tidak ada kendala, karena setiap hari daun bisa diambil sekaligus kita merawat tanaman nanas," sebut Syamsul lagi
Kegiatan pertanian dilakukan di atas lahan bersama masyarakat dan koperasi dibentuk seluas 14 hektare sejak 2013. Saat itu lahan dimanfaatkan dengan menanam kelapa sawit dan pohon karet. Seiring waktu, petani mulai beralih ke tanaman nanas dan bertahan hingga kini.
Poktan Tunas Makmur sudah menjadi binaan Pertamina RU II Sei Pakning, Kabupaten Bengkalis, sejak pertengahan 2017, saat itu nanas masih dikembangkan jadi berbagai produk makanan olahan, di antaranya, manisan nanas, dodol nanas, wajik nanas dan lain sebagainya.
Pembinaan Pertamina Sei Pakning dirasakan petani sangat membantu karena selain diberikan bantuan berbagai alat pengolah produk makanan, permodalan, juga dibina dengan pelatihan untuk menjadi petani yang modern.
Seperti alat vakum untuk pembuatan kripik atau kerupuk nanas, satu set alat perajang buah. Pelatihan di bidang pertanian maupun pengolahan dari buah nanas, termasuk untuk pembuatan besek dibantu pemasaran dan promosi.
Selain itu, BUMN pertambangan minyak dan gas bumi ini juga membantu pengembangan Wisata Arboretum Gambut sebagai wisata atau edukasi hutan gambut, bertujuan untuk mempertahankan endemik tanaman kayu hutan yang hidup di lahan gambut.
Di mana sekarang lahan gambut merupakan lahan yang mudah terbakar di saat musim kemarau, sehingga ini yang menjadi salah satu tujuan Pertamina dan Poktan Tunas Makmur melalukan kegiatan pertanian dengan cara tidak merusak ekosistengambut tersebut.
"Kami dibantu juga alat berat untuk pembersihan lahan serta bantuan bibit Nanas di atas lahan seluas 10 hektare, dan lahan Nanas awalnya hanya 4,5 hektare kini menjadi 14,5 hektare," ungkap bapak dari tiga anak ini.
Penerapan program kalahkan polusi plastik atau Beat Plastic Pollution di lingkungan Pertamina RU II Dumai diakui General Manager M Dharmariza sudah dilakukan sejak 2018 dengan mengurangi konsumsi air mineral dalam kemasan diganti botol minuman isi ulang atau tumbler.
Pada Idul Adha Tahun 2018, dimulai penggunaan besek bambu sebagai pengganti plastik, selain ramah lingkungan, juga memberikan nuansa kearifan lokal Indonesia mengingat jenis kantong ini sudah digunakan turun-temurun oleh masyarakat Indonesia.
"Beat Plastic Pollution atau kalahkan polusi plastik sejak 2018 kita jalankan, pada Idul Adha 2018 lalu, pengganti plastik bungkus daging kurban dengan besek anyaman bambu, dan tahun 2019 ini penggunaan daun nanas," kata Dharmariza.
Meski penggunaan plastik lebih mudah dan praktis karena mudah dicari, namun sebagai wujud komitmen mengurangi dampak plastik di lingkungan, maka digunakan wadah lain dari anyaman bambu dan daun Nanas, sekaligus untuk menginspirasi semua pihak.
Poktan Tunas Makmur Desa Kampung Jawa Kecamatan Sungai Pakning mitra binaan program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) Pertamina RU II dalam membuat besek daun tanaman nanas yang apik, dan sejak awal sudah melakukan budidaya dan pengolahan tanaman Nanas menjadi berbagai produk makanan ringan.
"Ke depan semoga makin banyak masyarakat tertarik mengikuti program pemberdayaan Pertamina dan mengurangi dampak plastik," sebutnya.
DLH Dumai Tertarik
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Dumai Satrio Wibowo mengaku kaget dengan karya besek daun Nanas dihasilkan salah satu Poktan binaan Pertamina RU II ini, dan dia segera akan berkoordinasi agar bisa diciptakan di Dumai.
Partisipasi Pertamina RU II menjalankan program kalahkan polusi plastik ini diapresiasi DLH Dumai, karena masih sulitnya melepas ketergantungan masyarakat menggunakan plastik yang menjadi penyumbang terbesar volume sampah harian di kota pesisir Provinsi Riau ini.
"Kita baru tahu Pertamina membina mitra penghasil besek daun nanas pengganti plastik, dan kita tertarik juga untuk mengembangkan di Dumai, agar mengurangi dampak plastik bisa dijalankan juga di sini," kata Satrio.
Penerapan Beat Plastic Pollution di Kota Dumai sejauh ini masih digencarkan hanya internal keluarga besar DLH, dengan memulai penggunaan minuman isi ulang selanjutnya menyasar ke seluruh organisasi perangkat daerah pemerintah daerah.
Setelah menerapkan di lingkungan pemerintahan, maka DLH akan gencarkan program berantas polusi plastik ini ke tengah masyarakat umum, namun diakui dia sulit karena menciptakan pengganti plastik tentu membutuhkan biaya tambahan.
"Bahan baku membuat pengganti plastik ini cukup mahal, dan tidak semua orang bisa membuat, karena itu secara bertahap kita terapkan, dimulai dari diri sendiri dan lingkungan pemerintah daerah," sebutnya.
Kepedulian dan partisipasi Pertamina RU II Dumai ini sangat membantu pelaksanaan program mengurangi dampak plastik di lingkungan, dan diharapkan bisa menjadi percontohan perusahaan lain beroperasi di Dumai.
Berita Lainnya
Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut menang kontrak metanol 21.000 metrik ton di Dumai
31 July 2024 17:36 WIB
Catat rekor MURI, Pertamina Dumai edukasi ratusan ibu rumah tangga padamkan api
10 July 2024 18:10 WIB
Truk tangki BBM di Bukit Timah Dumai terbakar usai kecelakaan
25 February 2024 16:52 WIB
Penyidik serahkan berkas perkara ledakan Kilang Pertamina Dumai ke jaksa
09 November 2023 9:13 WIB
Kenalkan energi terbarukan sejak dini, Pertamina pasang solar panel di SMKN 2 Dumai
01 November 2023 7:59 WIB
PT KPI RU Dumai hentikan produksi sementara, ini alasannya
29 October 2023 14:22 WIB
Polisi tetapkan tersangka baru perkara meledaknya kilang Pertamina di Dumai
27 October 2023 16:23 WIB
FOTO - Satu warga ditangkap saat eksekusi lahan Pertamina di Dumai
13 October 2023 7:53 WIB