Dumai, 29/11 (ANTARA) - Abrasi disepanjang bibir pantai Kota Dumai, Riau, saat ini kian meluas sehingga mengancam sejumlah lahan perkebunan dan pemukiman warga.
Koordinator lembaga swadaya masyarakat (LSM) Pecinta Alam Bahari, Darwis yang ditemui di Dumai, Senin, memaparkan kondisi abrasi tersebut.
Menurut dia, tingginya tingkat ancaman abrasi di bibir pantai laut Dumai disebabkan gelombang tinggi yang terus menerjang bibir pantai.
Selain itu, lanjut dia, kurang terawatnya lahan tanaman bakau juga menjadi pemicu abrasi berat.
"Apabila kondisi tersebut tetap dibiarkan, maka bibir pantai akan semakin menyusut dan terus bergerak mendekati perkebunan dan pemukiman warga sekitar," terang dia.
Kondisi pengikisan tepi pantai yang terjadi diwilayah pesisir Dumai tersebut menurut dia sudah berlangsung lama. Bahkan menurutnya setiap hari tanah di bibir pantai tersebut terus menghilang akibat terkikis air laut.
Kendati demikian, dikatakan Darwis, penanganan masalah abrasi sejak dulu sudah lama dicanangkan baik dengan cara pelestarian bakau maupun membangun turap-turap di sepanjang bibir pantai laut Dumai.
"Namun akibat peremajaan bakau yang kurang diperhatikan serta pembangunan turap yang terkesan asal-asalan, abrasi tidak terhambat dan mengancam sebahagian besar daratan tepi laut Dumai," paparnya.
Pada kesempatan terpisah, Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Dumai, Basri, mengatakan, sejauh ini kontruksi penanggulangan abrasi pantai memang menjadi perhatian pihaknya.
"Hal ini memang sudah dimasukan didalam program kerja KLH. Beberapa wilayah seperti disepanjang bibir pantai Selinsing dan Pelintung yakni kawasan industri Dumai (KID), kemudian di kawasan Datuk Laksamana tepatnya di Pelabuhan Indonesia (Pelindo) hingga kawasan Dock Yard menjadi pusat perhatian kami dalam penangulangan abrasi," jelasnya.
Langkah pencegahan perluasan abrasi, dijelaskan Darwis dilaksanakan dengan cara yang konvensional, yakni menanam pohon bakau, dan memasang cerucuk dengan bambu atau dolken dengan meletakkan tumpukan karung pasir ditengahnya.
"Selain cara itu, kami juga merancang cara penanggulangan yang berteknologi seperti membangun konstruksi bendungan atau tanggul berbentuk turap," ringkasnya.