Selatpanjang, Riau (Antarariau.com) - Masuknya air pasang laut berasal dari perairan di jalur pelayaran internasional Selat Malaka, kian mengancam keberlangsungan kebun kopi liberika di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.
"Curah hujan dan ditambah lagi air laut ketika pasang, sangat membahayakan lahan gambut khususnya tanaman kopi," ucap penampung kopi liberika, Romadani di Selatpanjang, Meranti, Kamis.
Ia jelaskan, petani di daerah itu pernah sampaikan keluhan mereka terhadap permasalahan abrasi atau biasa disebut erosi pantai hingga ke kebun kopi warga tempatan.
Tetapi pemerintah kabupaten setempat menyatakan, belum bisa menanggulangi permasalah tersebut karena masih terbatasnya anggaran.
Tercatat, data dinas terkait setempat tahun 2014, sekitar 162 hektare (ha) atau mencapai 14 persen di Kecamatan Rangsang Pesisir dari total luas kebun kopi Meranti sekitar 1.170 ha.
"Untuk atasi masalah ini, petani minta dibuatkan tali air. Mestinya di awal tahun ini, sudah terealisasi. Cuma, belum bisa dituruti pemerintah daerah," katanya.
"Memang terakhir dijanjikan oleh pemerintah provinsi, itu dari 2016 tidak jadi. Tapi di tahun 2017 nanti, pasti jadi karena kopi liberika adalah aset daerah," terang Romadoni.
Nyoto (53), petani kopi berasal Desa Kedabu Rapat, Meranti mengaku, kebun kopi miliknya terancam abrasi saat musim pasang setiap tahun.
Belum lagi, tambahnya, akibat yang ditimbulkan oleh air pasang tersebut dapat mengganggu produktifitas tanaman kopi dihasilkan kebunnya itu
"Saat ini memang, paritnya terbuka ke laut. Lalu terjadi masalah pendangkalan. Sehingga saat banjir pasang, kebun kopi akan terendam air," katanya.
Pihaknya bersama petani kopi setempat sagat mengharapkan bantuan untuk melakukan pengerukan parit atau membuat pintu klep.
Tapi hal tersebut belum juga terwujud hingga akhir tahun ini dan menimbulkan dampak pada tengganggu produksi kopi petani.
"Kami upayakan kebun kopi, bisa bertahan dan hasilkan biji kopi andalan. Kami inginkan, ada juga upaya dari pemerintah," tutur Nyoto.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Meranti, Mamun Murod menyebut, abrasi pada wilayah ini tidak dapat dihindarkan.
Data pihaknya tahun 2014, abrasi terjadi di bagian wilayah pesisir khususnya bagian terluar seperti di Pulau Merbau, Pulau Padang dan Pulau Rangsang total sekitar 1.956 ha.
Dari jumlah total itu, abrasi paling parah di Pulau Rangsang mencapai 1.427 ha meliputi panjang pantai 73,51 kilometer dengan lebar 355 meter.
"Abrasi ini terjadi, karena Kepulauan Meranti berbatasan langsung dengan Selat Melaka. Selat yang cukup padat lalu lintas, sebab merupakan jalur pelayaran internasional," ujarnya.
Berita Lainnya
Cegah abrasi, PT Bukit Asam tanam bibit mangrove di Pantai Taluak, Sumbar
29 August 2024 12:47 WIB
Laju abrasi di Inhil tinggi, ini upaya BRGM dan Forkompinda
24 July 2024 19:59 WIB
Pemprov Riau segera bangun rumah warga terkena abrasi
12 July 2024 20:51 WIB
Pemkab Inhil larang kendaraan 8 ton melintas pascalongsor di Tembilahan
11 July 2024 14:39 WIB
Wabup sampaikan kondisi abrasi di pesisir Pulau Bengkalis
07 May 2024 19:02 WIB
Muhammadiyah tanam 1.000 bibit mangrove, cegah abrasi di pantai selatan Jawa
30 April 2024 14:51 WIB
Belasan rumah warga dilaporkan rusak akibat abrasi di Pantai Mapak Indah Mataram
15 March 2024 14:45 WIB
TNI AU gandeng BRGM perlambat laju abrasi pantai di Lanud Raden Sadjad Natuna
22 January 2024 12:22 WIB