Kisah Rumah Kumuh Nenek Kida Bersama Anaknya yang Difabel di Kuansing

id kisah rumah, kumuh nenek, kida bersama, anaknya yang, difabel di kuansing

Kisah Rumah Kumuh Nenek Kida Bersama Anaknya yang Difabel di Kuansing

Kuantan Singingi, (Antarariau.com) - Nenek Kida (72) warga Seberang Cengar, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau masih hidup di bawah garis kemiskinan, berada di rumah tidak layak huni atap bocor, lantai kumuh dan hidup bersama anaknya Reni, penyandang disabilitas.

"Kami sangat prihatin melihat kehidupannya, untungnya ada warga yang membantu," kata Kepala Desa Seberang Cengar Kuantan Mudik, Kuantan Singingi Nopendri, di Teluk Kuantan, Sabtu.

Ia mengatakan, salah satu warga bernama nenek Kida (72) sejak puluhan tahun lalu ekonominya belum beranjak naik, berbagai upaya yang dia lakukan tetap saja masih hidup susah, setiap hari berusaha hanya bisa mencukupi makan sehari-hari.

Kida gigih orangnya, atas keprihatinan masyarakat terhadap kehidupan nenek itu, semua pihak berharap adanya uluran tangan dari pemerintah kabupaten untuk membangun rumah layak sebagai tempat tinggal mereka, karena sudah sangat tidak layak untuk dihuni bahkan jika datang musim hujan air merembes kedalam rumah.

Nenek Kida bekerja sebagai petani karet untuk bertahan hidup bersama anaknya selama 45 tahun menyandang disabilitas, dan dari pihak pemerintah desa sudah mengupayakan bagaimana supaya nenek Kida bersama anaknya mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah terutama seperti rumah layak huni, bantuan sandang maupun pangan.

"Pada usia senja nenek Kida dengan tubuh yang kurus dan selalu berpakaian lusuh sangat memprihatikan," ujarnya pula.

Ia juga menuturkan, untuk menafkahi anaknya Reni yang merupakan penyandang disabilitas, terpaksa Kida keluar masuk hutan, kebun dan semak belukar untuk mencari sesuap nasi sebagai petani karet, itu pun hasilnya tidak mencukupi.

Rumahnya sudah terlihat lapuk, kondisi atap rumah banyak yang berlubang, sehingga saat hujan Kida harus menggunakan ember di tengah rumahnya sebagai penampung air, selain untuk melindungi anaknya juga khawatir tempat masak dan tidur terganggu karena basah.

"Kami dari pihak pemerintahan desa sudah berupaya keras membantu," ujar dia lagi.

Salah satu warga Kuansing Kiki (34) mengatakan, melihat kondisi kehidupan nenek yang sudah rentan dengan penyakit itu, selayaknya mendapatkan bantuan rumah layak huni (RLH) dari pemerintah, selain bantuan sembako.

"Instansi terkait sebaiknya langsung meninjau dan melihat kondisi nenek Kida," ujarnya.

Menurutnya, Kuansing sudah tergolong daerah yang sedang berkembang, tidak semestinya jika masih terdapat warga hidup di bawah garis kemiskinan apalagi berada di rumah kumuh, bantuan pemerintah untuk RLH perlu ditinjau lagi agar tepat sasaran sehingga warga yang berhak menerima yang diberikan.***4***