PLN WRKR Modifikasi Cuaca Atasi Defisit PLTA

id pln wrkr, modifikasi cuaca, atasi defisit plta

Pekanbaru, 22/6 (ANTARA) - PT PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (WRKR) menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan dalam mengatasi defisit air waduk pada sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) menjelang musim kemarau.

Pernyataan itu disampaikan Kepala Divisi Pembangkit PLN Indonesia Barat, Nasser Iskandar dalam sambutannya dalam Pembukaan dan Peresmian Pelaksanaan TMC Dalam Menanggulangi Defisit Air Waduk Koto Panjang dan Danau Singkarak, di Lanud Pekanbaru, Selasa.

"TMC merupakan upaya yang dilakukan PLN untuk menjaga ketersediaan listrik di Riau dengan menjaga debit air pada sejumlah PLTA baik yang ada di Riau atau Sumatera Barat terutama di musim kemarau," ujarnya.

Acara itu juga dihadiri Gubernur Riau yang diwakili Asisten II Pemerintah Provinsi Riau Emrizal Pakis, General Manager PLN WRKR Oman Soemantri, General Manager PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara Ikuten Sinulingga, Danlaud Pekanbaru Kolonel Pnb Nanang Santoso dan jajaran terkait.

Nasser menjelaskan, TMC atau hujan buatan itu dilakukan menjelang musim kemarau atau selama lima bulan yang dimulai pada bulan Juni hingga Oktober 2010 itu menggunakan pesawat Cassa 212 yang mengangkut materi yang menghasilkan hujan buatan bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Pembangkit di Sumatera Bagian Tengah meliputi Provinsi Riau, Sumatera Barat dan Jambi memiliki pembakit dengan kapasitas sebesar 627, 85 Megawatt dan 56,90 persen diantaranya atau 357,35 Megawatt merupakan pembangkit tenaga air.

Kemampuan PLTA itu dipengaruhi kondisi iklim atau alam, dan jika musim kemarau tiba maka kemampuan pembagkit tenaga air mengalami penurunan berkisar antara 60 persen hingga 70 persen dari total kemampuan yang berdampak negatif bagi suplai listrik.

Pelaksanaan TMC di catchment area (area tangkapan air) PLTA Koto Panjang, PLTA Maninjau dan PLTA Singkarak sebelumnya telah dilakukan sebanyak tiga kali yakni pada tahun 2004, tahun 2006 dan tahun 2009, sedangkan pelaksanaan hujan buatan di tahun 2010 akan lebih baik dilakukan.

"Penerapan TMC tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya karena waktu persiapan lebih tepat sehingga kondisi awan lebih mendukung penerapan TMC, kemudian dilakukan dua tahap yakni menjelang kemarau dan awal musim hujan dengan jangka waktu pelaksanaan lima bulan," jelas Nasser.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT, Samsul Bahri, menyatakan, proses penerapan TMC akan berhasil dilakukan jika terdapat gumpalan awan hujan disekitar area PLTA yang mempercepat terjadinya hujan.

Untuk memantau keberadaan awan itu, maka pihaknya telah menempatkan radar yang diarahkan ke PLTA Koto Panjang dan radar yang mengarah ke PLTA Singkark melalui pos meteorologi yang dilengkapi radio komunikasi dan dibangun sementara oleh pihaknya.

"Dengan terus berkoordinasi melalui pos meteorologi, maka proses hujan buatan menggunakan garam yang dicampur anti gumpalan garam ketika disemaikan di 'awan montok' yang banyak mengandung air berhasil dilakukan. Namu tetap menjaga keselamatan penerbangan," jelasnya.

Asisten II Pemerintah Provinsi Riau Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Emrizal Pakis, menyambut baik langkah preventif yang dilakukan PLN itu dalam meningkatkan intensitas debit air di musim kemarau sehingga dampak negatif terhadap suplai listrik di Riau bisa diminimalisasi.

"Kami menyambut baik langkah PLN ini karena telah melakukan upaya preventif mengatasi pengurangan debit air meski belum memasuki musim kemarau dan menurut saya antisipasi ini selangkah lebih maju dibanding hujan buatan tahun lalu," jelasnya.

Usai acara, pesawat Cassa 212 milik Nusantara Buana Air dengan double pilot Captain Albert dan Captain Bambang yang mengangkut material hujan buatan sekitar 1,2 ton itu lepas landas dari Lanud Pekanbaru sekitar pukul 13.00 WIB mencari gumpalan awan di PLTA Koto Panjang, PLTA Singkarak dan PLTA Maninjau.