Mencoba Menata Kembali Zaman Keemasan Ekonomi Riau

id mencoba menata, kembali zaman, keemasan ekonomi riau

Mencoba Menata Kembali Zaman Keemasan Ekonomi Riau

Pekanbaru (Antarariau.com) - Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pernah mengalami masa keemasan pada tahun 2011 dengan capaian 7,63 persen.

Pertumbuhan tersebut ditopang aktivitas pendukung kegiatan minyak dan gas (migas). Kondisi ini menjadikan Riau primadona investasi di Indonesia sekaligus penopang ekonomi tertinggi di Sumatera serta mendongkrak nasional.

Namun, masa keemasan itu tiba-tiba runtuh saat harga minyak mentah dunia dan beberapa komoditas utama anjlok drastis pada tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi nonmigas sebesar 5,42 persen, sedangkan untuk pertumbuhan, termasuk migas, mengalami kontraksi 0,22 persen sehingga secara akumulasi tumbuh 2,70 persen.

Jatuhnya harga minyak dunia pada tahun 2015 berimplikasi pada sektor pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi sebesar -6,91 persen. Adapun sektor lainnya masih mengalami pertumbuhan positif. Sektor niaga dan jasa mencatatkan pertumbuhan paling tinggi dengan 10,14 persen.

Nilai ekspor migas Riau juga otomatis ikut mengalami penurunan 37,86 persen pada tahun 2015 dari data pada tahun sebelumnya (yoy) dengan nilai 3,5 miliar dolar AS. Penurunan nilai ekspor migas selain disebabkan anjloknya ICP, juga disebabkan lifting dari sumur-sumur tua mulai berkurang.

Pada tahun sebelumnya nilai ekspor migas Riau mencapai 5,6 miliar dolar AS. Nilai ekspor minyak mentah mengalami penurunan sebesar 35,83 persen dan hasil minyak sebesar 55,42 persen.

Hal itu akibat ekonomi Riau sangat bergantung pada migas dan pendukung kegiatan eksplorasi migas.

Pada tahun 2015, harga minyak mentah dunia terjun bebas hingga menyentuh level terendah dalam 11 tahun. Pelemahan ekonomi Cina ditambah meluapnya persediaan minyak ketika produksi mencapai rekor tertinggi, tidak disertai tingginya permintaan. Akibatnya, harga minyak dunia terus jatuh.

Kala itu harga minyak berjangka jenis brent dipatok 33,09 dolar AS per barel, pertama kali berada pada posisi terendah selama 11 tahun sejak Juli 2004. Tekanan terhadap harga dimulai sejak awal September 2015 hingga sepanjang tahun ini menyusut lebih dari 8 persen.

Tetap Berharap

Kini hampir 3 tahun sudah berlalu krisis yang menjadi pelajaran bagi semua pihak, baik pemerintah pusat maupun daerah.

Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman merasa optimistis pertumbuhan ekonomi di provinsi penghasil migas tersebut pada tahun 2018 akan membaik dan bangkit lewat pengembangan sektor pariwisata budaya dan religius.

Kini, waktunya peluang mengembangkan pariwisata berbasis budaya dan religi di Riau tidak harus selalu mengandalkan migas," kata Arsyadjuliandi Rachman pada pertemuan tahunan Bank Indonesia Provinsi Riau 2017 dengan tema "Memperkuat Momentum" di Pekanbaru, Selasa.

Andi menjelaskan bahwa pembangunan tidak boleh terhenti sekalipun pengalaman pada tahun 2015 ekonomi Riau anjlok karena cuma bergantung pada sektor migas. Hal ini justru harus jadi motivasi mencari peluang pertumbuhan baru, seperti pariwisata.

Riau miliki potensi pariwisata, baik "tangible" maupun "intangible", aset benda budaya ada, punya empat sungai, laut dengan garis pantai 2.076,5 kilometer atau dua kali Pulau Jawa sementara yang baru dimanfaatkan dua kilometer.

Pemprov Riau kini berupaya bangkit dengan menggalakkan pengembangan infrastruktur dan destinasi budaya dengan kerja sama instansi terkait. Pihaknya juga telah menyelesaikan berbagai infrastruktur, seperti akses ke Candi Muara Takus, ke objek wisata Bono di Kuansing, serta potensi Pulau Rupat dan Pulau Jemur.

Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Riau Dahlan Tampubolon menyebutkan momentum saat ini baik bagi Riau untuk bangkit. Beberapa sektor penggerak ekonomi daerah mulai menunjukkan perbaikan, seperti konsumsi semen. Biasanya BI mengukur perkembangan sektor properti dan konstruksi dari penjualan semen.

"Kalau Pemerintah Provinsi Riau konsisten dengan planning yang dibuatnya dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), yakni produk hilirisasi CPO, masa jaya itu bisa diraih kembali," ujarnya.

Riau memiliki luas lahan sawit lebih dari 2.000.000 hektare. Jika dihitung kebutuhan pupuk dan potensi permintaan produk turunan CPO, sangat jadi peluang hilirisasi yang bisa dikembangkan.

Belum lagi, minyak sebagai sumber bahan baku produk hidrokarbon untuk pupuk. Hal itu banyak dimiliki, termasuk dari sumur-sumur tua yang belum terolah.

Akan tetapi, permintaan pupuk yang besar hanya menjadi potensi, tidak dimanfaatkan. Ada yang bilang terlambat, sekarang minyak dah sikit, padahal proses tidak pernah terlambat, katanya.

Selain itu, sejauh ini Riau adalah penghasil CPO terbesar. Namun, menurut dia, hingga kini tidak ada satu pun minyak goreng yang dihasilkan walaupun minyak goreng curah diproduksi oleh Wilmar. Berapa banyak value added yang hilang yang sebenarnya bisa dijadikan pemacu pertumbuhan Riau.

Kepala Bank Indonesia Kantor Provinsi Riau Siti Astiyah bahkan sangat yakin dengan membaiknya ekonomi Riau pada tahun 2018. Hal ini mengingat pada Triwulan III 2017 perbaikan itu mulai nyata sebab Riau tumbuh sebesar 2,85 persen (yoy), atau meningkat dari data pada Triwulan II 2017 yang tumbuh 2,41 persen.

Siti menjelaskan bahwa membaiknya pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan III 2017 karena peningkatan dari sisi penggunaan, terutama didorong oleh konsumsi pemerintah dan ekspor neto (net exports).

Sementara itu, dari sisi sektoral, meningkatnya perekonomian Riau pada triwulan Iaporan, terutama bersumber dari ekspansi sektor pertanian, industri pengolahan, konstruksi, serta perbaikan kontraksi sektor pertambangan. Walaupun demikian, peningkatan yang lebih tinggi tertahan oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi serta sektor perdagangan.

Kesimpulannya harapan dan optimisme tidak boleh berhenti harus terus digantungkan dan digapai dengan berbagai upaya dengan membuka sektor pertumbuhan baru yang menjadi modal kebangkitan ekonomi keemasan Riau lagi. Kalau ada komitmen dan kemauan, semua potensi sumber daya yang masih belum terkelola bisa ditumbuhkembangkan.