Pekanbaru (Antarariau.com) - Sejumlah warga yang berdagang ditempat wisata Ulu Kasok di Kabupaten Kampar, Riau, secara kreatif memanfaatkan ketidaktahuan wisatawan yang sering salah kostum terutama para perempuan dari generasi milenial.
Seorang pedagang Ipit, 33 tahun, mengatakan banyak wisatawan yang menggunakan sepatu hak tinggi (high heels) ketika mengunjungi Ulu Kasok sehingga salah kostum dan kesulitan untuk mendaki bukit.
"Kita buka penyewaan sendal jepit karena banyak yang datang pakai high heels. Mereka tahunya Ulu Kasok ini dari foto-foto di media sosial aja, dan tak tahu harus mendaki bukit," kata Ipit kepada Antara di Ulu Kasok, Senin.
Ulu Kasok merupakan tempat wisata baru yang berawal dari foto yang viral dimedia sosial, karena tempat itu dari ketinggian sekilas seperti Raja Ampat di Papua.
Tempat pelancongan baru itu awalnya hanya berupa bukit tanpa penghuni, berjarak sekira satu jam dari Kota Pekanbaru dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Selama tiga bulan terakhir, masyarakat setempat dengan bantuan Dinas Pariwisata mulai mengoptimalkan Raja Ampat-nya Kampar itu sebagai destinasi wisata baru yang menawarkan keindahan alam. Namun, untuk menuju puncaknya, pengunjung harus mendaki jalan tanah sekira 500 meter.
Pendakian juga tidak mudah karena jalan menanjak ada yang kemiringannya hampir mencapai 45 derajat, dan sangat licin kalau pagi hari apalagi kalau hujan.
Ipit mengatakan, selain menyewakan sendal jepit, pedagang juga menyewakan payung karena cuaca cukup panas pada siang hari. Properti tersebut disewakan kepada pengunjung sebesar Rp5.000 per unit.
Seorang pedagang lainnya, Japrizal (48) mengatakan, pengunjung ke Ulu Kasok sangat ramai terutama pada akhir pekan dan liburan. Rata-rata jumlah pengunjung pada akhir pekan mencapai 1.000-2.000 orang, mayoritas wisatawan lokal.
"Kalau akhir pekan, penjualan bisa dapat Rp1 juta satu hari," kata Japrizal yang membangun kedai dengan pemandangan langsung ke danau dan perbukitan Ulu Kasok.
Wisatawan di Ulu Kasok merasa terbantu dengan adanya pedagang yang menyediakan perlengkapan bagi orang yang tidak biasa mendaki bukit. Selain penyewaan sendal dan payung, warga setempat juga mulai menyediakan lokasi pemotretan yang dihias indah berbentuk kapal, dan gembok cinta lengkap dengan ukiran kayu berbentuk hati.
Selain itu, wisatawan juga terbantu dengan adanya layanan ojek hingga ke puncak bukit. "Saya kalau tidak naik ojek, tidak akan sanggup naik ke atas," kata Diana, wisatawan berusia 65 tahun dari Pekanbaru.