Siak (Antarariau.com) - Petani karet di Kabupaten Siak, Provinsi Riau diminta untuk menjaga kualitas getah agar tetap bersih dan tidak dicampuri dengan bekas kulit sayatan pohon karet atau tatal.
"Kita terus mendorong petani karet untuk tidak mencampurkan tatal ke dalam getah agar toke atau tengkulak tidak menghargainya dengan rendah," kata Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Siak, Yusrian di Kabupaten Siak, Rabu.
Dia mengatakan, beberapa petani karet di daerah itu lebih cenderung menggunakan tawas sebagai obat pembeku getah karet sehingga menurunkan kualitas latek karet.
"Petani yang menggunakan tawas memicu turunnya kualitas getah karet, maka kami menyarankan petani menggunakan asam semut sesuai dengan rekomendasi pihak pabrik pengolahan karet," ujarnya.
Dia menyebutkan, secara keseluruhan kualitas getah di kabupaten Siak tergolong rendah atau kurang bagus, karena banyak petani yang memilih menggunakan tawas daripada asam semut, serta memasukkan tatal.
"Selain itu animo atau gairah petani karet semakin menurun, karena ketidakstabilan harga. Tidak banyak juga petani yang mau melakukan peremajaan meski sudah dibantu bibit. Sebab kebanyakan karet masyarakat tersebut masih karet warisan. Ditambah lagi harga getah ditentukan langsung oleh pasar dunia," imbuhnya.
Saat ditanyakan, selain menurunnya kualitas getah sebagai pemicu rendahnya harga komoditas tersebut, Yusrian juga menyebutkan, Kabupaten Siak juga belum memiliki pasar lelang karet sebagai tempat pengumpulnya petani betah untuk menjual langsung tanpa lagi melalui toke perantara.
"Kabupaten Siak belum memiliki pasar lelang karet layaknya Kabupaten/Kota lainnya, setidaknya jika ada pasar lelang akan memotong jalur distribusi," tuturnya.
Sementara itu petani getah karet di Kabupaten Siak, kembali keluhkan murahnya harga jual karet kepada toke (pedagang perantara) beberapa minggu terakhir ini.
Parkun (55) seorang Penderes atau pengikis getah karet di Kampung Benteng Hulu, Kecamatan Mempura, Siak mengatakan, harga getah beberapa hari terakhir hanya dihargai sekitar Rp6.000-6.500 per kilogram oleh toke.
"Bervariasi lah harganya, ada yang dihargai Rp6.000, ada juga Rp6.500 per kg. Tergantung kualitas karetnya, kadang ada karet yang dicampur dengan tatalnya, ada juga yang murni," ujar Parkun.
Dia menyebutkan, meskipun harga karet sempat mengalami kenaikan mencapai Rp11.000/kg pada awal tahun 2017. Namun keadaan tersebut tidaklah berlangsung lama.