Pekanbaru, 11/3 (ANTARA) - Tren kenaikan harga komoditas kelapa sawit selama dua bulan terakhir di Provinsi Riau ternyata belum sepenuhnya berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani setempat. Sebabnya, tanaman sawit kini sedang mengalami masa penurunan produksi (trek), yang mempengaruhi kuantitas hasil panen tandan buah segar kelapa sawit. "Hasil panen bisa menurun sampai 50 persen ketika masa trek, sehingga kenaikan harga sawit belum bisa sepenuhnya dirasakan petani," ujarnya petani sawit, Abdul Latief (29), di Pekanbaru, Kamis. Ia mencontohkan, dua hektar kebun sawit dengan usia tanaman 10 tahun biasanya mampu menghasilkan sedikitnya 5 ton tandan buah segar setiap panen. Namun, produksi kini menurun tinggal 1,5-2,5 ton ton selama tanaman mengalami masa trek. "Sepertinya kenaikan harga sawit sekarang ini lebih karena jumlah sawit di pasar sedikit. Sedangkan, nanti saat masa trek lewat dan hasil panen melimpah, harga sawit anjlok lagi," ujar Latief. Komentar senada juga dikatakan petani di Bangkinang, Kabupaten Kampar, Zainal Abidin (70), yang mengatakan petani makin sulit merasakan dampak kenaikan harga akibat harga pupuk yang mahal. Sedangkan, masa trek bisa berlangsung selama tiga sampai empat bulan setiap awal tahun. "Biaya yang dikeluarkan petani belum sebanding dengan hasil yang didapatkan selama harga sawit naik," katanya. Berdasarkan data Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau, harga tandan sawit terus melejit sejak akhir Januari silam. Harga tandan sawit untuk usia tanaman10 tahun mencapai Rp1.464,63 per kilogram (kg). Sedangkan, harga terendah untuk sawit usia tiga tahun mencapai Rp.1047,82 per kg. Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Ferry HC, menjelaskan bahwa masa trek tanaman sawit merupakan siklus alami bagi tanaman sawit setiap tahun. "Kemungkinan masa trek mempengaruhi kenaikan harga sawit di Riau ada benarnya," ujar Ferry. Meski begitu, ia mengatakan dampak penurunan produksi selama masa trek sangat dipengaruhi pemeliharaan tanaman, khususnya dalam pemberian pupuk. "Apabila perawatan pohon tidak baik, seperti kurang dalam pemberian pupuk, maka masa trek sawit bisa sangat berpengaruh terhadap hasil panen dan bisa berlangsung lebih lama dari normalnya," kata Ferry. Berdasarkan hasil pengkajian, ujarnya, ongkos produksi tanaman sawit pola kemitraan (plasma) untuk usia pohon di bawah 10 tahun seharusnya bisa ditutupi (break event point) saat harga TBS mencapai Rp650 per kilogram. Sedangkan, break event point untuk tanaman usia di atas 10 tahun dapat tercapai saat harga sawit Rp450 per kilogram. "Apabila perkebunan dikelola dengan baik, pendapatan petani sekarang ini seharusnya bisa sekitar Rp4 juta per bulan, walaupun tanaman sedang mengalami masa trek," ujarnya.
Berita Lainnya

Petani Kampar mengeluh belum terima pupuk bersubsidi, Juswari : Jaksa usut
26 July 2023 9:59 WIB

Petani belum punya kartu masih tetap bisa beli pupuk
12 October 2020 9:38 WIB

Digempur garam impor, petani garam Jepara keluhkan produksi tahun 2019 belum laku
06 May 2020 11:38 WIB

Petani Kopi Meranti Menilai Pemda Belum Optimal Dalam Promosi
08 November 2016 19:15 WIB

BI: Petani Sawit Belum Terpengaruh Anjloknya CPO
28 August 2014 13:15 WIB

Petani Riau Belum Siap Hadapi Peremajaan Sawit
30 April 2013 11:44 WIB

604 anak di Pekanbaru terkena ISPA diduga dampak karhutla
11 October 2023 19:53 WIB

Ketua DPR minta pemerintah lakukan upaya terbaik bagi warga terkena dampak banjir
09 November 2021 10:30 WIB