Ilmuwan Jepang Teliti Kawasan Konservasi APP-Sinar Mas, Ditemukan Spesies Baru?

id ilmuwan jepang, teliti kawasan, konservasi app-sinar, mas ditemukan, spesies baru

Ilmuwan Jepang Teliti Kawasan Konservasi APP-Sinar Mas, Ditemukan Spesies Baru?

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Sejumlah ilmuwan dari Universitas Kyushu Jepang melakukan penelitian di kawasan konservasi atau arboretum APP-Sinar Mas di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, untuk mengidentifikasi keanekaragaman hayati hutan hujan tropis di Asia Tenggara.

"Tujuan penelitian ini karena kami menyadari luas hutan tropis terus berkurang, maka banyak jenis spesies tumbuhan juga hilang. Karena itu, kami ingin mengidentifikasi keanekaragaman hayati hutan yang ada," kata ahli botani dan taksonomi Universitas Kyushu, Prof. Dr. Tetsukazu Yahara kepada Antara disela penelitiannya di arboretum Sinar Mas Forestry di Siak, Rabu.

Ia menjelaskan tim peneliti dari Universitas Kyushu yang dipimpinnya terdiri dari lima orang ahli dan seorang mahasiswi. Mereka sudah selama sepekan terakhir melakukan riset di arboretum APP-Sinar Mas yang luasnya mencapai sekitar 170 hektare. Para peneliti itu selama sekitar delapan jam sehari berjalan kaki ke tengah tegakan pohon yang lebat di arboretum. Mereka meneliti tanaman dari yang terkecil hingga pohon yang tingginya lebih dari 20 meter untuk mengambil sampel penelitian.

Menurut dia, dari mata orang awam, flora yang terdapat di arboretum tersebut terlihat serupa. Namun, Prof Tetsukazu mengatakan kawasan konservasi tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi.

"Dalam jarak 100 meter kami melakukan riset di tempat ini, ditemukan sekitar 300 spesies tanaman yang berbeda. Saya juga melihat ada 10 sampai 20 spesies yang kemungkinan adalah spesies baru, namun untuk membuktikannya perlu penelitian lebih lanjut," ujarnya.

Ia mengatakan dalam rangkaian penelitiannya, tim dari Universitas Kyushu telah meneliti hutan hujan tropis di Sabah dan Serawak, Malaysia. Kemudian, mereka juga sudah meneliti ke Provinsi Sumatera Barat dan kini melanjutkannya ke hutan Riau.

"Hutan di Riau ini kurang lebih sama dengan yang ada di Sabah dan Serawak, hanya saja keanekaragaman hayati di sana sedikit lebih banyak," katanya.

Prof. Tetsukazu memberikan masukan kepada perusahaan Sinarmas Forestry bahwa potensi keanekaragaman hayati yang dilindungi di kawasan konservasi tersebut harus diperluas. Ia menilai arboretum perusahaan industri kehutanan seluas 170 hektare itu terlalu kecil untuk kepentingan konservasi yang berkelanjutan. "Luas kawasan konservasi ini perlu ditambah agar peluang keberhasilan untuk menjaga spesies-spesies yang ada semakin besar," katanya.

Sementara itu, Chairman Asia Pulp & Paper (APP) Jepang, Tan Ui Sian, menyatakan pihaknya sudah beberapa kali bekerjasama dengan kalangan akademisi di Jepang, mulai dari pelestarian lingkungan berupa program penanaman pohon hingga dibidang penelitian. Lokasi arboretum merupakan bagian dari konsesi perusahaan yang dibiarkan alami sebagai tempat berbagai flora dan fauna untuk tujuan penelitian atau pendidikan serta konservasi.

"Kami menyambut baik hal ini, kepercayaan untuk melakukan penelitian di kawasan hutan lindung kami dari akademisi Jepang mengangkat nilai kepercayaan pihak luar bukan hanya bagi kami APP-Sinar Mas semata, namun bagi Indonesia pada umumnya," kata Tan Ui Sian.