Aksi Terjun Payung Bersama Paskhas TNI AU dan Tentara Amerika

id aksi terjun, payung bersama, paskhas tni, au dan, tentara amerika

Aksi Terjun Payung Bersama Paskhas TNI AU dan Tentara Amerika

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Sebanyak 29 personel Paskhas TNI AU dan pasukan elit baret hijau Amerika Serikat dari kesatuan "Special Operation Command Pacific" atau US Socpac, sukses menggelar latihan terjun payung bersama di Provinsi Riau, Jumat.

"Latihan terjun payung berlangsung sukses, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan masing-masing kesatuan," kata Direktur Latihan yang juga Komandan Wing 3 Paskhas, Kolonel Pas L.M. Siregar, kepada Antara di Pekanbaru.

Ia menjelaskan latihan terjung payung merupakan bagian dari rangkaian latihan militer bersama "JCET Vector Balance Iron" yang sudah berlangsung selama sekitar dua pekan di Riau. Khusus untuk terjun payung, ada 21 prajurit Paskhas TNI AU dan delapan pasukan baret hijau US Socpac yang ikut dalam penerjunan.

Mereka melatih teknik terjun statik, yang berguna untuk pertempuran dan penyerbuan. Seluruh 29 prajurit gabungan tersebut terjun menggunakan pesawat Hercules C-130 milik militer Amerika Serikat, dengan lokasi pendaratan di Lapangan Torganda, Kabupaten Kampar, Riau.

Kolonel Pas L.M Siregar mengatakan dari segi teknik dan kemampuan terjun para personel Paskhas sudah sangat baik. "Perbedaan pasukan kita dengan mereka hanya dari peralatan saja karena Amerika lebih canggih," ujarnya.

Latihan militer bersama tersebut sudah berlangsung selama dua pekan, mulai dari latihan strategi hingga teknik menembak, terjun payung, perang di hutan, hingga teknik pembebasan sandera di kota. Untuk latihan di medan hutan, lanjutnya, latihan bersama telah dilakukan di daerah Siabu, Kabupaten Kampar.

Ia menilai dari rangkaian latihan di hutan tersebut sangat terlihat kemampuan fisik Paskhas TNI AU lebih kuat ketimbang US Socpac. "Kemampuan fisik Paskhas lebih kuat karena pasukan Amerika terkendala oleh cuaca kita yang sangat panas," ujarnya.

Menurut dia, karena kendala suhu udara tersebut membuat sejumlah pasukan Amerika lebih banyak minum, sehingga mengalami cedera ringan berupa lecet di telapak kaki saat berjalan jauh di hutan. Sementara itu, personel Paskhas bisa bergerak lebih cepat karena terbiasa dengan suhu udara di daerah tropis.

"Karena terlalu banyak minum, maka badan cepat lemas dan rentan cidera saat berjalan jauh," katanya.

Ia mengatakan latihan bersama tersebut secara keseluruhan berjalan lancar dan tidak ada kendala yang berarti bagi kedua pihak. Bahkan, militer dua negara bisa saling berbagi teknik dan strategi perang yang bisa berguna di masa mendatang.